Klaim Donald Trump dan Joe Biden yang Tidak Akurat Jelang Pemungutan Suara
Pemungutan suara pemilihan presiden Amerika Serikat tinggal sehari lagi. Sepanjang masa kampanye, Joe Biden, capres Partai Demokrat, dan Donald Trump, capres Partai Republikan, saling serang, saling klaim.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
WASHINGTON, SENIN — Hanya tinggal sehari jelang pemungutan suara pemilihan presiden Amerika Serikat, 3 November, persaingan kedua calon presiden makin sengit. Calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, dan pesaingnya, Joe Biden, yang didukung Partai Demokrat terus mendekati para calon pemilih untuk mendapat dukungan.
Dalam berbagai kesempatan, mereka memaparkan program-programnya jika terpilih. Namun, pada saat yang sama keduanya juga melakukan serangan satu sama lain, bahkan melakukan klaim yang tidak jarang menyesatkan para calon pemilih dalam berbagai isu penting, mulai dari penanganan pandemi Covid-19, ekonomi, hingga masalah kesehatan dan ketenagakerjaan.
AFP memeriksa klaim yang tidak akurat yang disampaikan kedua kandidat kepada para pendukungnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Trump dalam sebuah cuitannya, Minggu (31/10/2020), menyatakan, Biden menyebut seorang pemuda kulit hitam sebagai pemangsa super atau superpredator. Namun, klaim itu salah menurut penelusuran. Hilary Clinton-lah yang menggunakan ungkapan itu pada tahun 1990-an, bukan Joe Biden.
Pada sesi debat terakhir, Biden menegaskan bahwa dia tidak mengatakan pemuda kulit hitam sebagai pemangsa super. Dia, bagaimanapun mengingatkan adanya predator kriminal ketika berpidato di Senat saat mendorong pengesahan rancangan undang-undang kejahatan tahun 1994.
Kemudian soal kebijakan Trump dalam penanganan pandemi Covid-19. Trump dan staf kampanyenya berulang kali mengatakan di depan publik pendukungnya, pertemuan publik di dalam aula atau gedung, serta wawancara, bahwa kebijakan yang diambil pemerintahannya telah menyelamatkan lebih dari 2 juta jiwa rakyat AS dari paparan virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.
Klaim yang dinyatakan Trump dan staf kampanyenya terkait dengan sebuah tulisan yang dirilis Imperial College London pada Maret 2020, yang mengeksplorasi bagaimana virus dapat menyebar dengan tingkat respons yang berbeda-beda. Makalah tersebut menyatakan, ketiadaan pengendalian atau perubahan perilaku individu yang spontan (sebuah hal yang tidak mungkin) berpotensi menyebabkan kematian di AS bisa mencapai puncaknya di angka 2,2 juta orang.
Berdasarkan data pada pukul 11 GMT, jumlah kematian akibat Covid-19 di AS mencapai 230.556 jiwa dari 9.127.109 kasus yang tercatat. Respons pemerintahan Trump tidak menyelamatkan dua juta orang yang diperkirakan meninggal akibat Covid-19 tetapi menghindari skenario terburuk, yang tidak mungkin terjadi, ketika tidak ada tindakan yang diambil.
Biden dan tim kampanyenya menggunakan sikap Trump yang jemawa terhadap keberadaan Covid-19 dalam sebuah iklan. Biden dan tim kampanyenya mengklaim, dalam sebuah iklan kampanye, Trump menyebut virus SARS-CoV-2 sebagai tipuan atau hoaks.
Video tersebut kemudian diunggah ke media sosial Twitter pada 15 September 2020, menunjukkan potongan klip Trump dalam sebuah rapat umum di awal pandemi ketika dia menyatakan bahwa ”virus korona... dan ini adalah tipuan terbaru mereka”. Kemudian, video itu dikontraskan dengan rekaman saat Trump secara pribadi menyebut virus tersebut sebagai pembunuh.
Bagaimanapun juga, potongan video dari kampanye Trump yang berlangsung di North Charleston, Carolina Selatan, pada 28 Februari 2020, diedit secara menyesatkan. Trump mendapat angin segar.
”Sekarang Demokrat memolitisasi virus korona,” kata Trump, sebelum menggambarkan kritik Demokrat atas kebijakan penanganan pandeminya sebagai sebuah tipuan baru mereka (Demokrat).
