Sinyal Rekonsiliasi Arab Saudi dan Qatar
Arab Saudi dan Qatar semakin mengarah menuju rekonsiliasi setelah selama tiga setengah tahun terlibat konflik.
Blokade Arab atas Qatar yang telah berjalan tiga tahun diharapkan segera berakhir. Dua opsi coba ditawarkan sebagai upaya menuju rekonsiliasi.
KAIRO, KOMPAS -- Arab Saudi dan Qatar semakin mengarah menuju rekonsiliasi setelah selama tiga setengah tahun terlibat konflik. Arab Saudi bersama Bahrain, Mesir, dan Uni Emirat Arab sejak Juni 2017 menjatuhkan sanksi blokade total terhadap Qatar.
Sinyal menuju rekonsiliasi tersebut, seperti diberitakan kantor berita Qatar, QNA, ditunjukkan oleh keikutsertaan Menteri Negara Urusan Luar Negeri Qatar Soltan bin Saad al-Muraikhi dalam sidang pendahuluan tingkat menteri luar negeri Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) yang berlangsung secara daring, Minggu (27/12/2020), untuk persiapan KTT GCC di Riyadh, ibu kota Arab Saudi, 5 Januari 2021.
Turut serta dalam sidang pendahuluan, seperti diberitakan kantor berita Kuwait, KUNA, Menlu Kuwait Sheikh Ahmad Nasser al-Sabah.
Baca juga: Qatar Bertahan dari Blokade, Qatar Kian Mandiri
Kuwait selama ini dikenal sebagai mediator untuk rekonsiliasi antara Qatar dan kuartet Arab (Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir). Sedianya KTT GCC digelar di Manama, Bahrain, akhir Desember ini, tetapi ditunda dan tempat KTT GCC dipindah ke Riyadh dengan dalih logistik. Jika tidak ada aral melintang pada saat-saat terakhir, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamd al-Thani dijadwalkan menghadiri KTT GCC.
KTT tersebut bersamaan dengan peringatan 50 tahun berdirinya organisasi GCC yang dibentuk pada 25 Mei 1981. GCC beranggotakan enam negara Arab Teluk kaya, yaitu Arab Saudi, UEA, Kuwait, Qatar, Bahrain, dan Oman. Misi utama GCC adalah menjaga keamanan bersama negara-negara anggota GCC dari ancaman menghadapi semakin sengitnya perang Iran-Irak saat itu.
Dua opsi
Dalam forum KTT GCC nanti dijadwalkan akan ada dua opsi rekonsiliasi. Opsi pertama, akan ditandatangani dokumen rekonsiliasi Qatar dan kuartet Arab. Jika gagal mewujudkan opsi pertama akan dipilih opsi kedua, yaitu rekonsiliasi Qatar-Arab Saudi saja.
Menlu Qatar Sheikh Mohammed bin Abdul Rahman al-Thani, Rabu (23/12), menegaskan, tidak ada hambatan secara politik bagi rekonsiliasi di Arab Teluk. Ia mengatakan, dialog dan perundingan terkait upaya rekonsiliasi itu hanya dilakukan antara Qatar dan Arab Saudi. Namun, lanjutnya, Arab Saudi mewakili negara lain yang ikut memblokade Qatar.
Pada 4 Desember lalu, Menlu Kuwait Sheikh Ahmed Nasser menyampaikan, ada optimisme ke arah terwujudnya rekonsiliasi di Arab Teluk dan terbangunnya kembali persatuan di tubuh GCC. Arab Saudi dan Qatar menyambut baik pernyataan Menlu Kuwait tersebut.
Baca juga: Doha Tetap Membuka Ruang Dialog dengan Riyadh
Sebelumnya, 2 Desember, penasihat politik Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang juga menantunya, Jared Kushner, mengunjungi Qatar dan Arab Saudi untuk upaya akhir pemerintah Presiden Trump mewujudkan rekonsiliasi di tubuh GCC sebelum meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari 2021.
Kushner diberitakan berhasil membujuk Arab Saudi agar bersedia melakukan rekonsiliasi dengan Qatar. Arab Saudi disinyalir bersedia mencabut blokade udara, laut, dan darat atas Qatar. Menurut Bloomberg, AS menekan Arab Saudi agar bersedia melakukan rekonsiliasi dengan Qatar sebagai bagian dari aksi AS semakin mencekik perekonomian Iran.
Qatar terpaksa membayar 100 juta dollar AS kepada Iran per tahun sebagai biaya pajak diizinkannya pesawat terbang komersial Qatar menggunakan wilayah udara Iran setelah dilarang menggunakan wilayah udara Arab Saudi.
AS berharap Qatar tidak menggunakan lagi wilayah udara Iran dan lalu tidak perlu membayar 100 juta dollar AS per tahun kepada Iran jika Arab Saudi mengizinkan kembali pesawat terbang komersial Qatar menggunakan wilayah udaranya.
Optimisme
Upaya rekonsiliasi itu semakin memunculkan optimisme menyusul Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi diberitakan akan menghadiri KTT GCC di Riyadh. Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud mengundang secara khusus Sisi agar ikut hadir dalam forum KTT GCC. Presiden Sisi sudah menyampaikan konfirmasi kepada Raja Salman tentang kesediaannya hadir dalam KTT GCC.
Baca juga: Sinyal Rekonsiliasi Raja Salman pada Emir Qatar
Mesir dikenal sebagai pihak yang getol memblokade Qatar dan menuduh Qatar mendukung dan menampung tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin yang ditetapkan sebagai organisasi teroris di Mesir. Pemerintah Mesir selalu menuntut Qatar mengusir sejumlah tokoh IM yang ditampungnya itu.
Beberapa tokoh IM yang berdomisili di Qatar diberitakan pindah ke Turki setelah mendapat tekanan dari Mesir dan negara Arab Teluk lainnya. Harapan semakin cairnya hubungan Qatar-Mesir itu juga ditunjukkan oleh kunjungan delegasi kementerian luar negeri dan intelijen Mesir ke Tripoli, Libya, pekan ini.
Kunjungan delegasi Mesir ke Tripoli itu adalah yang pertama sejak 2014. Seperti dimaklumi, pemerintah Perdana Menteri Fayez al-Sarraj yang berbasis di Tripoli mendapat dukungan Qatar dan masuk blok Turki-Qatar dalam pertarungan geopolitik di Timur Tengah.
Sebaliknya, Mesir mendukung Jenderal Khalifa Haftar yang berbasis di Benghazi, Libya timur, dan sempat mengepung Tripoli. Mesir mengonfirmasi, kunjungan delegasi Mesir ke Tripoli itu untuk menjajaki kemungkinan membuka hubungan diplomatik Mesir-Libya dan pembukaan kantor Kedubes Mesir di Tripoli.
Mesir dan Qatar saat ini sama-sama mendukung proses politik yang digalang PBB untuk mencapai penyelesaian politik secara komprehensif di Libya yang dirundung perang saudara sejak rezim Moammar Khadafy ambruk pada 2011.