Para kepala negara dan pemimpin dunia mengecam tindakan kekerasan yang menewaskan tiga orang di sebuah gereja di Nice, Perancis.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
PARIS, JUMAT — Para pemimpin dunia mengecam penikaman di sebuah gereja di Nice, Perancis, yang oleh Perancis disebut sebagai serangan teroris.
Pemimpin negara yang mengecam tindakan tersebut, antara lain, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, serta para kepala negara di Eropa, Arab, dan Israel.
”Hati kami bersama warga Perancis. Amerika berdiri bersama sekutu tertua kami dalam perjuangan ini,” tulis Trump di Twitter.
Salah satu negara yang paling awal mengecam adalah Turki, negara yang berselisih dengan Perancis soal penerbitan kartun Nabi Muhammad yang memicu gelombang serangan terhadap warga Perancis.
”Kami mengecam keras serangan yang dilakukan hari ini di dalam Gereja Notre-Dame di Nice,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki. Turki juga menyatakan solidaritasnya terhadap Perancis dan menyatakan duka yang mendalam kepada keluarga korban.
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif juga mengecam serangan itu sambil mengatakan bahwa ”perdamaian tidak bisa dicapai dengan provokasi.”
Di banyak negara Timur Tengah, para pemimpin Islam dan Arab membuat perbedaan yang jelas antara ajaran agama yang mereka yakini dan tindakan kekerasan yang diklaim untuk mempertahankannya.
Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan, ”berdiri dengan pemerintah dan warga Perancis dalam melawan insiden kebencian ini.” Kecaman dan penolakan penggunaan kekerasan serta teror mengatasnamakan Islam juga disampaikan Qatar.
Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mendesak umat Islam ”untuk menolak tindakan kejahatan yang tidak ada urusannya dengan Islam atau Nabi Muhammad.”
Para pemimpin Uni Eropa menyatakan solidaritasnya bersama Perancis dan berjanji untuk melawan ”mereka yang mencoba menghasut dan menyebarkan kebencian.”
Di Vatikan, Paus Fransiskus juga mengecam serangan di gereja di Perancis yang menewaskan tiga orang tersebut dan menyebutnya ”kejam”. Vatikan menyatakan, terorisme dan kekerasan tidak pernah bisa diterima.
”Mendapat informasi adanya serangan kejam di sebuah gereja di Nice yang menyebabkan beberapa orang meninggal, Yang Mulia Paus Fransiskus bergabung dalam doa dengan penderitaan keluarga yang ditinggalkan dan berbagi kesedihan dengan mereka,” demikian pernyataan Vatikan yang dikirimkan kepada Uskup Nice. Pernyataan itu menyebutkan pula bahwa Paus mendesak rakyat Perancis untuk tetap bersatu.
Sebelumnya, juru bicara Vatikan, Matteo Bruni, mengatakan, serangan di Nice ”menabur kematian di tempat penuh cinta dan penghiburan”.
Komisioner Tinggi PBB untuk HAM Michelle Bachelet mengecam ”dua” serangan di Perancis yang dituduhkan kepada kelompok ekstrem Islam dan mendesak para pemimpin politik untuk mengambil sikap yang tegas terhadap ”ujaran kebencian”.
Bachelet menyatakan kemarahannya atas serangan di Nice, Kamis lalu, sekaligus mengecam ”pembunuhan menghebohkan yang dilakukan terhadap seorang guru, Samuel Paty, dua minggu lalu” di luar sekolah di sebelah utara Paris setelah Paty menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada muridnya selama pelajaran kebebasan berpendapat.
Insiden itu kemudian memicu kemarahan publik di sejumlah negara-negara Muslim, termasuk Turki, dan memunculkan seruan untuk memboikot produk-produk Perancis.
Bachelet mengatakan, dirinya sangat khawatir bahwa ”retorika yang menghasut dari perspektif yang sangat berbeda akan memicu perpecahan sosial, kultural, dan agama di mana kekerasan seperti itu tumbuh.”
Ia menyesalkan bahwa perpecahan seperti itu, yang berujung pada ”kebencian, kekerasan, dan kematian terjadi dipicu berulang kali atas nama agama juga atas nama kebebasan berekspresi.”
Bachelet menyebut, ”Kita harus menghentikan lingkaran kekerasan ini sebelum lebih banyak lagi nyawa melayang.”
”Para pemimpin politik dan agama, juga media, seharusnya tidak hanya menghindari kekerasan, permusuhan, dan diskriminasi. Mereka juga harus menentang dengan tegas ujaran kebencian,” tegas Bachelet. ”Mereka harus memperjelas bahwa kekerasan tidak bisa dibenarkan oleh provokasi sebelumnya.”
Bachelet juga menentang tuduhan terhadap sekelompok orang atas kekerasan yang dilakukan oleh individu. ”Seluruh kelompok tidak boleh distigma atau dilanggar hak asasinya dengan cara apa pun hanya karena tindakan individu.” (REUTERS/AFP)