Korona ”Paksa” The Fed Pangkas Bunga, Ekonomi China Makin Tertekan
Pemangkasan suku bunga kembali dilakukan The Fed. Langkah itu seiring dengan membeli surat utang dan bergabung dengan bank-bank sentral di dunia dalam upaya untuk memastikan ketersediaan likuiditas di pasar keuangan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve atau The Fed, Minggu (15/3/2020), menurunkan suku bunganya kembali ke level nol persen sebagai upaya meminimalisasi efek langsung tidak langsung dari pandemi wabah Covid-19.
Pemangkasan suku bunga itu dilakukan The Fed seiring dengan membeli surat utang dan bergabung dengan bank-bank sentral di dunia dalam upaya untuk memastikan ketersediaan likuiditas di pasar keuangan.
Langkah yang diambil The Fed adalah sebuah langkah dramatis karena dalam dua pekan lembaga itu memangkas suku bunganya sebanyak dua kali. Ini menggambarkan kedalaman ancaman ekonomi akibat merebaknya Covid-19, mulai dari tutupnya bisnis hingga ancaman hilangnya lapangan kerja.
The Fed mendorong bank untuk memanfaatkan triliunan dollar AS dalam ekuitas dan aset lancar yang dibangun sebagai penyangga modal sejak krisis keuangan tahun 2008. Hal itu bertujuan mendukung perusahaan dan warga yang hidupnya telah terdampak langsung ataupun tak langsung wabah Covid-19.
”Efek dari coronavirus akan membebani aktivitas ekonomi dalam waktu dekat dan menimbulkan risiko bagi prospek ekonomi,” demikian pernyataan tertulis The Fed.
Bank sentral itu memangkas suku bunga jangka pendek ke kisaran target 0-0,25 persen. The Fed menyatakan akan membeli surat utang dan surat berharga lainnya senilai 700 miliar dollar AS dalam kurun waktu beberapa pekan mendatang.
”Komite mengharapkan untuk mempertahankan kisaran target ini sampai yakin bahwa ekonomi telah melewati peristiwa-peristiwa baru-baru ini dan berada di jalur untuk mencapai lapangan kerja maksimum dan tujuan stabilitas harga,” lanjut pihak The Fed.
The Fed dan bank sentral asing utama lainnya juga memotong harga pada jalur swap guna memudahkan penyediaan likuiditas dollar AS bagi lembaga-lembaga keuangan secara global yang tengah menghadapi tekanan di pasar keuangan.
Sebastian Galy, ahli strategi senior pada lembaga Nordea yang berbasis di Luksemburg, mengatakan, tindakan The Fed sama dengan pengakuan implisit bahwa wabah itu membuat kegiatan ekonomi di AS dan luar negeri ”tiba-tiba berhent”i.
Menurut Julia Coronado, presiden lembaga MacroPolicy Perspectives dan mantan ekonom Fed, masih banyak langkah yang dapat diambil dengan aneka opsi yang tersedia.
”Saya pikir ini adalah awal dan bukan ruang lingkup penuh dari apa yang akan kita lihat,” katanya menambahkan bahwa Fed dapat berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan AS untuk meluncurkan alat pinjaman darurat lainnya.
Hal itu termasuk yang bertujuan untuk menambah likuiditas jangka pendek kredit korporasi.
Covid-19 sejauh ini telah menyebar di seluruh Amerika, mulai dari Washington ke California dan New York. Sekolah-sekolah ditutup, demikian juga aneka kegiatan dan tempat bisnis.
Covid-19 sejauh ini telah menyebar di seluruh Amerika, mulai dari Washington ke California dan New York. Sekolah-sekolah ditutup, demikian juga aneka kegiatan dan tempat bisnis. Untuk membatasi interaksi sosial sementara waktu, aneka kegiatan massa juga dihentikan.
Pakar penyakit menular AS, Dr Anthony Fauci, memperingatkan bahwa pekan ini kondisinya kemungkinan akan bertambah buruk sebelum kemudian membaik.
Kepala strategi pasar pada lembaga Prudential Financial yang berbasis di New York, Quincy Krosby, menyatakan, langkah dramatis menunjukkan The Fed sekaligus masalah yang dihadapi serius.
The Fed dinilai menargetkan likuiditas di pasar kredit dan pasar surat utang; sekaligus berusaha memastikan bahwa hal-hal itu dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Pasar saham bereaksi beragam dengan kecenderungan negatif dengan langkah The Fed. Indeks berjangka S&P 500 turun 5 persen, penurunan maksimum yang diizinkan. Pasar saham di Asia bergerak variatif. Nilai tukar dollar AS anjlok. Minyak mentah AS turun lebih dari 1 dollar AS per barel hingga mencapai level terendah dalam satu sesi. Surat utang AS US Treasury 10 tahun naik.
Ekonomi China
Dari Beijing dilaporkan, Covid-19 menekan kuat ekonomi negeri itu. Hasil industri China dilaporkan terkontraksi pada laju paling tajam dalam 30 tahun dalam dua bulan pertama tahun ini karena Covid-19 yang menyebar cepat dan tindakan pengekangan ketat telah sangat mengganggu ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Investasi di perkotaan dan penjualan ritel juga turun tajam dan untuk pertama kalinya. Hal itu memperkuat pandangan bahwa epidemi tersebut mungkin telah memotong setengah pertumbuhan ekonomi China di pada triwulan pertama tahun ini.
Hasil industri China turun jauh lebih dari yang diperkirakan, yakni di level 13,5 persen pada Januari-Februari dari periode yang sama tahun sebelumnya. Ini merupakan data terendah sejak Januari 1990. Capaian itu anjlok dari capaian Desember tahun lalu, di mana waktu itu terjadi kenaikan 6,9 persen.
Data Biro Statistik Nasional (NBS) China menunjukkan, penjualan ritel menyusut 20,5 persen secara tahunan. Data itu anjlok dari catatan kenaikan 8 persen pada bulan Desember karena konsumen takut virus dan menjauhi keramaian, seperti pusat perbelanjaan, restoran, dan bioskop.
Salah satu pejabat China mengatakan, pekan lalu, bahwa puncak epidemi telah berlalu. Namun, para analis memperingatkan bahwa hal itu bisa memakan waktu berbulan-bulan sebelum ekonomi kembali normal. Penyebaran cepat virus di seluruh dunia memicu kekhawatiran resesi global yang akan mengurangi permintaan barang-barang China.
Otoritas NBS mengatakan, dampak dari pandemi Covid-19 dapat dikendalikan dan hanya bersifat jangka pendek. Ditegaskan bahwa pihak berwenang akan memperkuat kebijakan untuk mengimbangi dampak dan memulihkan tatanan ekonomi dan sosial.
China memang melaporkan penurunan keseluruhan infeksi virus korona baru pada hari Minggu. Namun, kota-kota besar, seperti Beijing dan Shanghai, terus bergulat dengan kasus-kasus yang melibatkan pelancong yang terinfeksi yang datang dari luar negeri. (AFP/REUTERS)