Biden dan Tantangan Jangka Pendek Ekonomi Amerika Serikat
Pandemi Covid-19 yang terus bergejolak dan penderitaan ekonomi yang ditimbulkannya menunggu aksi cepat Joe Biden jika dia ingin ekonomi segera berjalan. Biden berulang kali menekankan perlunya bertindak ”sekarang”.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Joseph R Biden Jr langsung dihadapkan dengan aneka persoalan bangsanya begitu dinyatakan sebagai presiden terpilih Amerika Serikat. Ia bertekad dan berjanji segera memberlakukan agenda-agenda ambisius seusai dilantik tengah pekan ini. Pandemi Covid-19 yang terus bergejolak dan penderitaan ekonomi yang ditimbulkannya menunggu aksi cepatnya jika dia ingin ekonomi berjalan. Biden berulang kali menekankan perlunya bertindak ”sekarang”.
Media The New York Times memaparkan, 12 tahun lalu Presiden Barack Obama mewarisi ekonomi yang terjun bebas akibat krisis keuangan. Saat itu Biden menjadi wakil presiden Obama. Beberapa pihak menilai, Biden lebih beruntung saat terpilih menjadi presiden dibandingkan dengan mendampingi Obama saat itu.
Perekonomian AS telah bergerak menuju pemulihan secara signifikan sejak anjlok musim semi lalu akibat pandemi Covid-19, sebagian besar karena stimulus triliunan dollar AS. Namun, lalu kemajuan itu melambat dalam beberapa bulan terakhir. Pada Desember, tekanan atas ekonomi AS terlihat lebih kuat. Kondisi ketenagakerjaan di negara itu memburuk seiring pembatasan-pembatasan ketat yang dilakukan karena lonjakan kasus Covid-19.
Biden pun mengusulkan stimulus raksasa senilai 1,9 triliun dollar AS, sepekan sebelum dirinya dilantik. Stimulus senilai Rp 26.696 triliun ke dalam ekonomi AS itu menjadi harapan bagi negara itu. Stimulus tersebut dinilai dapat menjadi dasar untuk menggerakkan ekonomi AS yang terseok-seok akibat Covid-19. Paket stimulus itu dapat menambah lapangan kerja dan belanja yang diperlukan untuk menghindari kerusakan panjang akibat resesi selama pandemi.
Jika berhasil mengatasi pandemi, kelak Biden diperkirakan akan menghadapi serangkaian tantangan yang bahkan mungkin lebih sulit. Ia harus menyembuhkan bekas luka yang ditinggalkan pandemi pada keluarga dan komunitas. Biden pun wajib mengatasi masalah ketidaksetaraan ekonomi warga yang telah ada selama beberapa dekade, tetapi terungkap karena pandemi saat-saat ini.
Kompromi dan konsesi akan dibutuhkan Biden dan wakilnya, Kamala Harris, guna mendapatkan suara yang dia perlukan untuk memajukan undang-undang. Presiden baru itu diharapkan membalikkan banyak kebijakan Donald Trump yang merusak kebijakan pemerintahan Obama.
Kompromi dan konsesi akan dibutuhkan Biden dan wakilnya, Kamala Harris, untuk mendapatkan suara yang dia perlukan guna memajukan undang-undang. Presiden baru itu diharapkan membalikkan banyak kebijakan Donald Trump yang merusak kebijakan pemerintahan Obama. Di beberapa area yang penting untuk bisnis—seperti hubungan perdagangan dengan China dan Uni Eropa—dia mungkin tidak akan mengembalikan AS ke era sebelum Trump. Dia juga tidak akan mundur dari upaya pemerintahan Trump untuk mengekang kekuatan perusahaan-perusahaan teknologi besar.
Para analis mulai menaikkan proyeksi mereka atas ekonomi AS untuk tahun ini secara positif sejak pekan lalu. Katalisnya adalah kendali Kongres AS yang jatuh ke tangan kubu Demokrat. Harapannya, program-program terkait stimulus ekonomi akan lancar. Hal itu diharapkan sejalan dengan stimulus senilai 892 miliar dollar AS yang disahkan pada Desember 2020.
Dana raksasa dibutuhkan untuk membantu AS melawan pandemi, termasuk efek guncangan ekonomi secara keseluruhan. Dana digunakan untuk pengujian dan pelacakan warga terkait pandemi, program vaksinasi, serta penopang pemerintah negara bagian dan lokal di garis depan menghadapi pandemi. Upaya-upaya di atas diharapkan sangat membantu mengakhiri krisis di AS dengan lebih cepat. Krisis di bidang kesehatan saat-saat ini menjadi akar dari krisis ekonomi AS.
