Di Sri Lanka, Pompeo Sebut Partai Komunis China sebagai ”Predator”
Dalam lanjutan tur Asia di Sri Lanka, Menlu AS Mike Pompeo mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang memanaskan konflik China-AS. Ia, misalnya, menyebut Partai Komunis China yang berkuasa di China sebagai ”predator”.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
COLOMBO, RABU — Pemerintah Amerika Serikat mencoba mencari dan memperluas dukungan di Asia dalam menghadapi pesaingnya, China, di kawasan Indo-Pasifik. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mencoba ”menggoyang” hubungan beberapa negara di Asia Selatan dengan Pemerintah China dan menarik simpati mereka kepada AS.
Dalam kunjungannya ke Sri Lanka, Rabu (28/10/2020), Pompeo menyebut Partai Komunis China (PKC) bersikap seperti predator daripada sebagai kawan dan mitra kerja. Dia juga mengatakan bahwa dengan negara-negara di kawasan, China terus melanggar kedaulatan di darat dan di laut. Hal tersebut tidak bisa dibiarkan.
”Kami melihat adanya perjanjian kerja sama yang buruk, pelanggaran kedaulatan baik di daratan maupun di lautan yang dilakukan oleh China. PKC adalah predator,” kata Pompeo dalam konferensi pers di Colombo yang disiarkan televisi setempat.
Dia mengungkapkan, tindakan sebaliknya dilakukan Washington terhadap negara-negara di kawasan dengan memandang mereka sebagai mitra dan teman. Selain mengunjungi Sri Lanka, pada Rabu ini Pompeo juga bertandang ke negara Asia Selatan lainnya, yakni Maladewa. Sebelumnya, Senin dan Selasa kemarin, ia singgah di India.
Pompeo akan melanjutkan tur kunjungan ke negara-negara Asia, Kamis besok, ke Indonesia. Tur kunjungan itu berlangsung sekitar sepekan sebelum pemilu AS. Presiden Donald Trump berupaya menunjukkan ketegasan pemerintahannya terhadap China, sekaligus ingin memperlihatkan citra lemah rivalnya, mantan Wakil Presiden Joe Biden, terhadap Beijing.
Pompeo mengunjungi Sri Lanka dan India sebagai bagian dari turnya untuk memperkuat barisan menghadapi perluasan pengaruh politik, militer, dan ekonomi China di kawasan.
Amerika Serikat telah menjalin kerja sama dengan India dalam menghadapi China, dalam aliansi Quad, bersama Jepang dan Australia. India sendiri memiliki sejumlah permasalahan dengan negara tetangganya, China, terutama dalam hal perbatasan wilayah kedua negara.
China telah menginvestasikan miliaran dollar di beberapa proyek pengembangan infrastruktur Sri Lanka, seperti pelabuhan dan jalan raya. Ini merupakan bagian dari megaproyek Prakarsa Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative) China yang dibutuhkan Sri Lanka untuk mengembangkan negaranya.
Namun, dalam pandangan AS, megaproyek ini dirancang untuk menjebak negara-negara kecil dalam belitan utang dan termasuk di dalamnya adalah perangkap ketergantungan politik.
Diplomatis
Menlu Sri Lanka Dinesh Gunawardena memilih bersikap diplomatis atas pernyataan Pompeo. Dia mengatakan, Sri Lanka menginginkan perdamaian dan berhubungan baik dengan semua pihak, baik AS maupun China.
”Sri Lanka adalah negara netral, non-blok, berkomitmen untuk perdamaian. Kami berharap dapat melanjutkan hubungan kami dengan Amerika Serikat dan negara lain,” kata Gunawerdana.
Sebelum kunjungan dimulai, Kedutaan Besar China memperingatkan Pompeo dan AS agar tidak menekan kolega mereka, Sri Lanka. ”Kami dengan tegas menentang kunjungan Menlu AS yang mengganggu dan mencampuri hubungan China-Sri Lanka dan untuk memaksa dan menggertak Sri Lanka,” demikian pernyataan Kedutaan Besar China di Colombo.
Pakta militer India-AS
Sebelum memulai kunjungannya di Colombo, Sri Lanka, di India Pompeo bersama Menteri Pertahanan (Menhan) Mark Esper menandatangani pakta militer dengan Pemerintah India. Kerja sama ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan pertahanan India menghadapi China, terutama di Himalaya, yang menjadi sumber sengketa kedua negara.
Salah satu perjanjian kerja sama militer di antara kedua negara memungkinkan militer AS untuk berbagi data satelit dan sensor sensitif kepada militer India. Teknologi ini diyakini membantu New Delhi dalam hal pengelolaan pasukannya dan juga target sasaran rudal milik mereka bila terjadi konflik militer.
Selain itu, teknologi itu juga memungkinkan AS untuk menyediakan teknologi terbaru pada setiap jet tempur yang disuplai ke India. Pada saat yang sama, Esper juga mendesak Pemerintah India untuk membeli jet tempur F-18 buatan AS dan mengurangi ketergantungannya atas persenjataan buatan Rusia.
Menlu India Subrahmanyam Jaishankar dan Menhan Rajnath Singh menyambut baik kerja sama di antara kedua negara yang, menurut dia, telah tumbuh secara substansial. Namun, dalam pertemuan keempatnya yang berlangsung Senin (26/10/2020), baik Jaishankar maupun Singh tidak menyebut China selama pembicaraan berlangsung.
Akan tetapi, Jaishankar menyatakan bahwa perdamaian hanya mungkin terjadi apabila semua negara menghormati integritas teritorial dan kedaulatan semua negara.
India telah mencari dukungan militer internasional yang lebih besar sejak bentrokan perbatasan yang mematikan dengan China, Juni lalu. Sedikitnya 20 tentara India tewas dalam bentrokan itu. China pun mengakui juga mengalami korban jiwa.
Pemerintah India saat ini tengah berbelanja persenjataan dari beberapa produsen senjata di AS yang bisa digunakan dalam kondisi cuaca dingin yang ekstrem. Diasumsikan bahwa persenjataan itu akan ditempatkan di wilayah sengketa yang terletak di wilayah Pegunungan Himalaya. (AFP/REUTERS)