Aliansi Pasok Vaksin bagi Negara Miskin
Sejumlah organisasi, jaringan aliansi, dan lembaga keuangan mengamankan pasokan vaksin Covid-19 bagi negara miskin dan berkembang. Tidak boleh ada negara yang ditinggalkan dalam menghadapi pandemi.
GENEVA, RABU — Aliansi vaksin Gavi dan Bill & Melinda Gates Foundation mengumumkan, sebanyak 100 juta dosis vaksin Covid-19 tambahan yang akan didistribusikan ke negara-negara miskin pada tahun 2021 berhasil diamankan. Jumlah itu dua kali lipat lebih banyak daripada yang sudah diperoleh dari Serum Institute of India.
Gavi dan Gates Foundation menekankan bahwa jumlah total vaksin yang berhasil didapat ”berpotensi” lebih banyak dan harganya dipatok tidak lebih dari 3 dollar AS atau sekitar Rp 45.000 per dosis.
”Tidak ada negara, kaya ataupun miskin, yang harus tertinggal dalam antrean vaksin Covid-19. Kolaborasi ini membawa selangkah lebih maju untuk mencapai tujuan tersebut,” kata Seth Berkley, CEO Gavi.
Sementara itu, Presiden Bank Dunia David Malpass menuturkan, dirinya sedang menunggu persetujuan pendanaan pengembangan vaksin Covid-19 senilai 12 miliar dollar AS dari dewan Bank Dunia untuk membantu negara miskin dan berkembang dalam memenuhi kebutuhan vaksin.
Baca juga : Hak Semua Bangsa, Tidak Boleh Ada Nasionalisme Vaksin
Dalam wawancara eksklusif dengan kantor berita Reuters, Malpass menyampaikan bahwa inisiatif tersebut, yang merupakan bagian dari pendanaan 160 miliar dollar AS dari donor multilateral, bertujuan membantu pengadaan dan distribusi vaksin lebih awal untuk fasilitas kesehatan dan meningkatkan produksi global vaksin.
Di Berlin, Kanselir Jerman Angela Merkel mengumumkan akan menyiapkan dana 100 juta dollar AS untuk membantu akses negara-negara berkembang pada vaksin Covid-19. Ia juga mengajak ”mereka yang masih ragu-ragu” untuk bergabung dalam upaya penyediaan vaksin secara global.
Dalam pertemuan pejabat tinggi PBB di New York, Amerika Serikat, Rabu (30/9/2020), Seth Berkley mengimbau negara-negara yang belum bergabung dalam upaya global penyediaan vaksin, COVAX, untuk ikut membantu akses negara-negara berpendapatan rendah dan menengah pada vaksin. Ia menyebutkan, saat ini 168 negara telah bergabung dalam COVAX, termasuk 76 negara kaya. ”Saya mengimbau negara-negara lain untuk segera bergabung dengan kami,” katanya.
China, Rusia, dan AS belum bergabung dengan fasilitas COVAX. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, pihaknya masih membicarakan hal tersebut dengan China.
Baca juga : Vaksin Sinovac Akan Tersedia Awal 2021, China Produksi 610 Juta Dosis Akhir 2020
”Kita perlu mengamankan 2 miliar dollar AS untuk komitmen pasar di depan pada Desember guna memastikan pemesanan dosis vaksin bagi 92 negara berpendapatan rendah dan sedikitnya tambahan 5 miliar dollar AS untuk mengamankan pemesanan itu pada tahun 2021,” ujar Berkley.
Uji klinis Sinovac
Di Indonesia, dalam jumpa pers bersama Kementerian Luar Negeri, PT Bio Farma, dan Universitas Padjadjaran, Ketua Uji Klinis Tahap III Vaksin Sinovac Kusnandi Rusmil menyampaikan bahwa hingga 29 September 2020 sebanyak 1.089 partisipan uji klinis sudah menerima suntikan pertama dan 650 partisipan sudah mendapat suntikan kedua. Sejauh ini tidak ditemukan adanya efek samping yang signifikan.
Uji klinis tahap III vaksin Covid-19 Bio Farma-Sinovac itu dijadwalkan berjalan selama tujuh bulan. Setelah itu, semua partisipan akan dipantau selama enam bulan ke depan setelah penyuntikan hingga pada Mei 2021 ditargetkan selesai. ”Penelitiannya sendiri akan selesai pada awal Januari 2021,” ujar Kusnandi.
Baca juga : Indonesia Terlibat Pengembangan Vaksin
Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, untuk mempercepat akses vaksin bagi masyarakat, Bio Farma akan mengajukan proses registrasi vaksin ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui mekanisme Otorisasi Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization/EUA).
