Perserikatan Bangsa-Bangsa optimistis, pemilu dapat digelar di Libya setelah kedua kekuatan bersenjata utama di negara itu sepakat melakukan gencatan senjata.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
NEW YORK, MINGGU —Misi Libya di Perserikatan Bangsa-Bangsa optimistis akan bisa menyelenggarakan pemilu setelah dua kekuatan bersenjata di negara itu menyepakati gencatan senjata. Setelah situasi di Libya relatif tenang selama beberapa bulan, dialog di antara dua kubu bertikai yang difasilitasi Misi Pendukung PBB untuk Libya (UNSMIL) akan dimulai di Tunisia, Senin.
Libya, yang terbelit kekacauan setelah diktator Moammar Khadafy terguling tahun 2011, mulai melihat masa depan yang lebih baik. Bulan lalu, kedua pihak bertikai menyepakati gencatan senjata. Ini membuka jalan dimulainya kembali produksi minyak yang penting bagi perekonomian Libya sekaligus mengakhiri kebuntuan politik selama bertahun-tahun.
”Ini peluang yang langka. Akhirnya ada perkembangan bagus,” kata Stephanie Williams yang bertindak sebagai perwakilan Libya di PBB.
Perundingan dari sisi politik, militer, dan ekonomi selama ini bertujuan untuk mempersatukan Libya di bawah satu lembaga eksekutif dan membuka jalan penyelenggaraan pemilu nasional. ”Pemilu harus jadi fokus utama dan perlu peta jalan pemilu secepatnya,” kata Williams.
Selama ini, Libya didominasi kelompok-kelompok milisi yang didukung dua kelompok politik utama, yakni pemerintahan kesepakatan nasional di ibu kota Tripoli dan pemerintahan terpisah di wilayah timur yang didukung tokoh militer Khalifa Haftar. Kelompok Haftar yang didukung pasukan Rusia dan Uni Emirat Arab melancarkan serangan pada April 2019 untuk menguasai ibu kota. Ini membuat rencana perundingan yang difasilitasi PBB.
Namun, setelah ada kemajuan pesat, pasukan Haftar kembali memancing pertikaian berdarah di pinggiran kota Tripoli hingga akhir Juni lalu. Pertikaian baru berakhir setelah pasukan pemerintah yang didukung Turki memukul mundur pasukan Haftar hingga ke Sirte, kampung halaman Khadafy. Akibat pertikaian ini, ratusan orang tewas dan puluhan ribu orang terpaksa mengungsi.
Namun, kini Williams menegaskan sudah ada kemajuan positif di lapangan terkait isu kepercayaan dan sudah ada dialog militer. Rute penerbangan domestik ke wilayah selatan juga sudah dibuka kembali karena situasi yang relatif kondusif. Dari sisi ekonomi, produksi minyak pun sudah mulai pulih dengan produksi sekitar 1 juta barel per hari.
Partisipan
Dalam proses dialog Libya, akan ada 75 orang yang terlibat dan dipilih oleh PBB untuk mewakili suara politik, militer, dan sosial. Mereka bergabung dengan syarat melepaskan klaim apa pun untuk ikut mengambil bagian dalam pemerintahan yang diharapkan akan dihasilkan dalam perundingan. Pemerintahan bersatu itu akan menghadapi tugas dan tanggung jawab yang berat seperti krisis keuangan dan pandemi Covid-19 yang menewaskan 900 warga Libya.
”Libya tidak bisa begini terus. Semua partisipan harus datang dengan semangat kompromi dan bersedia mencapai konsesi demi masa depan Libya yang lebih baik,” kata Williams. (AFP)