Eropa dan AS menginginkan perundingan damai di antara pihak bertikai di Libya agar bisa tercapai sebagai salah satu upaya stabilisasi kawasan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·2 menit baca
MOSKWA, RABU — Pemerintah Rusia menilai, para pihak yang bertikai di Libya tidak siap untuk melaksanakan isi kesepakatan damai yang telah ditandatangani di Berlin, Jerman, dua pekan lalu. Tak ada hal-hal yang mendasar, baik secara politik maupun militer, yang dicantumkan dalam kesepakatan tersebut dilaksanakan oleh para pihak yang bertikai.
Wakil Menteri Luar Negeri Russia Mikhail Bogdanov, Rabu (26/2/2020), seperti dilaporkan kantor berita Rusia, TASS, mengatakan, para pihak yang bertikai sama sekali tidak menunjukkan itikad untuk melaksanakan kesepakatan dama yang telah tercapai.
Kanselir Jerman Angela Merkel, tuan rumah konferensi internasional untuk Libya, seusai pertemuan mengatakan, gencatan senjata sementara yang disepakati pihak yang bertikai, yaitu Komandan Angkatan Perang Nasional Libya Jenderal Khalifa Haftar dan Perdana Menteri Libya yang didukung PBB Fayez Mustafa Al-Sarraj, perlahan harus berubah menjadi gencatan senjata permanen agar proses politik antar-keduanya bisa berjalan.
Dua pekan setelah kesepakatan itu, keraguan terhadap tindak lanjut hasil konferensi internasional itu semakin menguat. Kedua pihak yang seharusnya bertemu lagi untuk membicarakan proses damai lanjutan di Geneva, Swiss, memilih mundur.
Perwakilan parlemen dari wilayah timur yang dipimpin Khalifa Haftar beralasan, mereka urung ikut perundingan karena Misi Pendukung PBB untuk Libya (UNSMIL) tidak memberikan persetujuan bagi semua anggota delegasi perundingan mereka untuk terlibat. Sementara Dewan Tinggi Negara yang mewakili Al-Sarraj menyatakan tidak akan ikut serta dalam perundingan damai sampai ada negosiasi militer lebih lanjut.
Tetap berjalan
Juru bicara UNSMIL, Jean Alam, menyatakan, perundingan akan tetap berjalan. ”Dialog politik Libya akan tetap berlangsung seperti yang telah direncanakan,” ujarnya. Perwakilan PBB di Geneva, Rehal Leblanc, juga mengonfirmasi proses itu tetap berlangsung. Beberapa sumber dari kedua pihak yang dihubungi kantor berita AFP menyatakan, perwakilan PBB tengah melobi mereka untuk tetap hadir dalam proses perdamaian itu.
Lima negara Barat, yaitu Jerman, Perancis, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat, mendukung upaya PBB melanjutkan proses damai di Libya. Dalam pernyataan bersama, perwakilan negara-negara Barat mendukung langkah PBB memfasilitasi kelanjutan proses damai di antara pihak yang bertikai.
Diharapkan proses bisa mengarah pada gencatan senjata penuh di Libya. ”Kami mendesak para pihak terkait untuk sama-sama bergerak dalam kepercayaan yang penuh agar rakyat Libya bisa berubah menuju transisi yang demokratis,” tulis pernyataan bersama lima negara Barat.
Eropa dan AS menginginkan perundingan damai di antara pihak bertikai bisa tercapai sebagai salah satu upaya stabilisasi kawasan. Sebagai negara yang memiliki cadangan minyak melimpah, ketidakstabilan politik dan militer dapat dimanfaatkan kelompok ekstremis atau militan untuk terus menciptakan kekacauan di negara dan kawasan. (AFP/REUTERS)