Persaingan Media AS Menyiarkan Pemilu dan Kemarahan Trump kepada Fox News
Televisi, koran, dan kantor berita bersaing merebut perhatian audiens selama penghitungan suara pemilu AS. Televisi Fox News, yang selama ini diasosiasikan dengan Republik, membuat marah Donald Trump dan pendukungnya.
WASHINGTON, JUMAT — Proses penghitungan perolehan suara calon presiden Amerika Serikat pasca-pemungutan suara, Selasa (3/11/2020), menjadi perhatian utama berbagai jaringan stasiun televisi dunia. Situasi terbaru proses penghitungan suara di beberapa negara bagian penentu keunggulan capres menjadi topik berita paling dinanti oleh para jutaan pemirsa.
Diperkirakan, sebanyak 56,9 juta orang menonton liputan pemilihan presiden AS 2020 melalui lebih dari 21 jaringan selama jam tayang utama. Angka ini turun tajam dari data tahun 2016 yang melaporkan bahwa pemilihan presiden AS ditonton hingga 71,4 juta pemirsa pada malam di hari pemilihan, 3 November.
Hasil survei lembaga pemeringkat acara televisi, Nielsen, menyebutkan, jaringan stasiun televisi Fox News Channel menjadi jaringan televisi terbanyak yang menyedot perhatian penonton. Jaringan televisi milik Rupert Murdoch ini ditonton sekitar 14,1 juta pemirsa prime-time penghitungan suara pemilihan presiden AS 2020. Di tempat kedua ada stasiun televisi CNN AT&T Inc, yang menyedot perhatian sekitar 9,4 juta penonton, terutama siaran pukul 20.00-23.00 waktu setempat.
Baca juga : Sejak Awal hingga Akhir Prosesnya Rumit
Menyusul di tempat berikutnya stasiun televisi MSNBC Comcast Corp dengan 7,6 juta penonton. Jaringan televisi penyiaran lama, seperti ABC, NBC, CBS, dan Fox, mengikuti dalam urutan itu.
Menurut data Nielsen, rata-rata penonton memantau berita yang disiarkan jaringan Fox News ketika malam menjelang, mulai dari pukul 18.00 hingga pukul 03.00 dini hari waktu setempat. Jaringan stasiun televisi ini mampu menyedot penonton rata-rata 10,9 juta orang. Sementara stasiun televisi lain, seperti CNN, ditonton oleh sekitar 7 juta penonton.
Kemarahan Trump
Jaringan Fox selama ini selalu diasosiasikan dengan Partai Republik karena sering mempromosikan agenda dan kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump. Namun, saat pertarungan demokrasi di ”Negeri Paman Sam” antara kubu Republik dan Demokrat mencapai puncaknya dalam momen penghitungan suara, jaringan televisi itu terkesan seperti ”menyeberang” ke kubu sebelah.
Fox kini tengah bersitegang dengan Trump dan para orang dekatnya. Kemarahan ini tidak terlepas dari proyeksi penghitungan suara di Negara Bagian Arizona yang dinyatakan oleh Fox akan dimenangi oleh Biden, pesaing Trump. Dengan tambahan 11 suara elektoral dari Arizona itu, Fox menyatakan bahwa Biden telah meraup dukungan dewan elektoral sebanyak 264 suara. Artinya, kurang enam suara lagi Biden—bukan Trump—akan menjadi presiden ke-46 AS. Selain Fox, kantor berita Associated Press menyatakan 264 suara untuk Biden.
Baca juga : Trump Gugat Penghitungan Suara, Apakah Bisa Ubah Angin Pemenang Pemilu AS?
Media-media AS lainnya yang anti dan sangat kritis terhadap Trump, termasuk CNN, The New York Times, dan The Washington Post yang pro-Biden, baru menyatakan bahwa Biden mengumpulkan 253 suara elektoral. Mereka belum berani menyatakan Arizona milik Biden.
Tidak hanya itu, Fox News juga diketahui lima jam lebih cepat dari CNN dalam memproyeksikan calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, akan memenangi pemungutan suara dewan elektoral di Negara Bagian Virginia dan juga di beberapa negara bagian lain. Proyeksi ini sendiri mengalahkan kecepatan proyeksi kantor berita Associated Press hingga 90 menit, yang menyatakan bahwa Trump akan memenangi penghitungan suara dewan elektoral di Negara Bagian Florida. Tidak satu pun proyeksi awal yang dikeluarkan oleh Fox News diperdebatkan.
Baca juga : Trump-Biden Bertarung Ketat hingga Garis Akhir
”Apakah mereka prematur atau tepat waktu, faktanya adalah mereka menyebutkan sebagai sebuah perlombaan dengan cara yang seharusnya, bukan melalui lensa atau cara pandang yang disukai Trump. Itu tugas mereka,” kata Frank Sesno, mantan koresponden CNN dan Direktur Inisiatif Strategis pada Sekolah Media dan Hubungan Masyarakat Universitas George Washington.
Pendekatan mereka membuat marah beberapa pendukung Trump. Jason Miller, penasihat senior kampanye Trump, dan Gubernur Arizona Doug Ducey termasuk di antara mereka yang mengatakan Fox News bertindak terlalu cepat. Koresponden Fox News, John Roberts, melaporkan dalam siarannya bahwa tim kampanye Trump ”marah”.
