Calon Vaksin Covid-19 Sanofi Tak Perlu Penyimpanan Super Dingin
Calon vaksin Covid-19 dikembangkan dalam berbagai metode dengan cara penyimpanan yang beragam pula. Ada yang butuh disimpan dalam suhu super dingin dan ada yang tidak.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
PARIS, SENIN — Calon vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Sanofi tidak membutuhkan suhu penyimpanan yang super dingin. Calon vaksin ini cukup disimpan di lemari pendingin biasa. Selain itu, harga vaksin Sanofi juga diklaim ”terjangkau.”
Demikian disampaikan CEO Sanofi Olivier Bogillot, Sabtu (14/11/2020). Pernyataan ini disampaikan menyusul pengumuman hasil uji klinis fase III pengembangan vaksin Covid-19 oleh Pfizer/BioNTech.
Informasi dari Sanofi ini menumbuhkan harapan baru akan distribusi vaksin Covid-19 yang lebih mudah, khususnya di wilayah dengan ketersediaan rantai dingin yang terbatas.
Sebelumnya, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, Pfizer, dan mitranya dari Jerman, BioNTech, mengumumkan hasil sementara yang menggembirakan. Berdasarkan uji klinis tahap III yang melibatkan lebih dari 40.000 partisipan calon vaksin Covid-19, mereka menunjukkan efektivitas 90 persen.
Pfizer/BioNTech menyebutkan, mereka berharap bisa memproduksi 50 juta dosis vaksin tahun 2020 ini dan hingga 1,3 miliar dosis pada 2021.
Akan tetapi, potensi masalah muncul dalam distribusi vaksin tersebut, yaitu vaksin buatan Pfizer/BioNTech itu harus disimpan dalam suhu super dingin, -70 derajat celsius. Jangankan fasilitas kesehatan tingkat pertama di negara berkembang, rumah sakit di negara maju pun umumnya tidak memiliki fasilitas penyimpanan yang sesuai.
Rachel Silverman, analis kebijakan di Center for Global Development telah memeringatkan bahwa distribusi vaksin Pfizer dalam ”rantai dingin yang ekstrem” mulai dari pabrik hingga ke pasien menimbulkan ”tantangan logistik yang luar biasa, bahkan untuk negara Barat sekali pun”.
”Vaksin kami akan seperti vaksin flu yang bisa disimpan di lemari pendingin biasa, ini tidak akan menimbulkan masalah soal penyimpanan,” kata Bogillot kepada CNews. ”Ini akan jadi kelebihan bagi sejumlah negara.”
Vaksin Sanofi, salah satu calon vaksin Covid-19 global yang sedang dikembangkan, akan mulai didistribusikan pada Juni 2021 mendatang.
Hasil uji klinis fase II yang melibatkan ratusan partisipan akan dipublikasikan awal Desember mendatang. Apabila hasilnya positif, uji klinis fase III yang melibatkan ribuan partisipan akan dimulai bersamaan dengan produksi massalnya.
Saat ini sejumlah konsorsium riset telah mencapai tahap akhir pengembangan vaksin, yaitu uji klinis fase III. Selain Pfizer/BioNTech/Fosun Pharma dan Sanofi, ada juga Moderna/National Institutes of Health (NIH), CanSinoBIO, Gamaleya Institute, Johnson & Johnson/ Beth Israel Deaconess Medical Center, AstraZeneca/ University of Oxford, Novavax, Medicago/ GSK, Sinopharm (2 calon vaksin), Sinovac, Indian Council of Medical Research/ National Institute of Virology/ Bharat Biotech, dan Murdoch’s Children Institute.
Bagillot mengatakan, dalam proses pengembangannya, vaksin Pfizer ”sedikit lebih maju” dibandingkan dengan yang lain. Namun, satu laboratorium tidak akan bisa menyuplai untuk kebutuhan global.
Salah seorang ilmuwan yang berada di balik pengembangan calon vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech, Profesor Ugur Sahin, mengatakan, dirinya yakin vaksin mereka mampu menekan separuh penularan sehingga penyebaran virus SARS-CoV-2 bisa dikendalikan secara ”dramatis.”
Sahin yang juga CEO BioNTech mengatakan, ”sangat penting” untuk melakukan vaksinasi sebelum musim gugur tahun depan untuk memastikan kehidupan bisa normal kembali pada musim dingin tahun depan.
”Jika semuanya berjalan baik, kita akan mulai mengirim vaksin akhir tahun ini atau awal tahun depan,” ujar Sahin. ”Target kita adalah mendistribusikan lebih dari 300 juta dosis vaksin sampai April tahun 2021 yang bisa mulai memberikan dampak positif.” (AFP/AP)