Tim WHO Selidiki Asal Muasal Virus SARS-CoV-2 ke Wuhan
WHO mengirimkan tim investigasi untuk menyelidiki asal-usul virus SARS-CoV-2 ke China. Tim ini bisa memberikan pencerahan tentang asal-usul virus atau sebaliknya menjadi stempel narasi Beijing.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
BEIJING, SELASA — Setelah satu tahun pandemi berlangsung dan telah meluluhlantakkan dunia beserta perekonomiannya, menewaskan lebih dari 1,8 juta orang dan jumlah kasus yang terus menanjak, China memberi jalan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyelidiki asal muasal virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Provinsi Hubei.
Tim WHO beranggotakan 10 orang dan akan dipimpin oleh Kepala Kedaruratan WHO Michael Ryan, menurut rencana, berada di China selama lima hingga enam pekan, termasuk dua minggu masa karantina setelah kedatangan. Jumlah ini lebih sedikit daripada rencana semula, yaitu 12-15 orang.
”Ini bukan tentang menemukan negara yang bersalah atau otoritas yang bersalah,” kata Fabian Leendertz, anggota tim yang berasal dari Robert Koch Institute, Badan Pengendalian Penyakit Jerman, yang akan menjadi salah satu anggota tim, akhir Desember lalu. Dia menambahkan, yang ingin dilakukan oleh tim WHO adalah memahami apa yang sebenarnya terjadi untuk menghindari hal yang sama terulang kembali pada masa depan atau untuk mengurangi risiko.
Cerita tentang asal muasal virus SARS-CoV-2 masih menjadi isu sensitif bagi China. Kematian dr Li Wenliang, dokter yang mengabarkan kepada dunia tentang keberadaan virus ini pertama kali di Wuhan dan kemudian menjadi korban, memicu kemarahan tak hanya di China, tetapi juga seluruh dunia. Partai berkuasa di China, Partai Komunis China, dikabarkan telah meminta maaf kepada keluarga Li. Namun, tak ada penjelasan resmi soal ini dari Pemerintah China sendiri.
Begitu juga dengan jurnalis warga Zhang Zhan, yang mengabarkan kepada dunia tentang bagaimana Pemerintah Wuhan dan China melaksanakan berbagai langkah serta kebijakan untuk menangani pandemi ini. Ia dihukum empat tahun penjara dan vonis itu menjadi bukti ketertutupan Beijing terhadap dunia. Otoritas China hingga saat ini menolak untuk mengonfirmasi tanggal pasti dan rincian kunjungan tim WHO itu.
Kunjungan nanti bukanlah pertama kalinya bagi WHO. Tahun lalu, sebuah tim dikirim oleh WHO untuk melihat cara kerja Pemerintah China menangani pandemi di negaranya, bukan mencari asal-usul virus. Satu kunjungan lain juga sempat dilaksanakan pada musim panas lalu untuk meletakkan dasar bagi penyelidikan kali ini.
Seorang warga kota Wuhan bermarga Wan mempersilakan tim WHO untuk datang ke kota tempat tinggalnya dan menyelidiki asal-usul virus. Namun, dirinya tidak yakin bahwa virus itu benar-benar berasal dari Wuhan, tepatnya pasar boga bahari Huanan.
”Saya persilakan mereka datang. Kami juga ingin tahu bagaimana perkembangannya, khususnya dari mana asalnya, apakah sumber virusnya ada di sini. Perasaan saya bukan dari situ,” katanya.
Konflik kepentingan
Sensitivitas isu ini, yang telah membuat ketegangan memuncak antara China dan sejumlah rival utamanya, membuat keraguan bahwa tim investigasi ini akan menghasilkan sebuah hal yang bisa mencerahkan semua pihak, terutama bagi yang mempertanyakan bagaimana virus ini bisa muncul dan dari mana asalnya. Tidak hanya asal muasal, pengiriman tim WHO juga menimbulkan keraguan baru apakah mereka bisa memberikan penjelasan yang masuk akal, rasional, tentang asal muasal atau hanya sekadar tukang stempel narasi Pemerintah China yang selama ini digulirkan oleh para diplomat ataupun para pendukung PKC.
