Pada Kampanye Biden, Obama Menyerang Kebijakan dan Pribadi Trump
Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama secara terang-terangan menyerang kebijakan Presiden AS Donald Trump dalam mengelola negara. Obama mendorong anak muda untuk memilih Biden dan mencegah Trump berkuasa lagi.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
PENNSYLVANIA, KAMIS — Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengecam kebijakan-kebijakan Presiden Donald Trump dalam menangani pandemi Covid-19 yang membuat negara itu sama kelasnya seperti Brasil dan India, dan telah merenggut 227.409 jiwa warganya. Obama menyalahkan dan menuntut pertanggungjawaban Trump yang telah menyebabkan merebaknya segregasi sosial hingga kerusuhan rasial di banyak wilayah di AS. Obama juga menilai bahwa mantan pengusaha real estat itu tidak memiliki kecakapan memimpin negara sebesar adidaya tersebut.
Dalam waktu kurang dari dua pekan sebelum waktu pemungutan suara dimulai, 3 November, Obama menggunakan waktunya untuk mendorong partisipasi rakyat AS memilih mantan wakilnya, Joe Biden, menggantikan Trump memimpin AS selama empat tahun ke depan. Tugas Obama adalah mencoba meyakinkan para calon pemilih bahwa pasangan yang diusung Partai Demokrat, yaitu Biden-Kamala Harris, adalah pasangan yang tepat untuk memperbaiki kondisi negara yang sudah retak.
”Amerika adalah tempat yang baik dan layak. Namun, kita sering kali diperlihatkan omong kosong dan keributan yang begitu banyak sehingga terkadang sulit diingat,” kata Obama.
Sekitar 35 menit Obama tampil di panggung terbuka di Philadelphia, Pennsylvania, dalam kampanye yang bergaya drive-in atau menonton bioskop di dalam mobil untuk mencegah penyebarluasan Covid-19. Obama yang biasanya tampil simpatik dan murah senyum di dalam setiap penampilannya di depan publik, kini tampil dengan mimik muka serius, seperti memendam kemarahan.
Tidak seperti penampilannya pada konvensi Partai Demokrat, kini dengan terang-terangan Obama menyerang Trump. Tanpa basa-basi dan lengan kemeja panjangnya yang tergulung, Obama menggunakan humor, sarkasme, dan ketidakpercayaan untuk menyerang Trump di hadapan para pendukung Demokrat.
Sebagian besar waktunya berada di atas panggung, Obama mengecam Trump dengan mengatakan bahwa Presiden AS itu tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan serius dan hanya tertarik pada dirinya sendiri. Pada saat yang sama, dia juga mengingatkan nilai-nilai yang telah dilaksanakan oleh AS selama berabad-abad, yaitu demokrasi dan kemanusiaan. Menurut dia, inilah yang harus dikembalikan oleh AS dan warganya.
”Saya meminta Anda mengingat seperti apa negara ini. Saya meminta Anda percaya pada kemampuan Joe dan Kamala memimpin negara ini keluar dari masa-masa kelam, kegelapan, dan membantu kami membangunnya dengan lebih baik,” kata Obama.
Kunjungan Obama ke Philadelphia menggarisbawahi pentingnya negara bagian ini, yang membantu memuluskan jalan Trump ke Gedung Putih, empat tahun lalu. Saking pentingnya negara bagian ini, Pennsylvania menjadi medan pertempuran yang paling sering dikunjungi Biden selama kampanye.
Trump juga tetap memprioritaskan negara bagian ini. Dia sadar bahwa jalan menuju kemenangannya akan sangat kecil tanpa 20 suara elektoral dari negara bagian. Trump sendiri mengunjungi Erie, salah satu bagian dari negara bagian ini yang pernah dimenangi Obama pada dua kali masa kepresidennya sebelum dikuasai Trump dan Partai Republik pada pemilihan terakhir.
Obama memberi perhatian lebih, terutama kepada para pemilih yang kecewa dengan pemerintahan sekarang. Termasuk dalam fokus Obama adalah warga kulit hitam dan kaum progresif yang waspada terhadap Biden. Obama mendesak mereka tidak tinggal diam pada pemungutan suara 3 November dan mengingatkan bahwa terlalu cepat puas pada diri pemilih liberal adalah kondisi yang membantu Trump berkuasa di Gedung Putih.
”Apa yang kita lakukan 13 hari ke depan ini akan menjadi masalah selama beberapa dekade mendatang. Fakta bahwa kami tidak langsung mendapatkan 100 persen dari apa yang kami inginkan bukanlah alasan yang baik untuk tidak memilih,” kata Obama.
Pada saat yang sama, Obama juga menyatakan, selama empat tahun berkuasa, Trump dan kabinetnya tidak pernah menunjukkan rencana hebat yang digadang-gadang menggantikan Obamacare. Trump, menurut dia, hanya menginginkan pengakuan atas kondisi ekonomi yang baik yang merupakan peninggalan pemerintahan sebelumnya dan sebaliknya tidak mau bertanggung jawab terhadap dampak pandemi yang terjadi ketika dirinya berkuasa.
”Di mana rencana hebat untuk menggantikan Obamacare ini? Tidak ada rencana. Mereka tidak pernah memilikinya,” kata Obama.
Memperhatikan kecenderungan Trump untuk menghina ”siapa pun yang tidak mendukungnya”, Obama menjamin ”empati (dan) kesopanan” Biden. Obama menilai, perbedaan itu lebih dari sekadar gaya.
Anak muda dan jajak pendapat
Empat tahun lalu, Obama menyampaikan argumen penutup kampanye dalam sebuah rapat umum sebelum hari pemungutan suara. Kala itu, hasil yang didapat Hillary di Pennsylvania, Michigan, dan Wisconsi mengecewakan Demokrat.
Dengan jajak pendapat Reuters dan Ipsos pun menunjukkan bahwa Biden hanya unggul empat poin atas Trump di negara bagian itu. Obama mengingatkan Demokrat agar tidak berpuas diri.
Dia mengatakan tidak memedulikan jajak pendapat yang bermunculan belakangan ini. Keunggulan dalam jajak pendapat tidak berkorelasi dengan dunia nyata.
”Saya tidak peduli dengan jajak pendapat. (Demokrat) tidak berhasil karena banyak orang tinggal di rumah dan menjadi malas dan berpuas diri. Tidak kali ini. Bukan pemilihan ini,” kata Obama.
Obama mengatakan, dirinya memahami skeptisisme dan ketidaktertarikan pemilih muda. Dia pun merasakan hal yang sama ketika masih berusia 20 tahun. Namun, para pemilih muda ini juga harus sadar bahwa politisi hanya akan menanggapi dan mendengarkan warga yang ikut memberikan suaranya pada waktu pemilihan.
”Pemerintah adalah kita. Tentu, oleh dan untuk orang-orang. Itu tidak selalu untuk kita semua, tetapi cara desainnya berfungsi berdasarkan siapa yang ada di meja,” kata Obama. Dia menegaskan, masa depan negara sedang dipertaruhkan.
Obama direncanakan berkeliling beberapa negara bagian selama dua pekan mendatang dan berkampanye untuk Biden. Sabtu pekan ini dia akan berada di Miami, Florida.
Dia juga berencana berkampanye untuk Biden di Miami pada hari Sabtu. (AP/Reuters)