Ekonomi dan kesehatan
Presiden Trump mengklaim telah menciptakan belasan juta lapangan kerja baru di tengah pandemi dan krisis ekonomi yang melanda AS. Dalam pidatonya di New York Economic Club, 14 Oktober lalu, Trump menyatakan pemerintahannya menciptakan 11,4 juta pekerjaan di AS sejak Mei lalu. Angka itu sering kali disebut Trump selama masa kampanyenya menandai kenaikan angka statistik yang mengikuti pemulihan kembali ekonomi AS.
Namun, dia tidak menyebutkan bahwa ada 22 juta pekerjaan yang hilang ketika pemerintah negara bagian atau di tingkat lokal menerapkan kebijakan karantina atau lockdown untuk mencegah penyebaran Covid-19. Banyak warga AS yang sebelumnya sempat mendaftarkan diri sebagai pengangguran ke dinas sosial dan kini sudah bekerja karena bisnisnya sudah berjalan kembali, berlawanan dengan pernyataan Trump yang menyebutkan adanya penciptaan lapangan kerja baru.
Setiap pekan, jumlah warga yang mendaftar untuk mendapatkan bantuan tunjangan sosial akibat kehilangan pekerjaan tetap lebih tinggi dibandingkan ketika krisis ekonomi global tahun 2008-2020. Sekitar 23 juta orang terus menerima beberapa bentuk dukungan ekonomi karena ketiadaan pekerjaan dari pemerintah.
Soal perlindungan dan jaminan kesehatan, Trump menuding bahwa Biden dan Partai Demokrat akan menghapus pertanggungan yang diberikan asuransi kesehatan swasta dan menggantikannya dengan jaminan kesehatan bagi seluruh warga AS.
”Mereka memiliki rencana bagi 180 juta orang dan keluarga yang pada dasarnya akan mendapatkan obat-obatan umum. Anda tidak punya pilihan. Mereka akan menghapus 180 juta rencana asuransi,” kata Trump, selama debat presiden terakhir pada 22 Oktober lalu. Dia mengulangi pernyataan itu dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi CBS untuk progam ”60 Minutes”.
Klaim tersebut, menurut organisasi kebijakan kesehatan KFF, tidak benar. Jumlah tersebut mengacu pada 180 juta orang Amerika yang dilindungi asuransi swasta dari majikan mereka atau membelinya sendiri, berdasarkan angka survei komunitas amerika yang dilakukan pada tahun 2019.
Biden sendiri berencana mengembangkan aturan nasional yang disebutnya sebagai undang-undang perawatan kesehatan yang terjangkau (Affordable Care Act), yang dikenal sebagai Obamacare—digagas ketika Barack Obama masih menjabat sebagai presiden AS. Aturan yang baru itu lebih pada pengembangan, alih-alih memulai dari nol dan benar-benar menghapus asuransi swasta.
Biden ingin memberikan pilihan baru bagi publik untuk pertanggungan, seperti Medicare, untuk menurunkan biaya yang terkait perawatan kesehatan sambil tetap menyediakan opsi asuransi pribadi atau swasta seperti sekarang ini.
Sebaliknya, Biden sendiri dalam beberapa kampanyenya mengingatkan upaya Trump untuk menghapus UU Perawatan Kesehatan yang Terjangkau akan mencabut perlindungan atau jaminan kesehatan bagi 100 juta rakyat AS yang memiliki apa yang disebut sebagai pre-existing condition.
Pre-existing condition didefinisikan sebagai segala jenis penyakit, cedera, ketidakmampuan lain yang sudah ada atau penyebabnya sudah ada, dan tertanggung sudah mengetahui bahwa ia mengalami gejala penyakitnya sebelum menandatangani polis. Hal itu kemudian ditunjukkan lewat hasil tes laboratorium terkait kemungkinan penyakit tersebut.
Laporan Departemen Kesehatan tahun 2017 memperkirakan hingga 133 juta orang termasuk dalam kategori itu. Sebuah laporan dari perusahaan konsultan kesehatan Avalere menemukan bahwa 102 juta orang memiliki kondisi yang sudah ada sebelumnya dan tidak menggunakan Medicare atau Medicaid.
Namun, individu dengan kondisi yang sudah ada sebelumnya yang asuransi kesehatannya ditanggung oleh pemberi kerja mereka sudah memiliki beberapa perlindungan berdasarkan Undang-Undang Portabilitas dan Akuntabilitas Asuransi Kesehatan tahun 1996.
Pada 2019, 55,4 persen orang Amerika dilindungi asuransi majikan mereka, menurut Census American Community Survey. Sementara 5,9 persen membeli perawatan kesehatan swasta, menurut KFF. (AFP)