India, sebagaimana banyak negara lain, telah mulai memvaksin rakyatnya dengan vaksin Covid-19.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
NEW DELHI, SABTU — Sedikitnya 190.000 warga India sudah disuntik vaksin Covid-19 dosis pertama dan tidak ada seorang pun yang harus dirawat di rumah sakit karena efek samping vaksin. Otoritas India memberikan izin penggunaan vaksin Oxford-AstraZeneca untuk kebutuhan darurat. Selain AstraZeneca, India juga memakai vaksin produksi dalam negeri, Covaxin, yang belum menuntaskan uji klinis tahap ketiga.
”Hasil vaksinasi hari pertama memuaskan. Vaksin ini jelas menjadi penyelamat hidup,” kata Menteri Kesehatan India Harsh Vardhan, Sabtu (16/1/2021).
Menurut rencana akan ada 300 juta penduduk dari 1,3 miliar total jumlah penduduk yang akan divaksin sampai Juli mendatang. Prioritas vaksin gelombang pertama diberikan kepada tim medis, penduduk usia di atas 50 tahun, dan penduduk yang berisiko tinggi karena kondisi kesehatannya.
Kementerian Kesehatan menyatakan tidak ada satu pun penerima vaksin yang masuk rumah sakit setelah divaksin. Namun, media lokal menyebutkan ada satu petugas satpam di Rumah Sakit Institut Sains Medis India di Delhi yang mengalami reaksi alergi setelah divaksin. Lembaga perwakilan dokter di Rumah Sakit Ram Manohar Lothia di New Delhi meminta agar pemerintah memberikan vaksin Oxford-AstraZeneca saja dan bukan Covaxin agar masyarakat tidak khawatir.
”Masyarakat agak khawatir dengan belum selesainya uji klinis Covaxin dan bisa jadi banyak yang tidak mau divaksin. Kami minta vaksinasi memakai produk Oxford-AstraZeneca saja karena sudah selesai uji klinisnya,” sebut lembaga itu dalam surat tertulis kepada pengawas medis rumah sakit.
Ahli patologi, Arvind Ahuja, juga mengaku khawatir dan berharap uji klinis Covaxin bisa segera diselesaikan. ”Idealnya, mereka seharusnya menunggu setidaknya sebulan supaya kita tahu tingkat efikasinya,” ujarnya.
Keraguan untuk vaksinasi terlihat dalam survei terhadap 18.000 orang di seluruh India. Hasil survei itu menunjukkan 69 persen orang tidak mau buru-buru divaksin. Karena survei ini, para ilmuwan dan dokter meminta pemerintah memublikasikan data tingkat efikasi Covaxin supaya masyarakat percaya pada vaksin itu.
Para penerima vaksin Covaxin, Sabtu, harus menandatangani formulir persetujuan yang menyatakan ”kemanjuran klinis belum ditetapkan”.
Perdana Menteri India Narendra Modi mendorong rakyat India untuk tidak memercayai propaganda dan rumor tentang vaksin Covaxin. Pemerintah sudah menyiapkan 150.000 anggota tim medis terlatih dan memperketat pengamanan vaksin agar vaksin-vaksin itu tidak berakhir di pasar gelap.
Otoritas India berharap bisa memvaksin 300.000 orang pada Sabtu, tetapi tampaknya akan sulit tercapai karena ada gangguan pada aplikasi yang digunakan untuk mengoordinasikan dan memantau proses vaksinasi. Akibat gangguan ini, tidak semua calon penerima vaksin akan menerima pemberitahuan untuk divaksin. Padahal, India berpacu dengan waktu karena kasus Covid-19 sudah mencapai 10,5 juta dan 152.000 orang tewas. (AFP)