Robot angkasa luar China diluncurkan dengan roket terbesar Long March-5 dari Pusat Peluncuran Angkasa Luar Wenchang di Pulau Hainan, China.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
STR/AFP
Roket Long March 5 yang membawa wahana luar angkasa Chang’e-5 diluncurkan dari Pusat Luar Angkasa Wenchang di Pulau Hainan, China, Selasa (24/11/2020). China memulai misi ambisius ini dengan meluncurkan wahana antariksa ke Bulan untuk membawa material bebatuan Bulan.
WENCHANG, SELASA —China meluncurkan misi robot angkasa luar untuk mengambil sampel batu-batuan dari permukaan Bulan. Misi yang baru pertama kali dilakukan di dunia sejak 1970-an ini menunjukkan ambisi China dalam misi luar angkasa.
Misi Chang’e-5 yang dinamai sesuai dengan nama Dewi Bulan China kuno itu akan mengumpulkan batu-batuan Bulan untuk memahami lebih mendalam tentang asal-usul dan proses pembentukan Bulan.
Robot angkasa luar yang akan mengambil batu-batuan itu diluncurkan dengan roket terbesar Long March-5 dari Pusat Peluncuran Angkasa Luar Wenchang di Pulau Hainan, China, Senin (23/11/2020).
Misi ini akan menguji kemampuan China mengambil dan membawa sampel dari luar angkasa sebelum kemudian meluncurkan misi yang lebih kompleks.
Badan Luar Angkasa China (CNSA) menilai, proses peluncuran berhasil dan roket terbang selama 37 menit sebelum kemudian melepas pesawat luar angkasa.
Apabila misi ini berhasil, China akan menjadi negara ketiga yang mengambil sampel batu-batuan di Bulan. Sebelumnya, Amerika Serikat dan Uni Soviet sudah melakukannya terlebih dulu.
STR/AFP
Warga menyaksikan dari tepi pantai saat Roket Long March 5 yang membawa wahana luar angkasa Chang’e-5 diluncurkan dari Pusat Luar Angkasa Wenchang di Hainan, China, Selasa (24/11/2020).
Saat memasuki orbit Bulan, pesawat ruang angkasa itu akan mengirimkan dua kendaraan pendarat dan pendaki ke permukaan Bulan.
Menurut Direktur Pusat Pengembangan Luar Angkasa dan Eksplorasi Bulan China Pei Zhaoyu, pendaratan ini akan dilakukan sekitar delapan hari dan proses pengumpulan batu akan dilakukan sekitar dua hari.
Total waktu misi ini memakan sekitar 23 hari. Misi ini akan kembali ke Bumi sekitar pertengahan Desember.
Dalam rencana misi ini, batu-batuan akan diambil setelah permukaan Bulan dibor sedalam 2 meter terlebih dulu, lalu dimasukkan ke kapsul khusus. Batuan dan tanah yang akan dikumpulkan sebanyak 2 kilogram.
”Tantangannya nanti adalah saat mengambil sampel, lepas landas dari permukaan Bumi, dan masuk ke orbit Bulan, lalu masuk lagi ke Bumi dengan kecepatan tinggi,” kata Pei.
Stasiun ruang angkasa
China tahun lalu sudah melakukan pendaratan di Bulan dan Juli lalu meluncurkan misi robot juga ke Planet Mars. Setelah misi pengumpulan sampel batuan ini berhasil, China berencana mengirim stasiun ruang angkasa permanen yang akan beroperasi pada 2022.
”Mulai tahun depan, kita akan meluncurkan misi stasiun ruang angkasa nasional,” kata Wakil Komandan roket Long March-5 Qu Yiguang.
AP/MARK SCHIEFELBEIN
Gambar yang disertai kutipan dari Presiden China Xi Jinping terpasang di dinding salah satu gedung di Situs Peluncuran Luar Angkasa Wenchang, di Wenchang, Provinsi Hainan. China memulai misi ambisius dengan meluncurkan wahana antariksa tanpa awak ke Bulan untuk membawa material bebatuan Bulan pada Selasa (24/11/2020).
Untuk mengirimkan astronot ke Bulan, kata Pei, itu akan tergantung dari kebutuhan dan melihat kondisi teknis dan perekonomian. ”Saya kira eksplorasi Bulan harus dilakukan kombinasi antara orang dan mesin,” ujarnya.
Ilmuwan peneliti di Institut Sains Planet di Arizona, AS, Matt Siegler, menilai, area vulkanik Mons Rumker yang akan menjadi tempat mendarat pesawat China itu berusia 1-2 miliar tahun.
”Usia itu masih sangat muda bagi Bulan. Sampel-sampel yang sudah kami kumpulkan berusia 3,5 miliar tahun dan lebih tua dari itu. Wilayah yang akan diteliti China itu termasuk lambat proses vulkaniknya,” ujarnya.
AS yang berencana mengirimkan kembali astronot ke Bulan pada 2024 pernah mengirimkan 12 astronot ke Bulan melalui program Apollo dalam enam misi selama 1969-1972. Mereka membawa pulang 382 kilogram batu-batuan dan tanah dari Bulan.
AFP/Jiuquan Space Centre
Foto pada layar raksasa di Jiuquan Space Centre menunjukkan pesawat luar angkasa Shenzhou-9 bersiap terhubung dengan modul Tiangong-1. Misi luar angkasa berawak, termasuk membawa perempuan astronot pertama China, itu kesuksesan docking manual di orbit untuk pertama kali, Minggu (24/6). Misi tersebut merupakan jejak penting program ambisius membangun stasiun luar angkasa pada akhir dekade ini.
Uni Soviet pernah tiga kali mengirimkan misi yang sama tahun 1970-an. Misi yang terakhir, Luna 24, membawa 170 gram sampel tahun 1976.
”Misi ini menunjukkan kemajuan pesat dalam pengembangan program luar angkasa China,” kata Direktur Institut Kebijakan Luar Angkasa di Sekolah Isu Internasional di George Washington University Henry Hertzfeld. (REUTERS/AFP/AP)