”Artis Juga Manusia”, Citra yang Dibangun di Balik Keberhasilan BTS
Grup K-pop, BTS, meraup sukses dan penggemar di seluruh dunia berkat penggambaran citra ”boyband” Korea itu sebagai kelompok yang membumi, berterus terang soal tekanan, terlibat secara sosial, dan sadar kekurangan diri.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Sepak terjang grup K-pop beranggotakan tujuh laki-laki yang paling populer di dunia saat ini, BTS, selalu menjadi sorotan penggemar dan pengkritik. Apa pun yang dilakukan anggota grup itu mengundang pro dan kontra. BTS tak hanya menerima hujan pujian, tetapi juga kritikan dan protes, terutama ketika BTS menyinggung isu-isu yang sensitif, seperti politik dan perempuan.
Baru-baru ini BTS menerima hujan kritik dan protes dari China. Gara-garanya, pemimpin BTS yang berinisial RM menyinggung Perang Korea dalam sebuah acara penyerahan penghargaan bagi BTS. Penghargaan diberikan atas kontribusi mereka pada upaya menjalin hubungan Korea Selatan dan Amerika Serikat.
RM mengatakan, Korsel dan AS sama-sama berbagi ”sejarah rasa sakit” dalam Perang Korea 1950-1953 yang menewaskan banyak orang. Secara formal, Perang Korea yang membuat Korsel dan AS berhadapan dengan Korea Utara dan China itu belum berakhir. Perang itu baru diakhiri dengan kesepakatan gencatan senjata.
Pernyataan RM itu sontak menuai kontroversi di media sosial China. ”Mereka tidak sepantasnya mencari keuntungan dari China. Kalau mau cari untung dari fans China, pertimbangkan dulu perasaan warga China,” tulis seorang pengguna platform media sosial, Weibo, yang merujuk pada BTS.
Masalah ini berbuntut panjang. Unggahan-unggahan iklan telepon genggam dan alat dengar Samsung edisi khusus BTS menghilang dari platform e-commerce China, seperti Tmall dan JD.com. Unggahan-unggahan lain terkait BTS dari perusahaan lain, seperti pakaian olahraga merek Fila dan produsen mobil Hyundai yang memiliki kontrak dukungan pada BTS, juga menghilang dari akun resmi Weibo.
Skandal
Seperti selebritas ternama lainnya di dunia, BTS juga tak lepas dari skandal. Majalah Economist, edisi 10 Oktober 2020, menyebutkan, selama beberapa tahun terakhir, banyak kabar heboh di dunia K-pop yang semuanya tidak menyenangkan.
Seperti skandal klab malam mewah di ibu kota Seoul, Burning Sun. Di kelab malam itu, beberapa bintang K-pop dan sejumlah eksekutif industri musik dituduh melakukan pelecehan seksual tahun lalu. Mereka juga dituduh menyediakan layanan seks bagi mitra bisnis, penjualan obat-obatan terlarang, dan penyuapan.
Pada tahun yang sama, ada dua selebritas idola perempuan Korsel itu bunuh diri. Keduanya menjadi sasaran pelecehan selama bertahun-tahun.
Meski dirundung banyak skandal, industri K-pop tampak tidak goyah. BTS menjadi terkenal di dunia karena berhasil menjual citra yang berkebalikan dengan gambaran kejantanan laki-laki Korsel dan sikap acuh tak acuh yang biasanya dilakukan dan ditunjukkan oleh selebriti dan grup K-pop lainnya.
Citra membumi
Tujuh anggota BTS yang berusia 20-an selama ini menampilkan diri mereka sebagai orang yang membumi, selalu berterus terang jika bicara soal tekanan dan kerugian akibat ketenaran, terlibat secara sosial, dan menyadari kekurangan mereka sendiri.
Ketika ada penggemar yang marah soal kumpulan lirik seksis BTS beberapa tahun lalu, anggota BTS yang menulis lirik itu lalu meminta maaf atas ketidaktahuannya dan bersumpah untuk belajar lebih banyak agar tidak terjadi kesalahan yang sama lagi. Lalu ia menunjukkan dirinya sedang membaca novel bertema feminis.
Kesuksesan BTS sebenarnya diraih karena mereka menawarkan harapan pada penggemar yang merasa lelah dengan tekanan untuk bersaing serta menyesuaikan diri dalam dunia pendidikan dan karier mereka.
Contoh lain, ketika ada penggemar BTS di AS yang meminta BTS mendukung gerakan protes Black Lives Matter tahun ini, mereka pun langsung melakukannya.
Sikap dan perilaku seperti itu langsung mengena dan seakan terhubung dengan para penggemar di Korsel dan seluruh dunia. ”Pesan yang mereka kirimkan sangat berbeda dari boyband lain,” ujar Lim Hyun-jee (26), warga Seoul.
”Mereka bicara soal masa pertumbuhan, kesehatan mental, perundungan, penindasan, dan apa pun yang kita semua juga alami. Dan mereka bisa rukun. Itu keren.”
Hong Seok-kyeong dari Universitas Nasional Seoul menilai kesuksesan BTS itu sebenarnya karena mereka menawarkan harapan pada penggemar yang merasa lelah dengan tekanan untuk bersaing serta menyesuaikan diri dalam dunia pendidikan dan karier mereka. ”Melalui lagu dan interaksi mereka dengan penggemar, mereka mau mengatakan bahwa mereka juga merasakan semua tekanan itu,” ujarnya.
BTS ingin menunjukkan dan menyuarakan bahwa tidak masalah menjadi berbeda dan semua orang masih bisa sukses meskipun tidak betul-betul cocok dengan keinginan atau harapan.
Maskulinitas yang lembut
Hong juga menilai, para perempuan muda khususnya menyukai citra maskulinitas BTS yang lebih lembut dan rentan secara emosional sebagai alternatif kejantanan laki-laki Korsel pada umumnya. ”Cara mereka membuat diri mereka cantik itu sangat penting untuk memberikan kesenangan virtual pada penggemar perempuan,” ujarnya.
Namun, kalangan feminis Korsel menilai citra grup yang ramah perempuan itu hanya pencitraan belaka karena tidak sesuai dengan kenyataan mengingat norma seksis di industri musik. Meski demikian, setidaknya kesuksesan BTS menunjukkan bahwa kebaikan atau perbuatan baik itu laku dijual dan mampu mendorong orang lain untuk mencoba. Resep ini berhasil.
Dengan memakai resep ini, Bang Si-hyuk yang mendirikan perusahaan produksi BTS, Big Hit Entertainment, kini menjadi miliarder setelah tertatih-tatih di ambang kebangkrutan, sepuluh tahun lalu. Perusahaan Big Hit itu berencana masuk bursa saham Korsel, 15 Oktober mendatang, dan tampaknya akan membuat Si-hyuk dan BTS semakin kaya. Big Hit diperkirakan akan mendapat keuntungan sampai paling tidak 4 miliar dollar AS. (REUTERS)