Para Pemimpin Dunia Tak Ingin Demokrasi Menyerah pada Anarki Massa
Aksi penyerbuan Gedung Capitol dinilai memalukan AS dan dianggap tak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi yang dianut negara itu. Para pemimpin di dunia berhadap demokrasi AS akan bertahan dan menang.
Oleh
LUKI AULIA, MAHDI MUHAMMAD, BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
WASHINGTON DC, KAMIS — Dunia terkejut, menyayangkan, sekaligus mengecam penyerbuan ribuan pendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Gedung Capitol, Washington DC, saat Kongres AS hendak menyertifikasi kemenangan Presiden terpilih AS Joe Biden, Rabu (6/1/2021). Tindakan anarkistis itu memalukan AS dan dianggap tak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi yang dihidupi AS.
Peristiwa tersebut sekaligus juga menjadi bahan cibiran para pihak yang selama ini tidak suka dengan kecenderungan AS mendikte dan menghukum negara-negara yang dianggap tak sejalan dengan cita-cita demokrasi versi Washington. Pemandangan gas air mata dan muntahan peluru di dalam Capitol—gedung yang diakui dunia sebagai jantung gagasan demokrasi Amerika—mirip situasi di negara-negara yang dilanda kerusuhan massa untuk menumbangkan diktator, seperti terjadi pada Musim Semi Arab.
Kerusuhan di Capitol memperlihatkan contoh buruk dari upaya sebagian warga AS menggagalkan transisi kekuasaan kepada presiden terpilih setelah pemilu demokratis di negara yang kerap dilihat sebagai model pemerintahan demokratis.
”Kita harus menyebut hal ini sebagai serangan disengaja terhadap demokrasi oleh presiden yang sedang menjabat dan para pendukungnya, berupaya menggagalkan hasil pemilu yang bebas dan adil! Dunia menyaksikan!” cuit Simon Coveney di Twitter, seolah mewakili kemarahan banyak pemimpin dunia lainnya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Kamis (7/1/2021), di Jerusalem, menyatakan, kekerasan di AS itu memalukan dan harus dikecam dengan keras oleh dunia. Aksi anarkistis itu seharusnya tidak boleh terjadi di negara yang mengusung demokrasi sebesar AS. ”Saya tidak ragu, demokrasi Amerika akan menang. Itu selalu terjadi,” kata Netanyahu, mitra dekat Trump.
Harapan senada diungkapkan Presiden Perancis Emmanuel Macron. Ia percaya pada kekuatan proses demokrasi di AS. ”Apa yang terjadi di AS itu jelas bukan Amerika yang sebenarnya. Saya percaya pada kekuatan demokrasi kita. Saya percaya pada kekuatan demokrasi AS,” tulisnya di Twitter.
PM Inggris Boris Johnson, juga melalui media sosial Twitter, mengecam peristiwa memalukan di Kongres AS itu. ”AS mewakili demokrasi di seluruh dunia. Harus ada transfer kekuasaan yang damai dan tertib,” tulisnya.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menambahkan, AS selama ini sangat bangga pada demokrasinya. Maka, tidak ada pembenaran atas kekerasan yang dilakukan untuk menggagalkan transisi kekuasaan yang sah.
Kecaman juga disampaikan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell. Ia menilai apa yang terjadi di AS sebagai serangan terhadap demokrasi AS, seluruh institusinya, dan penegakan hukum. ”Di mata dunia, demokrasi AS malam ini tampaknya sedang diserang. Ini bukan Amerika. Hasil pemilu 3 November harus dihormati,” tulisnya.
”Serangan yang tak dapat diterima terhadap demokrasi AS. Presiden Trump bertanggung jawab menghentikannya,” ujar PM Norwedia Erna Solberg.
Bahan cibiran
Bagi pemimpin negara musuh AS, kerusuhan di Capitol menjadi bahan cibiran. ”Yang kita saksikan di AS memperlihatkan betapa rapuh dan rentan demokrasi Barat,” kata Presiden Iran Hassan Rouhani.
