Misi Besar "Hope" bagi Dunia Arab dan Generasi Mudanya
Hope, misi luar angkasa Uni Emirat Arab dan yang pertama di Dunia Arab, sedang bergerak menuju orbit Planet Mars.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
Pada Selasa (9/2/2021) sekitar pukul 19.30 waktu Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, hingga selama 30 menit, hampir seluruh rakyat negara itu tegang menantikan momen bersejarah. Saat itu, misi luar angkasa UEA, yang pertama di dunia Arab, akan melakukan manuver yang sulit untuk memasuki orbit Planet Mars.
Pesawat luar angkasa bernama Hope, yang berarti Harapan, akan memulai ”pembakaran” selama 27 menit terhitung tepat pukul 19.30 waktu Abu Dhabi. Proses pembakaran itu untuk memperlambat dirinya sendiri sehingga cukup untuk ditarik oleh gravitasi Mars, yang menurut pejabat Emirat sebagai bagian paling menantang dari misi tersebut.
Saat proses ini berlangsung, pesawat luar angkasa Hope akan memutar dan menembakkan enam pendorongnya. Secara dramatis, kecepatan pesawat akan melambat dari daya jelajah rata-rata 121.000 kilometer atau 75.000 mil per jam menjadi hanya 18.000 kilometer per jam.
Para pengawas di Bumi akan kehilangan komunikasi sekitar 11 menit ketika pesawat itu mulai ditarik memasuki orbit Mars. Untuk itulah, pesawat ruang angkasa harus ”mengolah semua data sendiri” atau bersifat otonom agar tetap berada pada jalurnya yang benar.
”27 menit dalam kondisi buta akan menentukan nasib tujuh tahun bekerja,” cuit Sarah Al-Amiri, Kepala Badan Antariksa UEA dan Menteri Negara Urusan Teknologi Maju.
Proses pembakaran akan berakhir pada sekitar pukul 15.57 GMT dan selang 11 menit kemudian, atau 16.08 GMT atau pukul 20.08 waktu Abu Dhabi, rakyat UEA akan mendapatkan momen kebenarannya.
Jika berhasil, wahana ini akan mengungkap rahasia cuaca di Planet Mars, kondisi yang selama ini menjadi pertanyaan banyak pihak, terutama apabila manusia mulai mencari lokasi baru untuk berkembang setelah Planet Bumi dianggap sudah terlalu sesak.
Jika semua berjalan lancar, Burj Khalifa, menara tertinggi di dunia, akan menjadi pusat pertunjukan perayaan keberhasilan misi pertama angkasa luar UEA dan negara-negara jazirah Arab. Tidak hanya Burj Khalifa, seluruh bangunan ikonik di negara Teluk ini telah menyala merah pada malam hari, dihiasi dengan tagar #ArabtoMars.
Hope tidak sendirian dalam upayanya mencapai Mars. Ada dua misi lainnya yang juga memanfaatkan dari penyelarasan jarak Bumi dan Mars yang paling dekat, yang membuat waktu kedatangan mereka di Mars sangat dekat satu sama lain.
Misi China di Mars, Tianwen-1, menurut rencana akan mendarat di Mars pada Rabu (10/2/2021) dan terakhir adalah misi luar angkasa AS, Perseverance, yang diperkirakan akan bergabung di Mars pada pekan mendatang.
Misi luar angkasa yang terakhir ini, Perseverance, adalah misi kerja sama putaran pertama antara AS dan Eropa selama satu dekade terakhir. Misi ini menargetkan mendarat di Mars dan membawa kembali batuan Mars utuk diteliti lebih lanjut, untuk membuktikan bahwa Planet Merah ini pernah memiliki kehidupan mikroskopis.
Kolaborasi
Dalam mengembangkan Hope, UEA memilih berkolaborasi dengan mitra yang lebih berpengalaman daripada melakukannya sendiri atau membeli pesawat ruang angkasa di tempat lain. Para insinyur dan ilmuwannya bekerja dengan para peneliti di Universitas Colorado, Universitas California di Berkeley, dan Universitas Negeri Arizona.
Pesawat ruang angkasa seukuran mobil dan menelan biaya sekitar 200 juta dollar AS itu dirakit di Boulder, Colorado, sebelum dikirim ke Jepang untuk diluncurkan pada Juli 2020. Biaya tersebut belum termasuk dengan biaya pengoperasian di Mars.
Namun, apabila dibandingkan dengan dua misi luar angkasa lainnya, yaitu misi China dan AS, angka ini jauh lebih kecil. Misi Perseverance sendiri menelan biaya hingga 3 miliar dollar AS.
Hope, yang akan menjalankan tugas untuk memonitor kondisi cuaca di Mars selama tiga tahun, berada pada orbit yang sangat tinggi. Lintasan orbit Hope telah diatur untuk bergabung dengan enam pesawat ruang angka yang sudah beroperasi di Mars, yaitu tiga milik AS, dua milik Eropa, dan satu milik India.
Keberhasilan akan menjadi dorongan luar biasa bagi ambisi luar angkasa UEA. Astronot pertama negara itu meroket ke luar angkasa pada 2019, menumpang ke Stasiun Luar Angkasa Internasional bersama Rusia. Itu 58 tahun setelah Uni Soviet dan AS meluncurkan astronot.
Misi besar
UEA, sebuah federasi dari tujuh skeikhdom, mengembangkan proyek luar angkasa Amal untuk memicu imajinasi para ilmuwan negara dan kaum mudanya.
Selain itu, proyek ini diharapkan membantu mempersiapkan masa depan ketika minyak habis. Usaha tersebut menandai peringatan 50 tahun penyatuan tujuh emirat UEA.
”Misi ini tidak pernah hanya mencapai Mars,” kata Omran Sharaf, Manajer Proyek Amal. ”Mars hanyalah alat untuk tujuan yang jauh lebih besar. Pemerintah ingin melihat perubahan besar dalam pola pikir pemuda Emirat dan untuk mempercepat penciptaan sektor sains dan teknologi canggih di UEA,” kata Sharaf.
Selain memperkuat statusnya sebagai pemain regional utama, UEA juga ingin proyek tersebut menjadi sumber inspirasi bagi pemuda Arab, di wilayah yang terlalu sering dilanda konflik sektarian dan krisis ekonomi.
”Penyelidikan memiliki tingkat keberhasilan 50 persen dalam memasuki orbit Mars. Akan tetapi, kami mencapai 90 persen dari tujuan kami dalam membangun pengetahuan baru,” tulis Sheikh Mohammed bin Rashid Al-Maktoum, Perdana Menteri UEA dan penguasa Dubai, di Twitter awal bulan ini.
Amiri mengatakan, misi luar angkasa negaranya telah menginspirasi bangsa, khususnya generasi muda, untuk menatap masa depan dan melihat ke langit, sebuah penjelajahan tanpa batas dan terbentang luas. (AFP/AP)