Moderna, Perusahaan Kecil dengan Lompatan Besar di Tengah Pandemi
Usia perusahaan ini baru satu dekade. Meski demikian, Moderna, perusahaan bioteknologi itu, telah melakukan lompatan signifikan dalam pengembangan vaksin Covid-19, bersaing dengan raksasa farmasi lainnya.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
Moderna sejak lama telah menjadi favorit para investor. Namun, perusahaan bioteknologi yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, itu membuktikan kelebihannya dalam teknologi vaksin di masa pandemi Covid-19 saat ini.
Pada Senin (16/11/2020), Moderna mengumumkan hasil sementara efektivitas calon vaksin Covid-19 mereka berdasarkan uji klinis fase III adalah 94,5 persen. Tingkat efektivitas ini hampir sama dengan vaksin campak yang sudah lama beredar dan dipakai dunia.
Kabar itu membuat saham perusahaan yang didirikan baru satu dekade lalu itu melonjak di bursa NASDAQ New York. Sejak Januari, saham Moderna sudah naik lima kali lipat.
CEO Moderna sejak 2011 Stephane Bancel pun menjadi miliarder, April lalu, ketika hasil awal uji klinis calon vaksin Covid-19 dipublikasikan untuk pertama kali. Kepemilikan 9 persen saham pria berusia 48 tahun itu, menurut majalah Forbes, kini senilai 3 miliar dollar AS.
Selama 10 tahun terakhir, banyak investor yang menanamkan uang pada perusahaan rintisan bioteknologi itu berkat kerja keras CEO Moderna. Tahun 2018, misalnya, Moderna mencatatkan rekor penawaran saham perdana oleh perusahaan bioteknologi dengan berhasil menghimpun dana lebih dari 600 juta dollar AS.
Perusahaan bioteknologi yang relatif baru ini menarik perhatian tidak hanya Wall Street, tetapi juga komunitas ilmuwan. Seorang pemenang Hadiah Nobel menjadi salah seorang penasihat perusahaan tersebut.
Dua pendirinya sekaligus investor awal Moderna adalah Profesor Timothy Springer dari Harvard University dan Robert Langer dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Menurut majalah Forbes, tahun ini keduanya menjadi miliarder.
Pesaing perusahaan lama
Pada 2012, salah seorang pendirinya lagi, Noubar Afeyan, mengatakan, ”Janji Moderna adalah menjadi pesaing perusahaan bioteknologi yang didirikan 30 tahun lebih awal—menambahkan obat yang sepenuhnya baru pada daftar obat-obatan penyakit-penyakit penting.”
Akan tetapi, sejauh ini perusahaan tersebut belum merilis obat baru apa pun ke pasar. Calon vaksin Covid-19 yang menjanjikan pun masih membutuhkan persetujuan untuk bisa dipakai secara luas di masyarakat.
Moderna menggunakan molekul sintetik yang disebut ”messenger RNA” untuk meretas sel tubuh manusia dan secara efektif mengubahnya menjadi pabrik pembuat vaksin. Konsep ini pertama kali digunakan pada 1990-an. Namun, baru pada 2000-an ditemukan cara memodifikasi RNA sintetis untuk mencegah respons peradangan yang berbahaya.
Salah satu proyek awal Moderna adalah mengembangkan vaksin sebagai terapi target untuk melawan berbagai tipe kanker. Penelitian ini masih berlangsung sampai sekarang.
Akan tetapi, Moderna dengan cepat melakukan riset penyakit akibat virus. Sejumlah uji klinis pun dilakukan, seperti untuk virus zika dan virus epstein-barr atau herpes.
Sifat ngotot
Kepada koran Echos, mantan atasan Bancel, Alain Merieux, di perusahaan diagnostik BioMerieux, mengatakan bahwa Bacel memiliki ”sifat pejuang”. Dalam urusan menyelamatkan nyawa, Bancel menjadi seseorang yang ngotot.
”Maukah kamu jadi orang yang mengecewakan mereka?” tanya Bancel dalam wawancara tahun 2016 dengan laman Stat tentang kondisi kerja di Moderna. ”Saya tidak mau.”
”Jadi, apakah itu tempat kerja yang menegangkan?” tanyanya lagi. ”Iya. Dan apakah saya menyesal? Tidak.”
Moderna mempekerjakan lebih dari 1.000 orang yang separuhnya berada di pabriknya di Massachusetts. Fasilitas ini tidak memiliki kapasitas produksi yang cukup untuk membuat vaksin dalam jumlah banyak untuk menyuplai dunia.
Dengan bantuan Pemerintah AS, Moderna membentuk kemitraan dengan perusahaan farmasi yang memiliki pabrik di AS dan Eropa, yaitu Lonza, Rovi, dan Catalent.
Melalui Operation Warp Speed, Pemerintah AS pada April 2020 menggelontorkan dana 483 juta miliar dollar AS untuk mendukung pengembangan vaksin Covid-19 oleh Moderna yang baru memulai uji klinis fase I. Pemerintah AS menambah dukungan dananya 472 juta dollar AS pada Juli 2020 ketika Moderna memulai uji klinis fase III.
Pada 11 Agustus 2020, Pemerintah AS menggelontorkan lagi dana 1,5 miliar dollar AS sebagai ganti 100 juta dosis vaksin Covid-19 dengan Moderna jika calon vaksin yang dikembangkan aman dan efektif dengan opsi bahwa AS bisa menambah 400 juta dosis lagi. Moderna juga telah membuat kesepakatan serupa dengan Kanada, Qatar, dan Jepang.
Bancel yang selalu optimistis telah menjanjikan antara 500 juta hingga 1 miliar dosis vaksin Covid-19 tahun 2021. Ia berharap bisa memproduksi 20 juta dosis pada akhir tahun ini untuk didistribusikan ke seluruh wilayah di AS dan diberikan kepada kelompok dengan risiko tinggi, kemudian kepada anak-anak.
”Kami segera memulai studi pada remaja, dan saya berharap bahwa mungkin kami mendapat hasilnya musim panas nanti,” kata Bancel kepada Fox Business.
”Jadi, kalau sebuah vaksin terbukti efektif dan aman pada anak-anak, mereka potensial untuk mendapatkan vaksin itu pada musim panas mendatang sehingga mereka bisa kembali bersekolah pada September 2021,” ujar Bancel. (AFP)