Junta Myanmar Perintahkan Penangkapan Enam Selebritas
Jumlah warga yang diketahui telah ditangkap junta militer Myanmar telah mencapai 495 orang. Dari jumlah itu, menurut data yang dihimpun Asosiasi Bantuan Tahanan Politik Myanmar, sebanyak 460 orang masih ditahan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
YANGON, KAMIS — Junta militer Myanmar pada Rabu (17/2/2021) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap enam selebritas negara itu. Mereka diduga keras telah mendorong aksi pemogokan massal sehingga melumpuhkan banyak kantor pemerintah sebagai bentuk protes terhadap kudeta militer awal bulan ini. Jumlah warga yang ditahan yang hampir menembus 500 orang pun diperkirakan semakin bertambah.
Enam selebritas Myanmar, antara lain, sejumlah aktor, penyanyi, dan sutradara film. Junta menyatakan surat perintah penangkapan atas mereka dikeluarkan berdasarkan undang-undang anti-hasutan. Di mata militer, mereka telah menghasut para pegawai negeri di seluruh negeri untuk bergabung dalam protes anti-kudeta.
Mereka terancam hukuman penjara selama dua tahun. Namun, beberapa orang dari selebritas itu tetap bergeming dengan sikap mereka. Mereka menyatakan perlawanan terhadap pemerintah yang berkuasa saat ini di Myanmar. ”Sungguh menakjubkan melihat persatuan rakyat kami. Kekuatan rakyat harus kembali kepada rakyat,” demikian tulis aktor Lu Min di halaman Facebook-nya. Lu Min adalah salah satu yang masuk dalam daftar tangkap.
Jumlah orang yang diketahui telah ditangkap junta sejak kudeta militer pada awal Februari lalu telah mencapai 495 orang. Dari jumlah itu, menurut data yang dihimpun Asosiasi Bantuan Tahanan Politik Myanmar, sebanyak 460 orang masih ditahan. Termasuk di antara mereka yang ditahan adalah Penasihat Negara Aung San Suu Kyi dan para politikus senior Myanmar.
Kudeta militer Myanmar secara praktis telah menghentikan transisi tentatif negara itu menuju negara demokratis.
Kudeta militer Myanmar secara praktis telah menghentikan transisi negara itu menuju negara demokratis. Militer mengambil alih kekuasaan setelah komisi pemilihan menolak tuduhan kecurangan dalam pemilihan 8 November 2020 yang dimenangi secara mutlak oleh Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Suu Kyi. Aksi kudeta itu telah memicu gelombang kemarahan dari mayoritas warga di Myanmar dan juga keprihatinan hingga protes dari negara-negara Barat.
Suu Kyi, yang juga peraih Nobel Perdamaian, saat ini menghadapi tuduhan melanggar Undang-Undang Penanggulangan Bencana Alam. Ia juga dituduh secara ilegal mengimpor enam radio walkie talkie. Ia akan dihadirkan di pengadilan berikutnya pada 1 Maret mendatang. Suu Kyi pernah menghabiskan hampir 15 tahun di bawah tahanan rumah karena upayanya membawa demokrasi di Myanmar.
Aksi-aksi lanjutan demonstrasi digelar pada Kamis (18/2/2021) ini. Aksi itu, antara lain, digelar oleh kelompok mahasiswa dan pekerja dari berbagai kelompok etnis di negara yang berpenduduk 53 juta orang itu. Para penentang kudeta sangat skeptis terhadap janji junta untuk menyerahkan kekuasaan setelah pemilu baru yang tanggalnya belum ditentukan.
Ribuan pengunjuk rasa dilaporkan berkumpul di persimpangan dekat universitas utama di Yangon, kota terbesar di negara itu. Para pelajar juga akan berkumpul di bagian kota yang berbeda untuk memprotes kudeta dan penahanan Suu Kyi. Aksi demonstrasi yang digelar warga terlihat lebih damai dibandingkan aksi-aksi serupa pada masa pemerintahan militer sebelumnya. Namun, aksi pembangkangan sipil kali ini ternyata memiliki efek melumpuhkan banyak kegiatan bisnis di Myanmar.
Meskipun junta meminta pegawai negeri untuk kembali bekerja yang disertai ancaman, sejauh ini tidak ada tanda-tanda pemogokan mereda. Banyak pengendara kendaraan bermotor di Yangon mengemudi dengan kecepatan lambat. Layaknya siput, mereka bergerak perlahan di jalan-jalan. Aksi itu dilakukan untuk menunjukkan penolakan mereka terhadap kudeta. Di kota terbesar kedua di Mandalay, warga berunjuk rasa menuntut pembebasan dua pejabat yang ditangkap dalam kudeta tersebut.
Layanan kereta api terganggu parah akibat pemogokan para awak kereta. Pasukan keamanan di Mandalay pun diturunkan menghadapi pekerja kereta api yang mogok itu. Sejumlah saksi mata mengatakan, aparat melepaskan tembakan dengan peluru karet dan ketapel serta melempar batu-batu. Baik tentara maupun polisi tidak segera mengomentari insiden itu. Halaman Facebook militer mengatakan, pasukan berupaya menghadirkan keamanan di seluruh negeri.(REUTERS)