Setelah menjadi negara Asia pertama yang menyetujui vaksin Covid-19 dari Pfizer-BioNTech, Singapura juga negara Asia Tenggara pertama yang menggelar vaksinasi Covid-19 dengan prioritas para tenaga kesehatan dan lansia.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
SINGAPURA, RABU — Singapura mulai memberikan vaksin Covid-19 dari Pfizer-BioNTech kepada tenaga kesehatan, Rabu (30/12/2020). Negara itu menjadi negara Asia pertama yang menyetujui pemberian vaksin tersebut untuk keadaan darurat, sekaligus menjadi negara Asia Tenggara pertama yang menggelar vaksinasi Covid-19.
Sebanyak 30 tenaga medis di Pusat Penyakit Menular Nasional termasuk kelompok pertama yang mendapat suntikan dosis pertama vaksin Covid-19 Pfizer. Sarah Lim (46), seorang perawat, dan Kalisvar Marimuthu (43), dokter penyakit menular, merupakan dua di antara tenaga medis yang mendapat vaksin Covid-19.
”Vaksin telah membuat pandemi sebelumnya bertekuk lutut. Saya berharap vaksin ini juga sama,” kata Marimuthu dalam video yang dirilis Kementerian Kesehatan Singapura.
Dosis kedua vaksin Covid-19 menurut rencana akan diberikan pada 20 Januari 2021. Pemberian dua dosis vaksin bagi keseluruhan 5,7 juta jiwa penduduk Singapura diharapkan selesai pada kuartal ketiga 2021. Setelah tenaga kesehatan, Singapura akan memberikan vaksin kepada warga lansia sebelum masyarakat umum.
Menteri Kesehatan Singapura Gan Kim Yong mengatakan, Singapura berharap selesai melakukan vaksinasi bagi seluruh penduduknya pada akhir tahun depan. ”Prioritas kami dalam beberapa bulan ke depan adalah memastikan vaksin-vaksin yang kami gunakan aman dan efektif, dan vaksinasi kami pada seluruh penduduk bisa berjalan lancar dan sesuai urutan prioritas,” katanya.
Gan mengakui bahwa ada kekhawatiran di antara sebagian warga Singapura terkait dengan vaksin Covid-19 yang dipakai di negaranya. Ia menyatakan, vaksin Covid-19 yang digunakan sudah memenuhi aspek keamanan dan efikasi. Otoritas kesehatan pun akan terus memantau perkembangan vaksinasi ini.
Untuk menunjukkan vaksin Covid-19 yang digunakan aman, Perdana Menteri Lee Hsien Loong (68) bersama koleganya akan menjadi salah satu yang pertama mendapat vaksin. Vaksinasi Covid-19 di Singapura bersifat gratis dan sukarela. Pemerintah Singapura sangat menganjurkan warga yang tidak memiliki kontraindikasi untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
Selain vaksin Covid-19 dari Pfizer-BioNTech, Singapura juga telah memesan vaksin Covid-19 dari Moderna dan Sinovac. Hingga kini, jumlah kasus meninggal akibat Covid-19 di Singapura 29 orang, salah satu yang terendah di dunia. Data ini membuat sejumlah warga Singapura mempertanyakan perlunya mereka divaksin.
Efikasi Sinopharm
Di China, Sinopharm mengumumkan bahwa efikasi vaksin Covid-19 mereka berdasarkan hasil uji klinis fase III sebesar 79 persen. Meski lebih rendah dari efikasi vaksin Covid-19 dari Pfizer-BioNTech dan Moderna, vaksin ini berpotensi menjadi terobosan dalam perang melawan pandemi di Asia.
Selama ini, China berlomba dengan negara-negara Barat untuk mengembangkan vaksin Covid-19. Terdapat beberapa calon vaksin Covid-19 dari China yang sedang menjalani uji klinis fase III. Hasil efikasi vaksin Sinopharm ini merupakan yang pertama diumumkan.
Vaksin Covid-19 dari China dikembangkan oleh perusahaaan Sinovac, Sinopharm, CanSinoBio, dan Chinese Academy of Medical Science. ”Efek perlindungan dari vaksin (Sinopharm CNBG Beijing) terhadap Covid-19 adalah 79,34 persen,” kata Beijing Institute of Biological Products, anak perusahaan Sinopharm.
Sinopharm telah mengajukan permohonan izin edar vaksin Covid-19 kepada otoritas pengawas obat China.
China berupaya keras mendapatkan kepercayaan internasional terhadap calon vaksin Covid-19 buatan mereka. Selama ini, hasil uji klinis vaksin dari China dinilai kurang transparan. Proses uji klinis yang dilakukan di luar China juga berjalan lambat. Uji klinis dilakukan di beberapa negara lain karena kasus positif Covid-19 aktif di dalam negeri China telah berkurang drastis.
Berulang kali para pejabat China meyakinkan publik bahwa vaksin Covid-19 yang mereka kembangkan aman. Mereka juga mengklaim tidak ada efek samping serius yang muncul selama uji klinis. Lebih dari satu juta penduduk China, termasuk tenaga kesehatan, pegawai badan usaha milik pemerintah, dan tenaga kerja yang akan bekerja di luar negeri, telah divaksin Covid-19 melalui program penggunaan darurat.
Awal Desember ini, Uni Emirat Arab (UEA) menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui penggunaan vaksin Sinopharm. Otoritas UEA menyebutkan, berdasarkan hasil awal uji klinis fase III, efikasi vaksin itu 86 persen.
Beijing telah berjanji untuk menetapkan harga yang adil atas vaksin Covid-19 mereka sehingga memungkinkan negara-negara berkembang di Asia sangat bergantung pada fasilitas COVAX dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memiliki akses.
”China telah membuat komitmen yang tegas bahwa setelah vaksin Covid-19 selesai dikembangkan dan mulai dipakai, mereka akan jadi produk publik global dan bisa didistribusikan pada dunia dengan harga yang adil dan masuk akal,” kata Zhao Lijian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Jumat pekan lalu.
”Kami juga akan memprioritaskan negara berkembang yang dijalin melalui berbagai cara, termasuk donasi dan bantuan,” ujarnya. (AFP/REUTERS)