”Ini adalah paket yang sangat besar, tentang membantu ekonomi tetap bersatu serta dapat bertahan bersama sampai akhir pandemi,” kata Mark Zandi, kepala ekonom di Moody’s Analytics, tentang stimulus Biden, sebagaimana dikutip CNN. Zandi dan ekonom lainnya percaya bahwa produk domestik bruto, ukuran terluas dari aktivitas ekonomi negara, dapat melonjak jika Biden mendapatkan paket lengkapnya segera setelah menjabat.
Namun, tidak akan mudah menangani persoalan ketenagakerjaan. Ekonomi AS kehilangan 22 juta pekerjaan pada Maret dan April 2020 serta mengakhiri tahun itu dengan penurunan 140.000 lapangan kerja. Jumlah pegawai di perusahaan AS turun hampir 10 juta selama pandemi. Moody’s memperkirakan bahwa pekerjaan tersebut tidak akan pulih sepenuhnya hingga 2022, bahkan jika Biden mendapatkan anggaran stimulus yang diajukannya secara penuh. ”Kita mendapatkan banyak (peluang) pertumbuhan ekonomi di depan, tetapi akan membutuhkan waktu 18-24 bulan untuk mendapatkan semua pekerjaan itu kembali,” kata Zandi. ”Banyak orang tidak bisa kembali bekerja sampai pandemi teratasi.”
Biden menyerukan kenaikan upah minimum senilai 15 dollar AS. Dia menghindari secara eksplisit menyerukan kenaikan pajak. Namun, ia mengatakan berencana untuk membayar investasi dengan memastikan perusahaan dan mereka yang di atas membayar ”bagian yang adil” sesuai dengan proporsi pendapatan. Dia juga berjanji akan mendorong untuk menaikkan pajak pada rumah tangga terkaya dan sebagian membalikkan pemotongan pajak yang diberikan kepada perusahaan selama pemerintahan Trump, di mana tarif tertinggi turun dari 35 persen menjadi 21 persen.
Media BBC melaporkan gagasan itu kemungkinan tidak akan menjadi kenyataan dalam waktu dekat. Sebab, langkah seperti itu kemungkinan akan membutuhkan dukungan Republik. Sejumlah analis Wall Street juga menilai kenaikan pajak tidak akan diterapkan untuk saat-saat ini. Namun, Jason Furman, seorang profesor di Harvard Kennedy School dan penasihat ekonomi di bawah mantan Presiden Barack Obama, mengatakan, dia berpikir kenaikan pajak itu tetap mungkin terjadi. ”Presiden Biden hanya akan bisa mendapatkan sebagian kecil dari apa yang dia minta karena dia tidak bisa melakukan lebih dari apa yang diinginkan senator Demokrat paling moderat,” katanya. ”Saya pikir dia akan menerapkan beberapa kenaikan pajak untuk rumah tangga dan perusahaan berpenghasilan tinggi, tapi tidak dalam jumlah yang besar.”
Dalam jangka dekat, Biden juga berupaya menangani persoalan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) AS. Perusahaan kecil mempekerjakan sekitar setengah dari pekerja swasta Amerika dan diperkirakan 400.000 usaha telah tutup secara permanen sejak pandemi melanda. Biden telah mengajukan anggaran senilai 15 miliar dollar AS dalam bentuk hibah langsung bagi setidaknya satu juta pelaku UMKM. Dengan jumlah itu, para pelaku masing-masing akan menerima modal 15.000 dollar AS. Biden juga mengajukan 35 miliar dollar AS untuk investasi federal lewat program pembiayaan negara bagian dan lokal.
Utang rumah tangga secara keseluruhan telah turun selama pandemi, tetapi kehilangan pekerjaan telah membuat jutaan keluarga AS jatuh miskin. Selain cek sebesar 1.400 dollar AS per orang dan tunjangan pengangguran yang diperluas, Biden juga mengusulkan anggaran 30 miliar dollar AS untuk membantu rumah tangga yang kesulitan membayar tagihan sewa, air, dan energi yang terlambat. Biden berencana memperpanjang moratorium pembayaran pinjaman mahasiswa federal, tetapi dia belum mengatakan itu untuk berapa lama. Biden mendukung penghapusan utang mahasiswa senilai 10.000 dollar AS per orang. (BENNY D KOESTANTO)