Secercah Harapan Tahun 2021 di Timur Tengah
Hubungan negara-negara di Timur Tengah membaik seusai pertemuan Dewan Kerja Sama Teluk. Blokade Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan UEA atas Qatar dicabut dan perundingan Israel-Palestina disiapkan lagi.

Musthafa Abd Rahman, wartawan senior Kompas
Memasuki tahun baru 2021, sinar matahari cukup menerangi langit Timur Tengah sehingga cuaca terang benderang menyambut tahun baru tersebut.
Pertama, dimulai dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Dewan Kerja Sama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) pada 5 Januari lalu di kota Al-Ula, Arab Saudi, yang mengakhiri konflik di tubuh GCC antara Qatar pada satu pihak dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain plus Mesir pada pihak lain.
Tak pelak lagi, konflik GCC yang dimulai pada Juni 2017 dengan aksi blokade total Arab Saudi, UEA, dan Bahrain plus Mesir atas Qatar merupakan sejarah hitam GCC sejak berdirinya organisasi negara Arab kaya Teluk itu pada 1981.
Kedua, pertemuan Munich Group pada 11 Januari lalu di kota Kairo, Mesir, untuk menghidupkan kembali perundingan damai Israel-Palestina yang macet total sejak 2014.
Munich Group yang menghimpun Perancis, Jerman, Jordania, dan Mesir adalah koalisi Arab-Eropa sebagai gerakan kontra proposal damai AS yang terkenal dengan nama Transaksi Abad Ini (Deal of The Century) serta diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Januari 2020.

Gambar yang disediakan oleh Istana Kerajaan Arab Saudi menunjukkan dari kiri ke kanan Emir Kuwait Sheikh Nawaf al-Ahmad al-Sabah, Emir Qatar Tamim bin Hamad al-Thani, Deputi Perdana Menteri Oman Fahd bin Mahmud, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Bahrain Salman bin Hamad al-Khalifa, Wakil Presiden UEA Sheikh Mohammed bin Rashid Al-Maktoum, dan Sekretaris Jenderal Gulf Cooperation Council (GCC) berfoto bersama sebelum pembukaan Pertemuan ke-41 GCC di Al-Ula, Arab Saudi, 5 Januari 2021.
Munich Group tersebut dibentuk sebagai rasa keprihatinan atas Transaksi Abad Ini besutan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dianggap mengancam solusi dua negara. Munich Group menggelar pertemuan pertama di kota Munich, Jerman, Februari 2020; pertemuan kedua di Amman, Jordania, September 2020; pertemuan ketiga di Kairo, Mesir, pada 11 Januari 2021; dan pertemuan keempat direncanakan di Paris, Perancis, yang jadwal waktunya akan ditentukan kemudian.
Munich Group mengusung visi perdamaian Timur Tengah yang lebih berkeadilan dan lebih memberikan perhatian atas hak-hak Palestina dalam konfliknya dengan Israel. Di antara butir dalam komunike yang disampaikan dalam pertemuan Kairo itu adalah Munich Group komitmen atas solusi dua negara yang bisa menjamin terciptanya negara Palestina di atas tanah tahun 1967 yang mampu hidup berdampingan secara damai dengan Israel sesuai dengan resolusi DK PBB.
Baca juga: Empat Pendekar Muda di Balik Rekonsiliasi Arab Teluk
Munich Group menganggap ekspansi pembangunan permukiman Yahudi serta penyitaan tanah dan bangunan milik warga Palestina adalah pelanggaran terhadap hukum internasional dan menghambat terwujudkan solusi dua negara.
Ketiga, kesediaan Qatar menjadi mediator antara Arab Saudi dan Turki serta antara Arab Saudi dan Iran untuk mengakhiri konflik secara bilateral. Hal itu disampaikan oleh utusan khusus Kementerian Luar Negeri Qatar untuk urusan melawan terorisme, Mutlaq al-Qahtani, dalam forum diskusi tentang peran Qatar dalam pengalaman menjadi mediator konflik yang digelar Institut Doha untuk Kajian Strategis, Minggu (11/1/2021), di Doha.
Qatar menyampaikan pengalamannya yang sukses menjadi mediator antara AS dan Taliban serta antara Taliban dan faksi-faksi politik di Afghanistan yang mencapai kesepakatan damai pada Februari 2020 untuk mengakhiri konflik selama 20 tahun di negara tersebut.

Menteri Kesehatan Arab Saudi Tawfiq al-Rabiah menerima vaksin Covid-19 pertama di Riyadh, Arab Saudi, Kamis (17/12/2020).
Keempat, dimulainya vaksinasi Covid-19 di negara-negara Arab. Bahkan, negara-negara Arab kaya Teluk, seperti Arab Saudi, UEA, dan Qatar, sudah mulai vaksinasi Covid-19 sejak Desember 2020 serta terus berlanjut sampai saat ini.
Sementara sebagian negara Arab akan memulai vaksinasi Covid-19 pada akhir Januari 2021 dan sebagian negara Arab lain akan mulai vaksinasi Covid-19 pada Februari 2021.
Tentu gerakan vaksinasi Covid-19 itu diharapkan bisa mengakhiri musibah penyebaran Covid-19 yang masif sejak Februari 2020 di dunia Arab serta melumpuhkan kehidupan ekonomi, sosial, dan kesehatan di kawasan tersebut.
Jika empat proyek besar tersebut, yang merupakan isu makro kawasan, berjalan lancar sesuai dengan rencana dan harapan, tentu akan mengubah peta Timur Tengah pada 2021 ini dan tentunya akan berdampak sangat positif pada jalannya sejarah di kawasan itu pada masa-masa mendatang.
Baca juga: Abraham Accord dan Pemimpin Generasi Baru Arab Teluk
Tentu pula akan berandil besar dalam menjahit kembali tatanan sosial, ekonomi, dan politik di kawasan Timur Tengah sehingga kawasan tersebut bisa mengatasi ketertinggalannya dari kawasan lain serta meninggalkan kesan sebagai kawasan yang paling karut-marut di muka bumi ini.
Tentunya akan banyak hambatan dan tantangan yang tidak mudah untuk melaksanakan empat proyek besar tersebut. Namun, seiring dengan mulai banyak tampilnya pemimpin muda di dunia Arab yang inovatif, progresif, dan futuristik saat ini, cukup memberikan harapan akan kemampuan para pemimpin muda itu mengatasi hambatan untuk menyukseskan empat proyek besar tersebut.

Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menghadiri pertemuan virtual G-20 melalui konferensi video di Riyadh, Arab Saudi, 20 November 2020.
Para pemimpin muda Arab tersebut adalah pertama Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) yang baru berusia 35 tahun. MBS kelahiran kota Riyadh, 31 Agustus 1985.
Kedua, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani yang baru berusia 40 tahun. Sheikh Tamim kelahiran Doha, ibu kota Qatar, 3 Juni 1980.
Ketiga, Menteri Luar Negeri (Menlu) Kuwait Sheikh Ahmed Nasser al-Sabah yang baru berusia 49 tahun. Ia kelahiran kota Kuwait pada 13 Februari 1971.
Keempat, Dhi Yazin bin Haitham (30) yang baru ditunjuk sebagai putra mahkota Kesultanan Oman. Dhi Yazin, kelahiran 21 Agustus 1990, adalah putra sulung Sultan Oman Haitham bin Tariq.
Baca juga: Isu Geopolitik dalam Hubungan Resmi Israel-UEA
Beredarnya berita tentang mulai ada implementasi dari empat proyek besar itu merupakan berita yang cukup menggembirakan.
Arab Saudi dan UEA mengumumkan, terhitung mulai Sabtu (9/1/2021) membuka wilayah udara, darat, dan laut untuk Qatar. Bahrain juga mengumumkan mulai Minggu (10/1/2021) membuka wilayah udara, laut, dan darat untuk Qatar.

Perbatasan Qatar dan Arab Saudi di Abu Samrah (wilayah Qatar) kembali dibuka, 5 Januari 2021. Selain perbatasan darat, kedua negara itu juga membuka jalur udara sehingga pesawat dari Qatar dapat mendarat di Arab Saudi dan sebaliknya.
Mesir mengumumkan pula terhitung mulai Selasa (12/1/2021) membuka wilayah udaranya untuk Qatar. Maskapai penerbangan Qatar, Qatar Airways, sudah mulai melakukan penerbangan komersial ke Riyadh, ibu kota Arab Saudi, sejak Senin (11/1/2021).
Menurut banyak pengamat ekonomi, rekonsiliasi Arab Teluk dari hasil KTT GCC di kota Al-Ula itu akan meningkatkan neraca perdagangan antara negara-negara Arab Teluk dan pertumbuhan ekonomi di kawasan itu, khususnya setelah dibuka perbatasan darat, laut, dan udara antara Qatar dan Arab Saudi, UEA, serta Bahrain. Data statistik GCC menunjukkan necara perdagangan di antara negara-negara Arab anggota GCC pada 2019 mencapai 91 miliar dollar AS.
Dalam konteks upaya forum Munich untuk menghidupkan kembali perundingan damai Israel-Palestina adalah beredarnya berita yang dilansir harian Israel, Hayom, Selasa (12/1/2021), tentang pertemuan antara Menlu Jordania Ayman As-Safadi dan Menlu Israel Gabi Ashkenazi, di Amman.
Pertemuan tersebut merupakan yang kedua kali selama dua pekan ini antara Menlu Jordania dan Menlu Israel tersebut. Menurut Hayom, Menlu Jordania membujuk Menlu Israel agar bersedia segera memulai lagi perundingan damai dengan Palestina atas dasar solusi dua negara dan mengubur pijakan proposal damai AS yang dikenal dengan nama Transaksi Abad Ini.
Forum Munich yang mengusung pijakan solusi dua negara itu masih menunggu Presiden AS Joe Biden masuk Gedung Putih pada 20 Januari nanti, untuk menggandeng AS menekan Israel agar menerima pijakan baru perundingan damai sebagai ganti dari pijakan Transaksi Abad Ini yang ditolak Palestina dan masyarakat internasional.
Timur Tengah juga masih menunggu respons Arab Saudi dan UEA atas tawaran Qatar untuk menjadi mediator dengan Turki dan Iran. Hubungan Turki dengan Arab Saudi terakhir ini sudah mulai membaik. Arab Saudi mengirim bantuan kemanusian ke kota Izmir, Turki, ketika gempa bumi melanda kota tersebut pada awal November 2020.
Raja Salman bin Abdelaziz juga menelepon Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di sela KTT negara-negara G-20 di Riyadh, 21 November lalu.
Isu terberat memang terkait konflik Iran-Arab Saudi yang terlibat persaingan berebut pengaruh cukup ketat di berbagai titik di Timur Tengah. Qatar butuh upaya out of the box untuk bisa mampu mewujudkan rekonsiliasi Iran-Arab Saudi.