Gelombang Kedua Pandemi, Sebagian Eropa Kembali Ditutup
Sebagian negara Eropa kembali memberlakukan penutupan wilayah atau pembatasan sosial untuk mengendalikan gelombang kedua infeksi Covid-19.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
ATHENA, RABU — Negara-negara Eropa kembali menerapkan kebijakan penutupan berupa karantina wilayah nasional, karantina sebagian, dan bentuk pembatasan sosial lainnya, Rabu (4/11/2020). Kebijakan ini untuk menahan laju gelombang kedua penyebaran Covid-19 yang sedang melanda ”Benua Biru” itu.
Menurut data Johns Hopkins University, Amerika Serikat, pandemi Covid-19 telah menewaskan lebih dari 1,2 juta penduduk dunia yang lebih dari 270.000 orang berasal dari Eropa.
Pembatasan sosial baru diberlakukan di Austria, Yunani, dan Swedia menyusul penutupan sebagian di Jerman sejak Senin (2/11/2020). Pembatasan lebih ketat diterapkan Italia, Perancis, Kosovo, dan Kroasia. Inggris memberlakukan penutupan hampir total mulai Kamis (5/11/2020) meski sekolah dan universitas tetap buka.
Lonjakan kasus baru harian Covid-19 di Eropa mulai terlihat sejak September lalu hingga akhirnya sekarang banyak negara Eropa memberlakukan kembali pembatasan sosialnya.
Data Ourworld on Data menyebutkan, Perancis menjadi negara dengan kasus baru harian terbanyak di Eropa, yakni 52.518 kasus pada Selasa (3/11/2020). Negara ini disusul oleh Italia (22.253 kasus), Swiss (21.842), Inggris (18.950), Rusia (18.257 kasus), dan Jerman (15.352 kasus).
Bagi Rusia, Selasa (3/11/2020), merupakan hari kelima berturut-turut dengan jumlah kasus harian di atas 18.000. Rusia menempati urutan keempat negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia dengan total lebih dari 1,6 juta kasus yang 28.000 di antaranya meninggal.
Pada musim panas lalu, Rusia mencabut kebijakan pembatasannya dan sistem pelayanan kesehatan bisa berharap. Namun, laporan lonjakan kasus baru, kekurangan obat, rumah sakit yang kewalahan, dan tenaga medis yang kelelahan mulai mengkhawatirkan.
Swedia, yang pada gelombang pertama infeksi beberapa bulan lalu tidak menerapkan pembatasan sosial seperti negara-negara lain, kini menerapkan pembatasan pada restoran dan kafe untuk melayani hanya konsumen yang makan di tempat.
Namun, kapasitas tempat duduk dibatasi hanya maksimal delapan orang per meja. Negara Skandinavia ini juga memperluas pembatasan lokal ke tiga wilayah baru yang mencakup kota terbesar di Swedia.
”Kita bergerak ke arah yang salah. Situasinya sangat serius,” kata Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven. ”Sekarang setiap penduduk harus ikut bertanggung jawab. Kita tahu betapa bahayanya ini.”
Swedia yang berpenduduk sekitar 10 juta itu sejauh ini melaporkan total 134.532 kasus Covid dengan hampir 6.000 kasus meninggal.
Menghadapi situasi ini, selain memberlakukan kembali pembatasan sosial yang ketat, Jerman dan Inggris mengumumkan rencananya untuk memperluas tes.
Sementara suasana muram melingkupi banyak negara Eropa, penutupan wilayah sebagian yang diberlakukan Belanda membuahkan hasil. Belanda melaporkan, jumlah kasus baru Covid-19 turun 5 persen menjadi 64.087 kasus selama tujuh hari yang merupakan penurunan pertama setelah berminggu-minggu.
Penurunan jumlah kasus baru itu terjadi tiga minggu setelah pemerintah memberlakukan penutupan sementara negara dengan populasi 17 juta jiwa itu, termasuk menutup bar, restoran, kompetisi olahraga amatir, dan mendesak warganya untuk bekerja dari rumah.
Meski demikian, otoritas Belanda tetap khawatir jumlah pasien Covid-19 yang perlu dirawat akan membuat rumah sakit kekurangan tempat tidur. Akhirnya Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengumumkan perpanjangan masa pembatasan pada Selasa malam.
”Tidak akan terlalu parah, tETapi jelas tidak cukup baik. Jumlah kasus telah turun lebih cepat,” kata Rutte saat mengumumkan penutupan bioskop, tempat pertunjukan, kolam renang, dan museum selama dua minggu.
Rutte juga memPeringatkan bahwa di sejumlah wilayah mungkin saja diberlakukan jam malam jika kasus baru tidak turun. Warga Belanda juga diimbau untuk tidak bepergian ke luar negeri sampai pertengahan Januari 2021.
Di Inggris, pemerintah menawarkan tes Covid-19 kepada siapa pun yang tinggal atau bekerja di Kota Liverpool. ”Tes yang lebih canggih ini akan membantu mengidentifikasi kasus yang tidak bergejala. sehingga mereka bisa menjalani isolasi mandiri dan mencegah virusnya menyebar,” kata Departemen Kesehatan.
Adapun Jerman telah membeli jutaan tes antigen untuk dipakai secara luas dan memberikan hasil yang cepat. Dalam sebulan, setiap rumah jompo akan menerima alat tes dalam jumlah tertentu yang bisa dipakai untuk penghuni, pengurus, dan pengunjung. (AP)