Sebagai Menteri Luar Negeri dan Emir Kuwait, Sabah al-Ahmad al-Sabah membawa Kuwait berperan penting di panggung diplomasi dan kemanusiaan internasional.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
KUWAIT, RABU — Timur Tengah kehilangan tokoh kemanusiaan yang penting dengan meninggalnya Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah. Ia, antara lain, dikenal karena menyumbangkan hampir Rp 11 triliun dari hampir Rp 60 triliun dana bantuan untuk pengungsi Suriah pada 2013-2015.
Pemerintah Kuwait mengumumkan masa berkabung selama 40 hari mulai Rabu (30/9/2020). Sheikh Sabah meninggal pada Selasa (29/9/2020) sore waktu Kuwait di rumah sakit tempat ia dirawat selama beberapa waktu terakhir di Minnesota, Amerika Serikat.
Pada Juli 2020, ia mendadak sakit keras. ”Dengan kesedihan dan duka mendalam, Kantor Emir mengumumkan dukacita kepada warga Kuwait, bangsa Arab dan Muslim, serta negara sahabat,” kata Menteri Kehakiman Kuwait Sheikh Ali Jarrah al-Sabah.
Adik Sabah, Nawaf al-Ahmad al-Sabah, ditunjuk menjadi Emir Kuwait pengganti Sabah dan diambil sumpahnya pada Rabu ini. Kakak beradik itu merupakan anak Ahmad al-Jaber al-Sabah, emir ke-10 Kuwait yang memerintah pada 1921-1950.
Sheikh Nawaf menjadi putra mahkota sejak 2006 atau di tahun Sabah menjadi Emir Kuwait. Kakak Sabah dan Nawaf, Jaber, menjadi Emir Kuwait periode 1977-2006.
Pada masa kekuasaan ayah dan dua kakak Nawaf itu, Kuwait menjadi sasaran Arab Saudi di bawah Raja Abdulaziz al-Saud, Iran pada masa Perang Irak-Iran 1980-1988, dan Irak pada Perang Teluk I.
Selepas Perang Iran-Irak dan Perang Teluk, Sabah berperan penting dalam membenahi hubungan Kuwait di kawasan dan panggung internasional. Sebab, Sabah menjadi menteri luar negeri periode 1963-2003.
Sebagai menlu, Sabah, antara lain, membawa Kuwait menjadi anggota Dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Selepas Perang Iran-Irak, kala itu Kuwait memihak Irak, Sabah memperbaiki hubungan Kuwait dengan Iran. Ia juga berusaha memulihkan lagi hubungan dengan Irak setelah Perang Teluk.
Kesan internasional
Selain menjadi menlu, Sabah juga ditunjuk kakaknya menjadi anggota Dewan Pengarah Urusan Perminyakan (SPC) Kuwait dan wakil perdana menteri. Seperti di negara lain di Teluk Persia, minyak dianggap penting dalam politik luar negeri.
Karena itu, menlu menjadi anggota SPC. ”Sabah adalah lambag kebijaksaan dan kemurahan hati yang luar biasa, penyampai perdamaian, pembangun hubungan,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Guterres mengenal Sabah terutama karena aktivitas kemanusiaannya. Pada 2013-2014, Sabah menggelar penggalangan dana untuk pengungsi Perang Suriah. Dari dua kegiatan itu, terkumpul total 3,9 miliar dollar AS yang 300 juta dollar AS di antaranya disumbangkan oleh Sabah.
Pada 2015, Sabah kembali menyumbangkan 500 juta dollar AS untuk para pengungsi Suriah. ”Emir Kuwait mewariskan capaian penting dan kerja keras untuk melayani negaranya, dunia Arab, dan bangsa-bangsa Muslim, serta kemanusiaan,” demikian pernyataan Arab Saudi.
Uni Emirat Arab malah mengumumkan masa berkabung tiga hari untuk menghormati meninggalnya Sabah. UEA mengenang Sabah sebagai tokoh penting dalam membangun kerja sama di kawasan.
Selama puluhan tahun menjadi menlu lalu jadi emir, Sabah membawa Kuwait menjadi negara relatif netral di kawasan. Netralitas itu membuat Kuwait bisa menjadi perantara bagi negara-negara yang berhadapan, seperti blok Iran-Qatar dengan blok Arab Saudi-UEA-Bahrain.
”Sheikh Sabah memberikan sumbangan pribadi untuk stabilitas kawasan dan bantuan kemanusian yang akan lama dikenang,” kata PM Inggris Boris Johnson.
Inggris dan Kuwait punya hubungan penting. Pada 1899-1961, Kuwait menjadi protektorat Inggris. Keputusan itu dibuat untuk mencegah Kuwait diserbu tentara Utsmani pada akhir abad ke-19 dan menjelang Perang Dunia I.
Sayangnya, status itu tidak berhasil membuat Kuwait mempertahankan sebagian wilayahnya dari Arab Saudi. Lewat Konferensi Uqair, Kuwait terpaksa memberikan sebagian wilayahnya kepada Saudi.
Di masa tugas sebagai menlu lalu jadi emir, Sabah membawa Kuwait lebih dekat dengan AS. ”Mendiang pemimpin populer dan teman khusus AS. Membaktikan dirinya untuk perdamaian dan stabilitas kawasan,” kata Duta Besar AS untuk Kuwait Alina Romanowski.
Kini, peran Sabah akan dilanjutkan oleh Nawaf. Berbeda dengan Sabah, Nawaf menghabiskan puluhan tahun untuk urusan keamanan, pertahanan, dan dalam negeri.
Nawaf jadi menteri dalam negeri 1978-1988 dan 1994-2003, menteri pertahanan 1988-1990, serta wakil panglima Pasukan Cadangan 1994-2003. (AP/REUTERS)