”Ketika hal sama terjadi di Hong Kong, orang Amerika dan media AS bereaksi berbeda,” ujar Hua Chunying, jubir Kemenlu China, membandingkan peristiwa di Capitol dengan serbuan aktivis ke gedung legislatif Hong Kong pada 2019.
Bahkan, kecaman juga disampaikan oleh Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin. Mnuchin menyebut penyerbuan ke Gedung Capitol oleh perusuh pro-Trump ”tidak dapat diterima”. ”Sekarang adalah waktunya bagi bangsa kita untuk bersatu dan menghormati proses demokrasi di AS,” katanya.
Menlu Jerman Heiko Maas meminta pendukung Trump untuk menghentikan serangan pada demokrasi dan belajar menerima kenyataan bahwa suara rakyat AS yang menentukan kemenangan Joe Biden. ”Musuh-musuh demokrasi akan senang melihat yang terjadi di Washington DC. Kata-kata yang memancing keributan akhirnya betul-betul menghasilkan kekerasan,” tulisnya.
PM Australia Scott Morrison juga mengecam tindak-tindak kekerasan yang terjadi dan berharap AS bisa segera menetapkan pemerintahan AS yang baru dengan damai, sesuai dengan tradisi demokrasi AS.
Sementara bagi PM Selandia Baru Jacinda Ardern, demokrasi memastikan hak rakyat untuk bersuara dan suaranya didengarkan. ”Suara rakyat seharusnya tidak bisa diubah hanya karena ada gerombolan perusuh. Yang mereka lakukan itu keliru,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, PM Belanda Mark Rutte, PM Irlandia Micheal Martin, PM Yunani Kyriakos Mitsotakis, dan Kanselir Austria Sebastian Kurz juga menyesalkan serta mengecam Trump dan para pendukungnya.
Kementerian Luar Negeri Turki dalam pernyataan tertulisnya menyebutkan, mereka mengikuti perkembangan di AS dengan rasa khawatir. ”Kami meminta semua pihak di AS menahan diri dan berhati-hati. Kami yakin AS akan bisa mengatasi krisis politik internal ini dengan cara dewasa,” sebut pernyataan tertulis itu.
Pasar tak terpengaruh
Kekerasan di AS tidak mengganggu pasar modal global. Para pelaku pasar terlihat lebih menaruh harapan baik terhadap pemerintahan AS di bawah Presiden Joe Biden kelak.
Pasar global berharap stimulus moneter akan diluncurkan sehingga dapat membantu proses pemulihan ekonomi AS dan global di tengah tekanan akibat dari kondisi pandemi Covid-19. Pasar menilai kepemimpinan Biden yang tenang akan ikut membawa ketenangan bagi pemerintah dan dunia usaha di AS.
Perdagangan saham di Asia berjalan normal, diikuti dengan pasar di Eropa, Kamis. Bahkan, sebagian besar saham Wall Street mengalami kenaikan sepanjang Rabu. Di tengah kekacauan di Gedung Capitol itu, indeks Dow Jones masih berakhir pada titik tertinggi sepanjang masa.
Investor menyasar saham perusahaan kecil, bank, dan bisnis lain yang akan menjadi target program bantuan ekonomi Pemerintah AS. Partai Demokrat diperkirakan akan mendorong lebih banyak bantuan ekonomi untuk membantu rakyat dan usaha mereka yang terpukul karena pandemi. Harapan itu melambung seiring dengan kepastian Demokrat menguasai Kongres AS.
Pasar saham bereaksi positif setelah dua kandidat senator yang didukung Demokrat di Georgia memenangi pertarungan memperebutkan kursi Senat. Sebagian besar pelaku pasar mengabaikan kerusuhan yang meletus di Washington dan memilih melihat ke depan pada akhir tahun ini. Mereka mengharapkan prospek ekonomi cerah dengan peluncuran vaksin Covid-19 serta potensi peningkatan pengeluaran untuk infrastruktur dan area lain di bawah pemerintahan Biden. (AP/AFP/REUTERS/SAM)