Program Pangan Dunia PBB Raih Nobel Perdamaian 2020
Program Pangan Dunia (WFP) meraih Nobel Perdamaian 2020 berkat upaya organisasi PBB itu dalam memerangi kelaparan di dunia dan memulihkan kondisi di daerah-daerah yang terdampak konflik demi perdamaian.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
OSLO, JUMAT — Penghargaan Nobel Perdamaian 2020 diberikan kepada Program Pangan Dunia, salah satu organisasi dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Organisasi yang bermarkas di Roma, Italia, itu meraih penghargaan bergengsi ini terkait upaya lembaga tersebut memerangi kelaparan di dunia dan memulihkan kondisi di daerah-daerah yang terdampak konflik demi perdamaian. WFP akan menerima 1,1 juta dollar AS dan medali emas sebagai hadiah.
Setiap tahun, WFP memberikan bantuan pangan bagi sedikitnya 97 juta orang di sekitar 88 negara. Meski telah dibantu melalui program WFP, sampai sekarang masih ada setidaknya satu dari sembilan orang di dunia yang tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan. ”Kebutuhan akan solidaritas internasional dan kerja sama multilateral semakin penting,” kata Ketua Komite Nobel Berit Reiss-Andersen.
Komite Nobel menilai peran dan posisi WFP saat ini semakin relevan dengan banyaknya penduduk dunia yang terancam kelaparan, bahkan sudah mengalami kelaparan akibat konflik, perang, dan pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 berkontribusi pada penambahan jumlah penduduk dunia yang kelaparan.
”Selama kita belum memiliki vaksin medis, makanan adalah vaksin terbaik melawan kekacauan. WFP memperkirakan ada 265 juta orang kelaparan hanya dalam kurun satu tahun. Ini sekaligus ajakan untuk komunitas internasional agar senantiasa membantu pembiayaan WFP,” ujar Berit Reiss-Andersen dalam pidatonya.
Direktur Eksekutif WFP David Beasley, melalui akun media sosial Twitter, mengaku sangat terhormat mendapatkan Nobel Perdamaian. ”Kami sangat terhormat menerima #NobelPeacePrize. Ini pengakuan luar biasa terhadap dedikasi keluarga besar @WFP family yang telah bekerja keras menangani kelaparan di lebih kurang 80 negara,” tulisnya.
Penghargaan ini diperoleh, tulis Beasly, berkat kerja keras keluarga besar WFP di daerah-daerah yang paling sulit dan paling kompleks di dunia. Tidak peduli itu di daerah konflik, perang, dan cuaca ekstrem. Apa pun. ”Mereka semua ada di sana dan mereka pantas mendapatkan penghargaan ini,” tulisnya.
Juru bicara WFP, Tomson Phiri, di Geneva, mengatakan, banyak anggota WFP yang setiap hari menghadapi risiko mengorbankan nyawa demi memberikan bantuan makanan kepada lebih dari 100 juta yang kelaparan di seluruh dunia. ”Akibat karantina untuk mencegah pandemi Covid-19, pasokan makanan bagi penduduk dunia terganggu. Beruntung kami bisa menjangkau masyarakat di mana saja,” ujarnya.
Kerja sama penting
Alasan pemilihan WFP sebagai penerima Nobel Perdamaian ini karena, kata Direktur Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm Dan Smith, Komite Nobel Norwegia ingin menyampaikan pesan pentingnya dukungan dan kerja sama internasional.
”Kelaparan, seperti halnya perubahan iklim, pandemi, dan isu-isu lain, adalah masalah dunia yang hanya bisa ditangani dengan bekerja sama. Dan WFP merupakan institusi kerja sama global,” kata Smith.
Pesan kerja sama ini yang ingin ditonjolkan sebagai pengingat karena ada kecenderungan sejumlah negara, terutama negara-negara besar, yang mulai enggan bekerja sama.
Komite Nobel mengingatkan pada tahun 2019, sebelum ada pandemi Covid-19 saja, terdapat 135 juta orang yang kelaparan parah, sebagian besar karena perang dan konflik bersenjata. Pemerintah berbagai negara diminta memastikan agar WFP dan organisasi pemberi bantuan yang lain mendapatkan bantuan keuangan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi jutaan orang, seperti di Yaman, Kongo, Nigeria, Sudan Selatan, dan Burkina Faso.
Selama ini WFP konsisten menuding perubahan iklim sebagai penyebab bertambahnya orang yang kelaparan. Perubahan iklim itulah yang merusak tanaman pangan. Beasley memperingatkan Dewan Keamanan PBB, April lalu, bahwa dunia akan berada di ujung pandemi kelaparan beberapa bulan ke depan jika tidak segera ada tindakan. (REUTERS/AFP/AP)