Trump Gugat Penghitungan Suara, Apakah Bisa Ubah Angin Pemenang Pemilu AS?
Setelah tertinggal dari rivalnya capres dari Demokrat, Joe Biden, Presiden Donald Trump menjalankan strategi gugatan hukum dan menyerang integritas proses pemungutan suara Pemilu AS yang hasilnya bisa membuatnya kalah.
WASHINGTON, JUMAT — Calon petahana pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berkeras ada kecurangan selama Pemilu AS 2020. Ia menuding kemenangan pesaingnya, Joe Biden, disebabkan penghitungan surat suara ilegal. Karena itu, ia menjalankan strategi gugatan hukum dan menyerang integritas proses pemungutan suara yang hasilnya bisa membuatnya kalah.
”Kalau Anda menghitung suara sah, saya menang mudah. Jika Anda menghitung suara tidak sah, mereka bisa mencoba mencuri pemilu dari kami,” ujar Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, Kamis (5/11/2020) malam waktu Washington atau Jumat pagi WIB.
Baca juga: Biden Siap Pimpin Amerika Serikat
Seperti tuduhan sejenis yang dilontarkannya dalam berbagai kesempatan sebelum ini, Trump sama sekali tidak menunjukkan bukti atas pernyataannya. Selama berbulan-bulan, ia berulang kali menyinggung kecurangan pemilu, terutama dari suara yang dikirimkan lewat pos.
Karena itu, ia meminta penghentian penghitungan sebagian surat suara yang dikirimkan lewat pos. Permintaan tersebut terutama diarahkan kepada surat suara yang baru diterima panitia pemungutan suara (PPS) setelah tempat pemungutan suara (TPS) ditutup pada Selasa (3/11/2020) malam waktu setempat.
Di beberapa negara bagian, PPS tetap dibolehkan menghitung surat suara yang diterima setelah TPS tutup. Syaratnya, surat harus dikirim paling lambat pada hari terakhir pemungutan suara, yakni Selasa, 3 November. Batas waktu penerimaan surat suara beragam di berbagai negara bagian. Ada yang menanti sampai Jumat ini, ada pula yang menanti sampai dua pekan mendatang.
Biden membalas pernyataan Trump dalam konferensi pers itu lewat cuitan singkat. ”Tidak ada yang akan mengambil demokrasi kita. Amerika sudah berjalan jauh, bertempur di banyak medan perang, dan sanggup bertahan (sehingga) tidak akan membiarkan itu (kecurangan pemilu), terjadi,” tulisnya di media sosial.
Baca juga: Kumpulkan Suara Pemilih Terbanyak, Biden Cetak Sejarah Lagi
Selain lewat pidato di Gedung Putih pagi ini, desakan penghentian penghitungan surat suara disampaikan Trump lewat media sosial dan pengadilan. Para pendukung Trump dan Republikan juga mendatangi berbagai tempat penghitungan suara dan meminta penghitungan dihentikan.
Biden memimpin
Hingga Jumat pukul 10.00 WIB, jaringan televisi-televisi utama di AS melaporkan Biden memimpin dengan 253 suara dewan elektoral, sementara Trump 214. Perolehan suara elektoral itu dilaporkan setelah Biden merebut suara di dua negara bagian kunci di Wisconsin dan Michigan, Rabu. Kantor berita Associated Press dan Fox News mencatat 264 untuk Biden, berbanding 214 untuk Trump.
Diperlukan 270 dari 538 suara dewan elektoral bagi capres untuk memenangi pilpres. Biden akan memenangi pemilu presiden jika merebut suara dewan elektoral di dua dari trio negara bagian, yaitu Georgia, Nevada, dan Arizona, atau memenangi suara elektoral di Pennsylvania.
Dalam posisi tertinggal, kubu Trump mengajukan gugatan hukum dan tuntutan penghitungan ulang di Wisconsin. Mereka juga menuntut penghentian penghitungan surat suara di Michigan serta Pennsylvania. Tim kampanye Trump menuntut pula agar Chatham County di Georgia memisahkan surat suara yang tiba terlambat dan tak menghitung surat suara tersebut.
