Perundingan Intra-Afghanistan Akan Dimulai Kembali
Perundingan damai untuk Afghanistan kembali digelar oleh perwakilan Pemerintah Afghanistan dan Taliban.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
KABUL, SENIN —Perundingan perdamaian intra-Afghanistan akan kembali berlanjut. Perwakilan Pemerintah Afghanistan dan Taliban akan kembali bertemu di Qatar untuk membahas pembagian kekuasaan. Proses perundingan yang dimulai September lalu itu dikhawatirkan tak akan mudah. Apalagi jika masih ada ancaman gejolak kekerasan yang setiap saat bisa terjadi.
Rencana pertemuan itu akan dilakukan, Selasa (5/1/2021), di Qatar. ”Prosesnya akan rumit, tetapi Pemerintah Afghanistan dan tim negosiasi sudah bulat tekad untuk tetap berunding demi kepentingan rakyat,” kata juru bicara Kementerian Urusan Perdamaian Afghanistan, Najia Anwari.
Salah satu anggota tim perundingan dari Pemerintah Afghanistan, Ghulam Farooq Majroh, mengakui, proses perundingan akan butuh waktu lama. ”Namun, kami tetap berharap segera akan ada hasil karena rakyat sudah lelah dengan peperangan berdarah ini,” ujarnya.
Dalam beberapa pekan terakhir ini, para pejabat Afghanistan kerap menuding Taliban berada di balik pembunuhan birokrat dan wartawan serta serangan-serangan bom. Taliban membantah semua tudingan itu, tetapi pada saat yang bersamaan mereka juga bertikai dengan pasukan Afghanistan di sejumlah daerah.
Amerika Serikat dan Eropa mendesak kedua pihak untuk menghentikan segala bentuk pertikaian dan segera menuntaskan perundingan perdamaian. AS sudah mengurangi jumlah pasukannya di Afghanistan sebagai bagian dari kesepakatan dengan Taliban. Pasukan AS diperkirakan akan berkurang menjadi hanya 2.500 orang pada awal tahun ini.
Militer AS untuk pertama kalinya juga langsung menuduh Taliban yang berada di balik pembunuhan tokoh-tokoh Afghanistan, seperti pejabat pemerintah, pemimpin masyarakat sipil, dan wartawan. ”Ini harus dihentikan agar tercapai perdamaian,” tulis juru bicara pasukan AS di Afghanistan, Sonny Leggett, di Twitter.
Sejak November lalu, korban yang tewas dibunuh antara lain wakil gubernur provinsi Kabul, lima wartawan, dan aktivis pemilu. Pernyataan Leggett itu membalas tuduhan Taliban yang menyatakan pasukan AS melakukan serangan udara untuk melawan Taliban di Provinsi Kandahar, Nangarhar, dan Helmand selama beberapa hari terakhir.
Serangan Taliban itu melanggar kesepakatan yang sudah ditandatangani Februari lalu yang kemudian menghasilkan keputusan penarikan seluruh pasukan asing pada Mei 2021. Leggett mengatakan, AS akan tetap membantu pasukan Afghanistan melawan Taliban. Kepala Badan Intelijen Afghanistan Ahmad Zia Siraj mengatakan, selama tahun 2020, Taliban melakukan serangan sebanyak 18.000 kali.
Misi Bantuan PBB di Afghanistan menyebutkan, sembilan bulan pertama tahun lalu sekitar 2.177 orang tewas dan 3.822 orang terluka akibat kekerasan Taliban. ”Tidak ada rasa aman sama sekali di Kabul. Sampai kapan kami harus kehilangan orang-orang tercinta?” kata warga Kabul, Jamshid Mohammad.
Nishank Motwani dari Unit Penelitian dan Evaluasi Afghanistan mengatakan, Taliban pasti tidak akan mengaku bertanggung jawab pada serangkaian pembunuhan itu saat proses perundingan berjalan. Namun, di sisi lain, Taliban juga masih mau menunjukkan ke kader-kadernya bahwa Taliban belum berubah.