Trump Tetap Kalah pada Penghitungan Ulang di Georgia
Satu per satu upaya Presiden Donald Trump menggugat hasil pemilu dan meminta penghitungan ulang di beberapa negara bagian menemui kegagalan. Di Georgia, yang dikuasai politisi Republikan, ia tetap kalah dari Joe Biden.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
ATLANTA, SABTU — Upaya Presiden AS Donald Trump untuk membalikkan hasil pemilu presiden Amerika Serikat, 3 November lalu, sementara ini tidak membuahkan hasil. Berdasarkan hasil penghitungan ulang suara di Negara Bagian Georgia, ia tetap kalah dari Presiden terpilih Joe Biden.
Sekretaris Negara Bagian Georgia Brad Raffensperger, Jumat (20/11/2020) waktu setempat, mengumumkan bahwa hasil penghitungan ulang secara manual semua surat suara yang masuk memperlihatkan Biden pemenang di negara bagian itu. Suara untuk Biden 2,47 juta, sementara suara untuk Trump 2,46 juta.
Biden unggul dengan selisih 12.670 suara atau 0,26 persen dari sekitar 5 juta surat suara. Biden menjadi calon presiden dari Demokrat pertama yang menang di Georgia sejak 1992. ”Angka tidak bisa berbohong,” kata Raffensperger, seorang Republikan dan juga pendukung Trump. ”Angka-angka itu mencerminkan keputusan rakyat.”
Biden telah dinyatakan memenangi pemilu presiden dengan 306 suara elektoral, mengalahkan Trump yang meraih 232 suara elektoral. Meski demikian, Trump bersikeras menolak mengakui kekalahannya. Ia mengklaim—seperti biasanya—tanpa bukti bahwa telah terjadi kecurangan selama pemilu serta mengajukan gugatan hukum dan permohonan penghitungan ulang di beberapa negara bagian, salah satunya Georgia.
Pengesahan
Negara-negara bagian harus mengesahkan hasil penghitungan suara paling lambat enam hari sebelum Dewan Elektoral menggelar sidang, 14 Desember mendatang. Georgia adalah negara bagian pertama yang secara resmi mengesahkan hasil penghitungan suara. Sebelum penghitungan ulang dilakukan di Georgia, Biden unggul tipis 0,1 persen.
Gubernur Georgia Brian Kemp, yang juga seorang Republikan, mengatakan, berdasarkan hukum yang berlaku, ia harus mengesahkan hasil penghitungan suara tersebut ”yang dapat membuka jalan bagi tim kampanye Trump untuk mengajukan gugatan hukum yang lain terpisah dari penghitungan ulang suara”.
Sebelumnya, Trump mengekspresikan kekecewaannya melalui cuitan di Twitter bahwa para pejabat Georgia menolak ”memberikan kami izin untuk melihat tanda tangan yang akan menunjukkan ribuan surat suara ilegal” dan memberikan dirinya dan partainya ”KEMENANGAN BESAR”. Sekali lagi, seperti biasanya, Trump tidak memberikan bukti atas klaimnya itu.
Dalam komentar pertamanya tentang pemilu dalam beberapa hari terakhir, Trump kembali meyakinkan melalui pernyataan ”saya menang” ketika menghadiri forum yang membahas penurunan harga obat di Gedung Putih.
Menurut tiga orang sumber di lingkaran dalam kubu Trump, kalah dalam gugatan soal hasil pemilu di beberapa negara bagian membuat tim Trump menggantungkan harapan kepada anggota legislatif Republikan di negara-negara bagian yang dimenangi oleh Biden. Target Trump, yaitu agar negara-negara bagian mengesampingkan hasil pemilu dan menyatakan Trump sebagai pemenang pemilu.
Jumat lalu, Trump juga mengundang anggota legislatif Republikan dari Negara Bagian Michigan ke Gedung Putih sebagai bagian dari upaya mengubah kehendak pemilih di wilayah itu. Biden menang atas Trump di Michigan dengan selisih 155.000 suara. Namun, para anggota legislatif itu bersikap bulat menghormati hasil pemilu di wilayahnya.
”Kami belum mengetahui adanya informasi yang akan mengubah hasil pemilu di Michigan dan sebagai pemimpin legislatif kami akan menghormati hukum serta proses pemilu yang normal di Michigan, seperti selalu kami sampaikan selama pemilu,” kata Mike Shirkey, Pemimpin Mayoritas Senat Michigan, dan Lee Chatfield, Ketua DPRD Michigan, dalam pernyataan seusai pertemuan dengan Trump.
Gedung Putih tidak memberikan tanggapan atas pernyataan dua anggota parlemen Republikan dari Michigan itu.
Kini, Trump fokus pada gugatan hukum di Michigan dan Pennsylvania. Namun, seandainya pun berhasil membalikkan hasil di dua negara bagian itu, Trump masih perlu membalikkan hasil pemilu di negara bagian lain agar perolehan suara elektoralnya melampaui Biden.
Jika upaya itu berhasil, hal tersebut bakal menjadi tindakan yang luar biasa dalam sejarah modern AS. Tidak hanya perlu lembaga legislatif di tiga negara bagian untuk campur tangan soal penghitungan suara di negara bagian masing-masing, Trump juga butuh Kongres dan Mahkamah Agung AS untuk mendukung upayanya tersebut. (AP/AFP/REUTERS)