Cabotegravir Jadi Pilihan Baru Perempuan untuk Mencegah Infeksi HIV
Hasil studi obat antiretroviral, cabotegravir, di sub-Sahara Afrika memberi harapan pencegahan HIV pada perempuan. Dengan disuntikkan pada perempuan dua bulan sekali, cabotegravir 89 persen lebih efektif mencegah HIV.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
NEW YORK, SELASA — Upaya pengendalian epidemi HIV global mendapat angin segar seiring hasil studi terbaru obat antiretroviral, cabotegravir. Badan dunia untuk urusan HIV/AIDS, UNAIDS, Senin (10/11/2020), menyatakan bahwa obat itu efektif dalam mencegah infeksi HIV pada perempuan.
Dengan disuntikkan pada perempuan setiap dua bulan sekali, cabotegravir 89 persen lebih efektif dalam mencegah HIV dibandingkan metode pencegahan dengan profilaksis prapaparan (PrEP) lainnya, seperti pil yang diminum setiap hari, tenofovir/emtricibtabine (FTC/TDF).
”UNAIDS telah lama menyerukan adanya pilihan pencegahan HIV yang bisa diterima dan efektif bagi perempuan dan hal ini bisa menjadi pengubah permainan,” kata Direktur UNAIDS Winnie Byanyima.
”Apabila lembaga donor dan negara-negara menginvestasikan anggarannya dalam PrEP suntik untuk perempuan dengan risiko tinggi HIV, infeksi baru bisa ditekan.”
Studi cabotegravir itu melibatkan lebih dari 3.200 perempuan berusia 18-45 tahun dengan risiko tinggi terinfeksi HIV di Botswana, Kenya, Malawi, Afrika Selatan, Eswatini, Uganda, dan Zimbabwe.
Penelitian HPTN 084 tersebut dilakukan oleh para peneliti dari Jejaring Uji Klinis Pencegahan HIV (HPTN). Riset ini didanai bersama oleh kemitraan Institut Penyakit Menular dan Alergi Nasional (NIAID) Amerika Serikat, Bill & Melinda Gates Foundation, dan ViiV Healthcare.
”Setelah bertahun-tahun mengevaluasi strategi pencegahan HIV untuk perempuan, saya bahagia telah menemukan cabotegravir yang efektif menurunkan infeksi HIV dan memberikan perempuan pilihan atas metode pencegahan yang akan mereka ambil,” kata Mina Hosseinipour, Profesor Kedokteran di University of North Carolina at Chapel Hill School of Medicine, AS, yang juga bagian dari tim penelitian tersebut.
Dalam pernyataannya, AIDS Vaccine Advocay Coalition (AVAC) menyebutkan, pada studi HPTN 083 injeksi cabotegravir pada laki-laki dan perempuan transjender yang berhubungan seks dengan laki-laki juga memberikan hasil yang positif.
”Ini adalah berita yang sangat menggembirakan bagi perempuan di seluruh dunia,” kata Maureen Luba Milambe, Penasihat Advokasi AVAC Wilayah Afrika. ”Kami memberikan selamat atas uji klinis ini dan berterima kasih kepada lebih dari 3.200 perempuan atas partisipasinya dalam studi ini bagi pengembangan pencegahan HIV.”
Para peneliti pada Data Safety and Monitoring Board (DSMB) menghentikan pemantauan partisipan lebih awal dari rencana studi sebelumnya, yaitu tahun 2022, karena telah ada ”bukti statistik yang jelas” yang menunjukkan bahwa obat suntik ini lebih efektif dari pil yang diminum setiap hari. ”Risiko infeksi HIV sembilan kali lebih rendah dengan suntikan cabotegravir dibandingkan pil harian,” kata UNAIDS.
UNAIDS menyebutkan bahwa hasil ini penting untuk meningkatkan upaya mengatasi AIDS dengan menawarkan perempuan cara baru untuk melindungi dirinya dari sekadar mengonsumsi pil setiap hari, memastikan penggunaan kondom, atau tidak melakukan hubungan seks.
”Seperti halnya vaksin Covid-19, sekarang kita harus memastikan bahwa suntikan yang bisa menyelamatkan nyawa ini dapat diakses, terjangkau, dan terdistribusi merata kepada orang yang memilih untuk memakainya,” kata Byanyima. (AFP)