Aaron Mishkin, ketua tim pengambilan keputusan di Jaringan Fox News, sampai harus mengudara dan menjelaskan keputusan mereka. ”Maaf, tapi kami tidak salah dalam kasus ini,” kata Mishkin. AP kemudian menyusul Fox mengumumkan kemenangan Biden di Arizona menjelang pukul 03.00 dini hari.
Ketegangan di kedua kubu meningkat setelah penghitungan perolehan suara dewan elektoral membuat Biden unggul jauh di atas Trump. Kantor berita AP mengatakan bahwa Biden memenangi cukup negara bagian sehingga saat ini dia unggul dengan perolehan 264 suara dewan elektoral. Sementara perolehan Trump masih di angka 214 dewan elektoral. Bila perolehan suara salah satu bisa mencapai 270 dewan elektoral, dia akan ditetapkan sebagai presiden AS untuk empat tahun ke depan.
Baca juga : Teringat Ketika McCain Beri Ucapan Selamat kepada Obama
Bagi Biden, jika merebut suara dewan elektoral di dua dari trio negara bagian, yaitu Georgia, Nevada, dan Arizona, atau memenangi suara elektoral di Pennsylvania, pria berusia 77 tahun ini menjadi presiden AS berikutnya.
Selama berminggu-minggu, media telah memperingatkan warga Amerika bahwa penghitungan suara pada pemilu kali ini membutuhkan kesabaran. Dan, ternyata prediksi itu tepat. Orang Amerika akan membutuhkan kesabaran pada malam di hari pemilihan dan seterusnya.
Sejak pemungutan suara berakhir, AP menerbitkan beberapa tulisan yang menjelaskan tentang cerita di balik proyeksi mereka atas satu kandidat atau lainnya. Misalnya, cerita tentang keunggulan Trump di Pennsylvania. Disebutkan AP bahwa masih banyak suara melalui pos yang belum dihitung.
Baca juga : Trump atau Biden yang Menang? Pahami Dulu Penghitungan Suara Pilpres AS
Negara bagian itu memperbolehkan surat suara itu diterima panitia pemilu hingga tiga hari setelah pemungutan selama ada bukti cap pos bahwa surat suara itu dikirim pada hari pemungutan, 3 November. Sebagian besar surat suara via pos itu dikirim oleh para pendukung Partai Demokrat dan Biden.
Bukan corong kebohongan
Di dalam pemberitaannya, para jurnalis berusaha meyakinkan publik bahwa tidak ada orang jahat yang mencoba mengganggu proses penghitungan suara, berlawanan seperti klaim Trump. ”Ini bukan penipuan,” kata John King dari CNN. Ini matematika.
Savannah Guthrie dari NBC News di jam siarannya mencoba memberi tahu publik bahwa pernyataan Trump tidak benar. ”Faktanya, kami tidak tahu siapa yang akan memenangi pemilu,” ujarnya.
Norah O’Donnell dari CBS News mengatakan, Trump mengebiri fakta dengan secara keliru mengklaim bahwa dia telah memenangi pemilihan dan mencabut hak jutaan pemilih yang surat suaranya belum dihitung. ”Ini adalah situasi yang sangat mudah terbakar dan presiden baru saja melemparkan korek api ke dalamnya,” kata Chris Wallace dari Fox News Channel.
Presiden juga terus mencuit ketidaksenangannya. Twitter menghapus beberapa cuitannya, dan menyatakan bahwa beberapa atau semua cuitan itu dapat disengketakan dan mungkin menyesatkan.
Ketika Trump berpidato dalam konferensi pers di Gedung Putih, Kamis (5/11/2020) malam, seluruh jaringan televisi ABC, CBS, dan NBC memangkas tayangan pernyataannya yang berisi tuduhan tanpa bukti bahwa dirinya telah dicurangi dalam pemilu AS. Brian Williams dari MSNBC juga memotong tayangan tersebut.
”Kami harus memotong di sini karena presiden melontarkan sejumlah pernyataan bohong, termasuk anggapan bahwa telah terjadi pemungutan suara yang curang,” kata Lester Holt dari NBC. ”Tidak ada bukti tentang hal itu.”
Baca juga : Biden Siap Pimpin Amerika Serikat
Norah O’Donnell dari CBS juga langsung menanyakan kepada korespondennya, Nancy Cordes, tentang pernyataan Trump bahwa jika hanya ”surat suara yang sah” yang dihitung, dia akan menang mudah. Cordes mengungkapkan, tidak ada indikasi suara tidak sah. Cordes menyebut rujukan Trump atas suara tidak sah pada surat suara yang masuk belakangan adalah ”kebohongan berikutnya”.
”Di sini, kami berada pada posisi yang tidak lazim, yakni tidak hanya memotong (pidato) Presiden AS, tetapi juga mengoreksi Presiden AS,” kata Brian Williams, penyiar MSNBC. ”Tidak ada suara ilegal yang kami tahu, tidak ada juga kemenangan Trump yang kami tahu.”
(REUTERS/AP/SAM)