Keraguan ini mengemuka karena hingga sekarang tidak jelas siapa yang dapat ditemui oleh anggota tim investigasi ketika mereka tiba di Wuhan untuk menelusuri kembali awal kemunculan penyakit ini.
Profesor Gregory Gray dari Divisi Penyakit Menular Universitas Duke pesimistis tim itu bisa melacak asal muasal virus. ”Saya tidak optimistis. Jejaknya sekarang sudah dingin,” kata Gray.
Pemerintah China telah menarasikan ulang asal muasal virus ini. Menteri Luar Negeri Wang Yi baru-baru ini mengulangi klaim yang tidak terbukti bahwa pandemi kemungkinan besar dimulai di banyak titik di seluruh dunia.
Yanzhong Huang, peneliti senior pada lembaga analis dan think tank Pemerintah AS, Council of Foreign Relations, menyatakan, tim WHO harus menyadari bahwa mereka berada di tengah polarisaasi hubungan geopolitik global yang panas akibat pandemi ini.
”Mereka harus paham politik dan menarik kesimpulan yang dapat diterima oleh semua partai besar,” katanya.
Satu kondisi lain yang harus dipertimbangkan oleh tim WHO adalah ketika saat ini pemerintah dan rakyat di negara lain tengah berjuang melawan lonjakan kasus infeksi, China telah memulai untuk mengaktifkan kembali kegiatan perekonomiannya. Sebuah kondisi yang mungkin bagi banyak negara ”sangat menyakitkan”. Apalagi China kemudian menawarkan vaksin Covid-19 dengan harga terjangkau, khususnya bagi negara-negara dunia ketiga dan miskin.
Meski dinilai tidak transparan, China mulai terlihat terbuka dengan membagikan informasi yang bertentangan dengan gambaran resmi. Pekan lalu, sebuah studi oleh Pusat Pengendalian Penyakit China menunjukkan bahwa sampel darah dari 4,43 persen populasi Wuhan mengandung antibodi Covid-19. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat infeksi di kota itu jauh lebih tinggi daripada yang diketahui semula.
Namun, hal itu tidak cukup. Para ilmuwan mendesak kolega dan Pemerintah China untuk membagikan temuan apa pun yang bisa menunjukkan bahwa Covid-19 beredar di dalam negeri, bahkan jauh sebelum secara resmi diidentifikasi pada Desember 2019.
Menanggapi hal ini, Pemerintah China membangun kontranarasi yang menyatakan bahwa sebenarnya Covid-19 masuk ke China dari luar negeri melalui makanan beku yang diimpor oleh mereka ketika ada kompetisi olahraga militer. Kontranarasi ini muncul setelah sebuah penelitian di Italia menunjukkan, Covid-19 mungkin telah ada di Eropa beberapa bulan sebelum kasus resmi pertama di China.
Raina MacIntyre, Kepala Program Penelitian Biosecurity Kirby Institute di Australia, mengatakan, penyelidikan diperlukan untuk menarik ”gambaran global yang komprehensif dari petunjuk epidemiologi”, termasuk bukti bahwa Covid-19 ada di luar China sebelum Desember 2019.
Namun, menurut MacIntyre, masalah politik yang sensitif yang melingkupi narasi ini membuka kemungkinan bahwa tim WHO tidak mungkin diberi banyak kelonggaran untuk menyelidiki satu hipotesis bahwa wabah itu disebabkan oleh kebocoran di Institut Virologi Wuhan. Dia meragukan tim ini akan menyingkap tabir asal muasal Covid-19.
”Saya pikir tidak mungkin semua virus di lab pada saat itu akan tersedia untuk tim. Jadi, menurutku, kita tidak akan pernah tahu yang sebenarnya,” katanya. (AFP/REUTERS)