”Bayi-bayi Itu Kelaparan, Sudah Tak Kuat Menangis”
Oleh
·3 menit baca
Anak-anak di Yaman harus ikut memikul derita berkepanjangan akibat pertempuran yang tidak diketahui kapan akan berakhir. Bahkan, Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa atau WFP—badan pangan PBB—menyatakan, sudah tak ada waktu lagi bagi lembaga-lembaga kemanusiaan untuk menyelamatkan warga Yaman, termasuk anak- anaknya, dari bencana kelaparan.
Data terbaru PBB menunjukkan, dari 29 juta penduduknya, warga Yaman yang dilanda kelaparan sudah melonjak menjadi 8,4 juta jiwa. Jumlah ini diperkirakan akan segera bertambah 3,5 juta jiwa lagi karena jatuhnya mata uang negara itu. Akibat inflasi, harga makanan dan bahan bakar pun meroket.
Lembaga amal Save the Children, Rabu (19/9/2018), memperingatkan bahwa keseluruhan satu generasi menghadapi ancaman kematian dan ”kelaparan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya”. Saat ini, kata lembaga bermarkas di London itu, lebih dari 5 juta anak Yaman mengalami kelaparan.
Setelah mengidentifikasi ada 4 juta anak kelaparan, demikian Save the Children dalam laporan terbarunya, dengan tambahan 1 juta anak-anak yang terancam kelaparan setelah kenaikan harga pangan dan bahan bakar, kini total ada 5,2 juta anak-anak di Yaman yang menderita kelaparan.
Sudah tiga tahun Yaman—negara Arab paling miskin sebelum perang meletus tahun 2015—dilanda konflik antara milisi Houthi dan pasukan loyalis Presiden Abdurabbuh Mansour Hadi. Konflik berlarut-larut setelah koalisi Arab pimpinan Arab Saudi melancarkan operasi militer ke Yaman untuk membantu Hadi, sedangkan milisi Houthi disebut mendapat dukungan Iran.
Hingga sekarang, hampir 10.000 orang tewas akibat pertempuran di Yaman. Bantuan kemanusiaan sulit masuk ke negeri itu mengingat akses melalui Pelabuhan Hodeida tertutup. Berlokasi di pantai Laut Merah, pelabuhan itu dikontrol milisi Houthi dan diblokade koalisi pimpinan Arab Saudi.
Perang ini berisiko membunuh seluruh generasi anak-anak Yaman yang kini menghadapi berbagai ancaman.
Hampir 80 persen impor Yaman, termasuk banyak bantuan kemanusiaan, masuk melalui pelabuhan itu. Blokade atas Hodeida, yang menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan, akan membahayakan nyawa jutaan anak-anak di Yaman. Selain itu, pertempuran besar terus berlanjut di sekitar kota pelabuhan tersebut setelah perundingan di Geneva pada awal September ini tidak membuahkan hasil.
”Jutaan anak tidak tahu kapan atau apakah mereka masih bisa makan pada esok hari,” kata Helle Thorning-Schmidt, CEO Save the Children International.
”Di satu rumah sakit yang saya kunjungi di Yaman utara, bayi-bayi pun bahkan terlalu lemah untuk menangis. Tubuh mereka kelelahan karena kelaparan. Perang ini berisiko membunuh seluruh generasi anak-anak Yaman yang kini menghadapi berbagai ancaman, mulai dari bom hingga kelaparan, hingga penyakit yang dapat dicegah seperti kolera.”
PBB telah memperingatkan bahwa setiap pertempuran besar di Hodeida dapat menghentikan distribusi makanan bagi 8 juta warga Yaman yang sangat bergantung pada bahan pangan tersebut untuk bisa bertahan hidup.
WFP mengatakan, yang sangat dibutuhkan untuk mencegah kelaparan saat ini adalah titik-titik baru untuk akses pengiriman bantuan kemanusiaan dan impor makanan untuk mengatasi ancaman kelaparan ke Yaman. (AFP/AP/LOK)