Sebagai bagian penerapan sistem manajemen kualitas di Bio Farma dan untuk menjamin kualitas bulk vaksin yang akan diterima, Bio Farma juga akan melakukan audit inspeksi ke Sinovac. Sambil menunggu uji klinis selesai, persiapan produksi vaksin akan dimulai pada November hingga Desember 2020.
Baca juga : Diplomasi Indonesia Percepat Akses pada Vaksin Covid-19, Target Produksi Tahun 2021
Saat ini, kapasitas total produksi hilir vaksin Covid-19 Bio Farma sebesar 250 juta dosis pada 2021. Jumlah ini telah ditingkatkan dari sebelumnya hanya 100 juta dosis. Apabila uji klinis vaksin Covid-19 tahap III lancar, Bio Farma akan mulai memproduksi vaksin pada Januari 2021.
Program vaksinasi
Di tempat terpisah, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memimpin rapat koordinasi persiapan program vaksinasi. ”Saat ini vaksin menjadi hal yang sangat penting bagi kita. Oleh karena itu, prioritas utama kita saat ini adalah pemantapan dalam logistik, target penerima, serta mekanisme vaksinasi yang akan kita laksanakan,” ujarnya saat membuka rapat koordinasi di Jakarta, seperti dalam keterangan tertulis, Rabu (30/9/2020).
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang hadir dalam rakor itu memaparkan prioritas dari target penerima vaksin tersebut. ”Prioritas vaksin akan diberikan kepada garda terdepan, yaitu semua tenaga medis dan semua masyarakat yang bekerja pada fasilitas medis. Berikutnya akan diberikan kepada masyarakat dengan kategori high risk, yaitu pekerja pada usia 18-59 tahun,” katanya.
Hingga saat ini, menurut Menkes Terawan, kebutuhan vaksinasi mencapai 320 juta dosis. ”Dan dengan indeks pemakaian vaksin, kita harus bisa menyediakan 352 juta dosis vaksin,” ujarnya.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, saat ini kapasitas penyimpanan vaksin yang dimiliki BUMN mencapai 123 juta vaksin. Oleh karena itu, sedang dilakukan kerja sama antarlembaga BUMN, khususnya Bio Farma dan Kimia Farma, sebagai produsen obat, dalam pengadaan Cold Chain Equipment Inventory hingga memuat 300 juta vaksin.
Terkait vaksinasi, Ketua Satgas Penanganan Covid 19 Doni Monardo meminta BPOM agar berkoordinasi dengan MUI untuk memastikan kehalalan vaksin Covid tersebut. ”Setelah dicek kehalalannya, BPOM bisa berkoordinasi dengan MUI untuk memberikan sertifikasi halal,” ujar Doni.
Untuk menyiapkan program vaksinasi, Kementerian Kesehatan telah menyusun beberapa langkah dalam kesiapan fasilitas kesehatan di Indonesia. Sejak Senin (28/9/2020), telah dilaksanakan pelatihan kepada tenaga kesehatan mengenai tata cara vaksinasi Covid-19 ini. Selain itu, telah disiapkan dua puskesmas yang akan menjadi tempat simulasi, yaitu Puskesmas Abiansemal Kabupaten Badung, Denpasar, serta Puskesmas Tanah Sereal Kota Bogor, Jawa Barat.
Alat tes
Seiring dengan berjalannya uji klinis tahap III sembilan calon vaksin Covid-19 di seluruh dunia, WHO berjuang menyediakan alat tes yang cepat dan murah bagi negara miskin sepanjang pendanaan untuk hal ini mencukupi. Oleh karena itu, lebih kurang 120 juta alat tes Covid-19 akan disiapkan bagi negara berpenghasilan rendah hingga menengah dengan harga 5 dollar AS.
Alat tes dimaksud akan lebih cepat, murah, dan mudah digunakan dibandingkan tes usap dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR) standar. Menurut rencana, alat tes ini akan didistribusikan ke 133 negara dalam enam bulan.
”Ini akan memungkinkan tes yang luas dilakukan, terutama di daerah yang sulit dijangkau yang tidak memiliki fasilitas laboratorium atau tenaga medis terlatih untuk melakukan tes PCR,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam jumpa pers virtual.
Berbulan-bulan, para ahli kesehatan telah mendorong otoritas kesehatan global untuk mengadopsi teknologi tersebut sehingga orang bisa melakukan tes sendiri. (AFP/REUTERS)