Baca juga: Trump Mulai Gugat Pemilu AS
Sebelumnya, tim Trump juga telah mendaftarkan gugatan di Nevada. Gugatan di Pennsylvania, Michigan, dan Georgia didaftarkan pada Rabu sore waktu setempat atau Kamis pagi WIB. Inti gugatan beragam, mulai dari pemintaan akses lebih luas bagi saksi dan pemantau hingga permintaan penghentian penghitungan surat suara.
Di Georgia gugatan diarahkan pada keabsahan surat suara yang dikirim melalui pos. Tim Trump menuding ada surat suara yang tetap dihitung walau telat diterima panitia pemungutan suara (PPS). Sementara di Michigan, tim Trump meminta penghentian penghitungan suara. Permintaan disampaikan setelah hasil penghitungan suara berbalik dari keunggulan untuk Trump menjadi kemenangan untuk Biden.
Gugatan ditolak
Namun, pada hari Kamis para hakim di Georgia dan Michigan langsung menolak gugatan mereka. Hakim di Georgia menolak gugatan kasus sekitar 53 surat suara via pos di Chatham County setelah petugas pemilu di area Savannah memberi keterangan bahwa surat suara itu diterima tepat waktu. Adapun hakim di Michigan mencatat, gugatan Trump disampaikan saat penghitungan surat suara di negara bagian itu telah selesai.
Di Pennsylvania, tim kampanye Trump memenangi upaya banding mereka agar pengurus partai mereka dan pemantau mendapat akses lebih dekat memonitor para petugas pemilu yang menghitung surat suara di Philadelphia. Meski demikian, putusan hakim itu tidak memengaruhi proses penghitungan suara di Pennsylvania dan tempat-tempat lain.
Baca juga: Trump atau Biden yang Menang? Pahami Dulu Cara Penghitungan Surat Suara Pilpres AS
Tim kampanye Trump menuding Demokrat berupaya berbuat curang dalam pemilu, meski mereka tidak menunjukkan bukti atas tudingan itu. Jubir kampanye Trump, Jason Miller, mengatakan bahwa pihaknya menyiapkan gugatan-gugatan tambahan. Kubu Trump mengumumkan tuntutannya untuk digelar penghitungan ulang di Michigan.
Mereka juga naik banding ke Mahkamah Agung terkait kasus perpanjangan tiga hari bagi penerimaan surat suara via pos setelah hari pemungutan suara, 3 November, serta penghitungan surat suara melalui pos, yang telah diputuskan Pengadilan Tinggi Pennsylvania.
Berbagai gugatan hukum oleh kubu Trump dapat dihadapkan dengan peta politik perolehan perhitungan suara saat ini. Mereka berharap pengadilan bisa membatalkan penghitungan suara yang bisa mengubah hasil saat ini. Namun, skenario itu secara substansial berbeda dari sengketa pemilu presiden AS tahun 2000 yang diselesaikan melalui Mahkamah Agung (MA). Saat itu, sengketa tertuju pada penghitungan suara elektoral di Florida dan berujung pada penghitungan ulang.
Pengacara tim kampanye Biden, Bob Bauer, menyebut gugatan hukum kubu Trump tak bermanfaat dan lebih memperlihatkan strategi politik dibandingkan sebagai perkara hukum. ”Saya ingin menekankan bahwa tujuan mereka atas gugatan-gugatan hukum itu tidak memiliki manfaat. Memang bukan itu tujuan mereka. Gugatan (ini) diajukan mereka agar mendapatkan kesempatan menyampaikan pesan secara salah tentang apa yang terjadi dalam proses pemilu,” ujar Bauer.
Analisis di harian USA Today menunjukkan, Trump terbiasa mengajukan gugatan dan juga digugat. Koran itu melaporkan, dalam tiga dekade sebelum menjadi presiden AS, Trump dan perusahaan bisnisnya terlibat dalam sedikitnya 3.500 perkara hukum di negara bagian ataupun pemerintah federal.
Kecemasan penyelenggara
Selain diwarnai gugatan hukum oleh kubu Trump, selama penghitungan surat suara masih berlangsung, massa kedua kubu juga menggelar berbagai unjuk rasa. Rangkaian unjuk rasa itu mencemaskan panitia pemungutan suara (PPS) di beberapa negara bagian. ”Ibu dan istri saya khawatir,” kata Joe Gloria, anggota kelompok PPS di Nevada.
