Sebanyak 2,7 juta rumah di 100 daerah di Texas tanpa layanan listrik, pemanas, dan air bersih. Texas kehilangan 40 persen kemampuan menghasilkan listrik karena sumber gas alam dan turbin angin mati beku.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
TEXAS, KAMIS —Bantuan sumbangan bagi warga tunawisma korban badai musim dingin di Austin, Texas, Amerika Serikat, mengalir deras. Hanya dalam waktu satu pekan, terkumpul sekitar 235.000 dollar AS dari para penyumbang di AS dan luar negeri melalui platform penggalangan dana, GoFundMe, yang membantu organisasi nonprofit, Austin Mutual Aid.
Warga tunawisma di AS termasuk korban yang paling parah terdampak badai salju karena tidak memiliki tempat berlindung. Jutaan warga Texas, negara bagian terpadat kedua di AS, pun senasib dengan tunawisma. Mereka terpaksa bertahan hidup tanpa listrik selama tiga hari terakhir.
Tanpa listrik artinya tanpa penerangan dan yang lebih menyusahkan lagi, tanpa penghangat ruangan. Sedikitnya 21 orang tewas di empat negara bagian AS akibat badai ini.
Berbagai pihak segera membantu menyediakan tempat berlindung dan makanan bagi tunawisma di Austin yang jumlahnya mencapai 2.500 orang. Hotel, gereja, dan gedung apa pun kini dijadikan tempat penampungan sementara. Di hotel saja sudah ada 400 orang yang ditampung sementara.
Namun, banyak warga tunawisma yang tak sempat diselamatkan dan tewas di jalanan. Sukarelawan sudah dikerahkan berkeliling kota untuk mencari dan membantu warga tunawisma.
”Seharusnya pemerintah lokal menyiapkan tempat berlindung lebih banyak karena sudah tahu badai akan datang,” kata Bobby Cooper, pendiri Austin Mutual Aid.
Presiden dan Direktur Eksekutif Jaringan Tunawisma Texas Eric Samuels mengaku semakin sulit mencari tempat yang kosong di hotel atau fasilitas berlindung lainnya, apalagi yang masih memiliki sumber tenaga listrik sendiri dengan mesin genset berbahan bakar solar. Upaya ini semakin sulit karena pada masa pendemi Covid-19 ini masih harus diberlakukan protokol kesehatan dengan menjaga jarak fisik.
Badai musim dingin yang melumpuhkan Texas dilaporkan sudah mulai bergeser, Kamis (18/2/2021). Namun, suhu yang dingin membeku masih terasa. Sebanyak 2,7 juta rumah tangga di 100 daerah di Texas masih berjuang bertahan hidup tanpa pemanas.
Selain tanpa pemanas, jaringan air bersih pun mati. Texas kehilangan 40 persen kemampuan menghasilkan listrik karena sumber gas alam dan turbin angin mati karena beku.
Ahli meteorologi di Badan Cuaca Nasional di College Park, Maryland, Dan Petersen, memperkirakan bahwa kondisi baru akan membaik satu pekan ke depan karena pada saat itu badainya sudah bergeser menjauh. Pemerintah Texas juga memperkirakan, pembangkit tenaga nuklir dan pembangkit tenaga batu bara akan bisa segera berfungsi kembali sehingga bisa mengalirkan listrik untuk 400.000 rumah.
Cari kehangatan
Selain warga tunawisma, banyak warga yang juga memilih meninggalkan rumahnya dan mencari tempat lain yang lebih hangat. David Hernandez (38), warga, misalnya, menginap di gereja di Houston. ”Mobil saya terjebak salju. Tadinya saya mau tidur di mobil saja, tetapi tidak tahan karena sangat dingin. Saya terpaksa ke sini. Tidak ada pilihan lain," ujarnya.
Tak tahu harus ke mana, Laura Nowell (45), ibu empat anak, memilih keluar dari rumahnya yang gelap gulita dan dingin, lalu memindahkan seluruh keluarganya masuk ke dalam mobil sejak Senin lalu. ”Supaya tetap hangat, kami semua duduk berdekatan saja di dalam mobil. Belum pernah sedingin ini. Di mana-mana salju es,” ujarnya.
Karena bingung, Tina Rios (32), akhirnya juga memilih mengajak suami dan ketiga anaknya berusia 3, 9, dan 10 tahun untuk berlindung di toko mebel, tempat satu-satunya yang dia tahu pasti akan hangat. Pemilik toko mebel itu, Jim McIngvale, berbaik hati membuka pintu tokonya untuk menjadi penampungan siapa saja yang membutuhkan. ”Kami beruntung McIngvale mau membantu,” kata Rios sambil menangis.
McIngvale mengaku hanya ingin membantu meringankan beban mereka. Ia tak hanya menyediakan tempat untuk tidur, tetapi juga memberikan makanan. McIngvale juga pernah membuka tokonya untuk menampung korban Topan Harvey tahun 2017 dan menyediakan makanan bagi warga semasa pandemi Covid-19.
Lebih dari 300 orang menginap di toko mebel itu, termasuk Stephanie Anderson (29) dan anaknya, Jaden (8). Ia dan anaknya tidur di satu sofa. Di sekitarnya banyak orang yang tidur di sofa, bahkan juga di meja makan. Beruntung di toko mebel McIngvale alat pemanasnya bekerja karena ada mesin genset yang hidup selama 24 jam.
Bukan hanya manusia yang menderita akibat badai salju ini, tetapi juga binatang. Puluhan binatang, termasuk simpanse berusia 58 tahun mati membeku di suaka perlindungan hewan di dekat San Antonio. Sekitar 4.700 penyu pun menjadi korban dan terdampar di pantai Pulau South Padre Island karena suhu laut yang terlalu dingin. Relawan sudah membawa mereka ke suaka perlindungan penyu dan mereka akan dilepasliarkan lagi jika suhu laut sudah normal kembali. (REUTERS/AFP/AP)