China berhasil mendobrak monopoli teknologi pembangkit nuklir asing dan memasuki gelombang pertama teknologi negara maju.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
BEIJING, MINGGU — China telah menghidupkan reaktor nuklir pertama yang dikembangkan di dalam negeri, Hualong One. Ini merupakan terobosan China untuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara Barat dalam menjamin ketersediaan energi dan teknologi penting.
Reaktor nuklir yang terhubung ke jaringan nasional itu bisa menghasilkan listrik 10 miliar kilowatt per jam setiap tahunnya dan mengurangi emisi karbon 8,16 juta ton.
Hal itu dikemukakan Korporasi Nuklir Nasional China (CNNC) dalam pernyataan tertulisnya, Jumat lalu.
”Ini menandai keberhasilan China mendobrak monopoli teknologi pembangkit nuklir asing. Secara resmi China memasuki gelombang pertama teknologi negara maju,” sebut pernyataan itu.
Pembangkit nuklir memasok kurang lebih 5 persen kebutuhan listrik tahunan China pada 2019. Badan Energi Nasional China menyebutkan upaya ini juga akan meningkat seiring China berambisi menjadi negara netral karbon pada tahun 2060.
Terlepas dari ketergantungan pada asing untuk sektor teknologi tinggi yang penting seperti pembangkit listrik menjadi tujuan utama dari rencana pembangunan ”Made in China 2025”.
Miliaran dollar subsidi negara telah diberikan kepada perusahaan-perusahaan China untuk mempercepat proses itu. Ini yang membuat mitra-mitra dagang China marah dan memicu perselisihan perdagangan yang berlarut-larut dengan Amerika Serikat.
Proses pembangunan reaktor Hualong One dimulai tahun 2015 dan saat ini ada enam reaktor lagi yang sedang dibangun di China dan di luar negeri.
Reaktor Hualong One yang dibangun di Provinsi Fujian, China timur, akan mulai digunakan untuk kepentingan komersial mulai akhir tahun ini setelah terlebih dahulu menjalani serangkaian uji coba.
Secara keseluruhan, China memiliki 47 pembangkit nuklir dengan total kapasitas produksi sampai 48,75 juta kilowatt. Ini tertinggi ketiga di dunia setelah AS dan Perancis.
Selama beberapa tahun terakhir, China sudah investasi miliaran dollar untuk mengembangkan sektor energi nuklir seiring dengan upayanya menghentikan ketergantungannya pada batubara.
Sebanyak 13 pembangkit nuklir saat ini sedang dalam tahap pembangunan, jumlah yang banyak dibandingkan dengan negara-negara lain.
Padahal, masih ada kekhawatiran akan keamanan dan dampaknya pada lingkungan sekitar yang belum terselesaikan.
Pada Agustus 2016, otoritas China terpaksa mengesampingkan rencana pembangunan fasilitas limbah nuklir di kota Lianyungang, Provinsi Jiangsu timur. Ini karena ada protes dari ribuan warga setempat. (AFP)