Meski cemas, proses penghitungan akan terus dilakukan Gloria dan rekan-rekannya. Nevada salah satu negara bagian yang belum jelas dimenangi Trump atau Biden. Selain Nevada, ada Alaska, Georgia, South Carolina, dan Pennsylvania yang juga masih mengambang.
Gloria dan timnya mengetatkan penjagaan kantor PPS dan tempat penghitungan suara. Seluruh kendaraan yang masuk dan keluar kedua lokasi itu terus dipantau.
Baca juga: Biden Dekati Kemenangan, Trump Meminta Penghentian Penghitungan
Terpisah, Sekretaris Negara Bagian Arizona Katie Hobbs juga mencemaskan PPS setempat. Karena itu, kepolisian menyediakan pengawalan terhadap PPS dan orang-orang yang terlibat penghitungan suara. ”Unjuk rasa menyebabkan penundaan dan mencegah orang-orang menjalankan tugasnya,” katanya.
Para pengunjuk rasa yang mendesak penghentian penghitungan membawa aneka alat peraga kampanye Trump dan Republikan. Seperti Trump, mereka juga menuding ada kecurangan pemilu. Di beberapa kota di AS, unjuk rasa berujung menjadi kericuhan.
Dalam jajak pendapat Reuters yang diumumkan pekan lalu, hingga 41 persen pendukung Trump menyatakan akan menolak hasil pemilu jika Trump kalah. Selain itu, hingga 16 persen pendukung Trump siap terlibat kekerasan yang mungkin terjadi kala memprotes hasil pemilu.
Dalam pernyataan pada Kamis, Biden meminta semua orang tetap tenang dan bersabar. ”Proses sedang berlangsung. Ini kehendak pemilih,” ujarnya seraya menekankan setiap surat suara harus dihitung.
Baca juga: Trump Mulai Gugat Pemilu AS
Biden juga kembali mengulangi keyakinan akan memenangi pemilu 2020. ”Kalau penghitungan selesai, saya dan Senator Harris akan dinyatakan sebagai pemenang,” ujarnya.
Peluang Biden
Biden pantas percaya diri karena, menurut perhitungan Associated Press, diperkirakan Biden sudah mendapat hingga 264 suara perwakilan. Untuk menang pemilu, capres AS harus mendapatkan sekurangnya 270 dari 538 suara perwakilan.
Biden berpeluang mendapatkan tambahan suara dari Nevada yang punya 6 suara perwakilan. Dari perkiraan 1,45 juta surat suara, baru 1,2 juta suara yang dihitung PPS setempat. Keunggulan Biden di Nevada terus bertambah dari kisaran 8.000 suara pemilih (popular vote) menjadi hampir 12.000 suara pemilih.
Baca juga: Biden-Trump Mengisyaratkan untuk Menempuh Jalur Hukum
Sementara di Arizona, yang mempunyai 11 suara perwakilan, Biden masih unggul hampir 60.000 suara pemilih dan masih ada 300.000 surat suara belum dihitung. Di sana, Biden konsisten mempertahankan keunggulannya. Arizona menjadi salah satu negara bagian tempat pendukung Biden dan Trump berunjuk rasa. Pendukung Biden mau penghitungan dilanjutkan, pendukung Biden meminta sebaliknya.
Adapun di Georgia yang mempunyai 16 suara perwakilan, keunggulan Trump atas Biden semakin menipis. Dari hampir 100.000 suara pada Rabu malam waktu setempat, menjadi tidak sampai 4.000 suara pada Kamis malam waktu setempat. Padahal, diperkirakan hingga 50.000 suara belum dihitung PPS Georgia.
Trump menikmati keunggulan jauh di Pennsylvania dan South Carolina. Di Pennsylvania yang mempunyai 20 suara perwakilan, Trump unggul 64.000 suara kala sedikitnya 800.000 suara suara belum selesai dihitung.
Baca juga: Trump-Biden Bertarung Ketat hingga Garis Akhir
Surat suara yang belum dihitung tidak termasuk yang belum diterima PPS. Di sana, PPS menunggu surat suara yang dicoblos pemilih di luar TPS. Seluruh surat itu harus sudah diterima PPS Pennsylvania paling lambat Jumat ini. Hingga hari terakhir pemungutan suara pada Selasa lalu, sekitar 500.000 surat suara masih di tangan pemilih. (AP/REUTERS)