Manufaktur China Pulih Tercepat di Tengah Pandemi Covid-19
Kenaikan PMI manufaktur China pada November 2020, dengan perbaikan di seluruh sub-indeks, itu menunjukkan momentum pemulihan di sektor industri menjadi lebih pasti.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Aktivitas manufaktur dan pertumbuhan sektor jasa China telah mencapai momentum yang tercepat. China terbukti tangguh dan gesit memulihkan ekonomi yang terdampak pandemi.
BEIJING, SENIN — Laju produksi pabrik di China pada November 2020 terhitung yang tercepat dalam tiga tahun ini. Pertumbuhan sektor jasa juga berada di level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. China terbukti berhasil memulihkan perekonomian dengan cepat setelah dihantam pandemi Covid-19.
Data yang dirilis Biro Statistik Nasional (NBS) China, Senin (30/11/2020), menunjukkan, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu menjadi negara pertama yang berhasil menyingkirkan hambatan industri yang mandek. Dari data produksi terbaru ini, manufaktur China sudah sampai pada kondisi prapandemi.
Data NBS menunjukkan Indeks Manajer Pembelian (PMI), ukuran utama dari aktivitas manufaktur, China naik menjadi 52,1 pada November dari 51,4 pada Oktober.
PMI ini tertinggi sejak September 2017 dan tetap bertahan di atas angka 50 poin yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi bulanannya. Angka itu juga lebih tinggi dari perkiraan median 51,5 dalam jajak pendapat analis Reuters.
”Kenaikan PMI manufaktur November, dengan perbaikan di seluruh sub-indeks, itu menunjukkan momentum pemulihan di sektor industri menjadi lebih pasti,” ujar analis di Federasi Logistik dan Pembelian China, Zhang Liqun.
Namun, kata Zhang, hasil itu juga menunjukkan permintaan yang belum memadai masih menjadi masalah umum yang dihadapi perusahaan. ”Masih perlu mengonsolidasikan dukungan kebijakan yang bertujuan untuk memperluas permintaan domestik,” katanya.
Indeks pasar saham blue-chip China mencapai level tertinggi dalam 5,5 tahun ini, termasuk yang cepat. Data yang menonjol di PMI menunjukkan pertumbuhan kuartal keempat yang solid, yang diperkirakan para analis Nomura akan dipercepat menjadi 5,7 persen dari 4,9 persen di kuartal ketiga ini adalah perubahan yang mengesankan.
Perekonomian diperkirakan tumbuh sekitar 2 persen untuk satu tahun ke depan. Ini angka terlemah selama lebih dari tiga dekade terakhir, tetapi masih jauh lebih kuat ketimbang negara-negara besar lainnya yang masih berjuang mengendalikan pandemi Covid-19.
Data PMI yang sebagian besar berfokus pada perusahaan besar dan perusahaan milik negara menunjukkan sub-indeks untuk pesanan ekspor baru bertahan di 51,5 pada November. Ini meningkat dari 51,0 pada bulan sebelumnya, pertanda baik bagi sektor ekspor yang diuntungkan permintaan luar negeri yang kuat untuk pasokan medis dan produk elektronik.
Produktivitas yang juga membantu pada November itu ialah promosi belanja daring karena permintaan konsumen kuat dan meningkatkan kepercayaan perusahaan kecil dan menengah.
Nilai mata uang yuan yang melonjak dan karantina di negara-negara mitra dagang utamanya semula dikhawatirkan akan bisa menekan ekspor China. Namun, rupanya masih bisa bertahan.
”Lebih banyak perusahaan yang mengeluhkan terkena dampak fluktuasi mata uang dibandingkan bulan lalu. Naiknya yuan membuat keuntungan perusahaan terancam dan permintaan ekspor turun,” kata analis statistik di NBS, Zhao Qinghe.
Di sektor jasa, produktivitas meningkat selama sembilan bulan berturut-turut. PMI nonmanufaktur resmi naik menjadi 56,4, tercepat sejak Juni 2012 dan naik dari 56,2 pada Oktober lalu. Ini karena kepercayaan konsumen yang meningkat.
Kereta api dan transportasi udara, telekomunikasi, dan layanan transmisi satelit, serta industri keuangan termasuk sektor-sektor yang kinerjanya terbaik pada November.
Sub-indeks untuk aktivitas konstruksi bertahan di 60,4 pada November, meningkat dari 59,8 pada Oktober, karena China meningkatkan pengeluaran infrastruktur untuk menghidupkan kembali perekonomiannya. Meski produktivitas meningkat, pasar tenaga kerja masih menghadapi tekanan.
Perusahaan jasa mengurangi gaji pada November. Sementara pabrik mengurangi jumlah pekerja dalam tujuh bulan terakhir.
Daftar hitam
Di tengah kemajuan industri China, pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump hendak memasukkan perusahaan China pembuat cip, Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC), dan perusahaan minyak dan gas nasional, China National Offshore Oil Corp (CNOOC), ke dalam daftar hitam perusahaan-perusahaan militer China. Dengan itu, akses China ke investor-investor AS pun tertutup.
Kementerian Pertahanan AS dilaporkan akan memasukkan empat perusahaan yang dimiliki atau dikendalikan militer China ke daftar hitam, yakni China Construction Technology Co Ltd, China International Engineering Consulting Corp, SMIC, dan CNOOC. Sejauh ini total 35 perusahaan China masuk daftar hitam tersebut.
Upaya Trump itu untuk menjaga sikap tegas AS ke China dan memastikan sikap yang sama terus ditunjukkan pada pemerintahan presiden terpilih AS, Joe Biden. AS khawatir China meminta perusahaan-perusahaan memanfaatkan teknologi sipil untuk kepentingan militer.
Pekan lalu, AS juga hendak mengumumkan 89 perusahaan dirgantara China dan perusahaan lain yang terkait militer yang dilarang untuk membeli teknologi produksi AS.
Pada bulan ini, Gedung Putih menerbitkan perintah eksekutif yang melarang investor AS membeli sekuritas dari perusahaan-perusahaan yang masuk daftar hitam itu mulai November 2021. (AFP/REUTERS/LUK)