Stimulus dan Imbal Hasil Surat Utang AS Tenangkan Pasar Modal Global
Indeks MSCI yang menggambarkan saham-saham di Asia-Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,8 persen di awal pembukaan, setelah ditutup anjlok 3,7 persen pada Jumat pekan lalu. Indeks Nikkei Jepang menguat 2,1 persen.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SYDNEY, SENIN - Mayoritas pasar saham di kawasan Asia dan Australia menguat pada awal perdagangan awal pekan ini, Senin (1/3/2021). Imbal hasil surat utang Amerika Serikat yang turun dari level puncaknya pekan lalu dan kemajuan besar dalam dinamika negosiasi paket stimulus AS mendukung optimisme atas prospek ekonomi global dan telah mendorong kenaikan harga minyak.
Data manufaktur resmi China yang dirilis pada akhir pekan lalu meleset dari perkiraan, tetapi data manufaktur Jepang justru menunjukkan pertumbuhan tercepat dalam dua tahun. Kondisi itu tetap menopang optimisme investor atas pemulihan ekonomi global. Investor juga mengandalkan berita optimisis dari serangkaian data AS yang akan dirilis pada pekan ini, termasuk laporan data aktivitas penggajian pada Februari. Sentimen positif lain yang membantu adalah pengiriman vaksin Covid-19 yang dikembangkan Johnson & Johnson, yang baru saja disetujui, segera dimulai pada Selasa (2/3) pekan ini.
Indeks MSCI yang menggambarkan saham-saham di Asia-Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,8 persen di awal pembukaan, setelah ditutup anjlok 3,7 persen pada Jumat pekan lalu. Indeks Nikkei Jepang menguat 2,1 persen, sementara saham-saham unggulan di bursa saham China naik 0,5 persen. Indeks NASDAQ berjangka naik 1,2 persen dan S&P 500 berjangka menguat 0,9 persen. Di Eropa, indeks EUROSTOXX 50 berjangka dan FTSE berjangka sama-sama naik 1,1 persen.
Imbal hasil surat utang AS 10 tahun turun ke level 1,41 persen dari level puncak pekan lalu di 1,61 persen. Meskipun demikian imbal hasil surat utang AS bertenor 10 tahun itu pada pekan lalu masih 11 basis poin lebih tinggi dan 50 basis poin lebih tinggi jika dilihat sejak awal tahun ini.
"Pergerakan obligasi pada Jumat masih terasa seperti jeda daripada jadi katalis untuk bergerak menuju suasana yang lebih tenang," kata Rodrigo Catril, ahli strategi senior di NAB, mengingatkan. "Pelaku pasar tetap gelisah atas prospek inflasi yang lebih tinggi karena ekonomi akan dibuka kembali dibantu oleh peluncuran vaksin, tingkat tabungan yang tinggi bersama dengan dukungan fiskal dan moneter yang solid."
“Pelaku pasar tetap gelisah atas prospek inflasi yang lebih tinggi karena ekonomi akan dibuka kembali dibantu oleh peluncuran vaksin, tingkat tabungan yang tinggi bersama dengan dukungan fiskal dan moneter yang solid."
Analis di Bank of America (BofA) mencatat tertekannya pasar surat utang terbaru saat-saat ini secara global adalah salah satu yang paling parah dalam catatan. Harga secara tahunan surat utang Pemerintah AS bertenor 10 tahun turun 29 persen sejak Agustus lalu, surat utang Pemerintah Australia turun 19 persen, surat utang Inggris 16 persen dan surat utang Kanada 10 persen dalam periode yang sama. Penurunan itu disebabkan oleh ekspektasi pertumbuhan AS yang lebih cepat ketika DPR meloloskan paket bantuan Covid-19 senilai 1,9 triliun dollar AS dari Presiden Joe Biden.
Ekonom BofA, Michelle Meyer menaikkan perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi AS tahun ini menjadi 6,5 persen dan 5 persen pada tahun berikutnya. Proyeksi lebih tinggi iu didasarkan pada kemungkinan disepakatinya paket stimulus yang lebih besar, berita yang lebih baik tentang virus dan data-data ekonomi yang menggembirakan.
BoFA mengatakan kasus terkonfirmasi Covid-19 di AS juga turun 72 persen sejak mencapai puncaknya pada 12 Januari 2021 dan tingkat rawat inap pasien Covid-19 pun turun.
Imbal hasil AS yang lebih tinggi dikombinasikan dengan pergeseran secara umum aset-aset ke aset yang lebih aman membantu indeks dollar AS rebound ke level 90,917 dari level terendah selama tujuh pekan di level 89,677. Di awal pekan ini nilai tukar euro stabil di level 1,2086 per dollar AS, dibandingkan dengan level puncak pekan lalu di 1,2242 per dollar AS. Adapun terhadap yen, dollar AS bertahan di dekat level tertinggi selama enam bulan pada level 106,57.
Mata uang "berisiko" dan mata uang yang terpengaruh harga komoditas terlihat menguat tipis setelah terpukul akhir pekan lalu. Dollar Australia dan dollar Kanada naik dan nilai-nilai tukar sejumlah negara berkembang dari Brasil hingga Turki juga menanjak.
Harga emas yang tidak memberikan imbal hasil masih mengalami penurunan setelah mencapai level terendah delapan bulan pada Jumat pekan lalu. Emas diproyeksikan menuju level bulanan terburuk sejak November 2016. Emas berada di level 1.743 per troyons, tepat di atas posisi terendahnya kala itu di level 1.716 per troyons.
Sementara itu harga minyak memperpanjang kenaikannya menjelang pertemuan OPEC pada pekan ini dengan pasokan yang dapat ditingkatkan. Harga minyak Brent naik 4,8 persen minggu lalu dan WTI naik 3,8 persen. Dua harga minyak itu naik 20 persen selama bulan Februari. (AFP/REUTERS)