Arab Saudi Buka Lagi Layanan Umrah bagi Jamaah Luar Negeri Mulai 1 November
Arab Saudi membuka lagi layanan umrah, terbatas bagi warga dan ekspatriat di negara itu, 4 Oktober mendatang. Umrah bagi jemaah luar Saudi baru dibuka, 1 November, dari negara yang dinilai tak berisiko secara kesehatan.
Oleh
Luki Aulia & Mh Samsul Hadi
·3 menit baca
RIYADH, RABU — Pemerintah Arab mulai membuka kembali layanan umrah, setelah dihentikan sementara untuk mencegah persebaran wabah Covid-19, secara bertahap mulai 4 Oktober mendatang. Tahap pertama pembukaan kembali layanan umrah ini hanya bisa diikuti umat Muslim yang tinggal di wilayah Arab Saudi. Adapun jemaah luar Arab Saudi diperbolehkan menunaikan umrah mulai 1 November mendatang.
Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi, melalui pengumuman yang dirilis kantor berita Arab Saudi (SPA), Selasa (22/9/2020) waktu setempat, menyatakan bahwa pembukaan kembali layanan umrah itu dilakukan secara bertahap. Keputusan itu diambil, antara lain, setelah mempertimbangkan laporan pihak berwenang terkait penanganan pandemi Covid-19. Izin tersebut juga diberikan bagi kunjungan ke Masjid Nabawi, Madinah, termasuk Raudah di masjid itu.
Pada tahap pertama, layanan umrah dan kunjungan ke Masjid Nabawi hanya diberikan bagi warga dan ekspatriat yang tinggal di Arab Saudi, maksimal 6.000 jemaah per hari—sekitar 30 persen dari kapasitas yang telah direvisi, yakni 20.000 jemaah per hari—mulai 4 Oktober mendatang. Sejak protokol kesehatan baru diterapkan pada era pandemi Covid-19, jumlah maksimal jemaah yang berumrah hanya boleh sampai 20.000 orang.
Pada tahap kedua, demikian pengumuman Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi, kapasitas jemaah umrah bagi warga dan ekspatriat di Arab Saudi itu akan ditambah sampai 15.000 jemaah umrah per hari atau 75 persen dari kapasitas mulai 18 Oktober mendatang. Begitu juga pengunjung di Raudah di Masjid Nabawi juga ditambah menjadi 75 persen dari kapasitas yang ada.
Pada tahap ketiga, mulai 1 November mendatang, layanan umrah dibuka bagi jemaah dari luar Arab Saudi dengan kapasitas maksimal 100 persen atau 20.000 jemaah per hari. Kunjungan ke Masjid Nabawi juga ditambah menjadi sesuai kapasitas maksimal 100 persen.
Syarat bebas risiko
Terkait pembukaan umrah bagi jemaah luar negeri, Arab Saudi menyatakan bahwa izin itu akan diberikan secara bertahap bagi ”negara-negara yang bebas dari risiko ancaman kesehatan terkait pandemi korona, seperti yang diumumkan Kementerian Kesehatan”. Tidak dijelaskan, misalnya, detail kriteria negara-negara yang bisa mengirimkan jemaah umrahnya sejak tanggal tersebut.
Jumlah jemaah umrah dan pengunjung ke Masjid Nabawi akan ditingkatkan menjadi 100 persen dari kapasitas normal setelah ada keputusan otoritas terkait bahwa ancaman pandemi Covid-19 telah hilang. ”Kunjungan jemaah, peziarah, dan pengunjung diatur melalui \'aplikasi (etamarna)\', yang akan diluncurkan oleh Kementerian Haji dan Umrah, dengan menerapkan standar dan pengendalian kesehatan sesuai persetujuan Kementerian Kesehatan dan pihak-pihak terkait,” demikian keterangan di SPA.
Tahun ini, Pemerintah Arab Saudi sudah membatasi pelaksanaan ibadah haji hanya untuk umat Islam yang tinggal di Arab Saudi, dengan jumlah yang hanya beberapa ribu jemaah—dari yang biasanya sampai 2,5 juta jemaah. Otoritas kesehatan Arab Saudi mengatakan, tidak ada laporan tentang kasus Covid-19 di situs-situs suci selama penyelenggaraan haji di masa pandemi berlangsung.
Dalam penyelenggaraan haji yang lalu, jemaah menjalani pemeriksaan suhu tubuh secara rutin dan harus menjalani karantina sebelum maupun sesudah ibadah. Penyelenggaraan haji dan umrah mendatangkan tantangan logistik bagi otoritas Arab Saudi mengingat kumpulan massa dalam jumlah besar di tengah situs-situs suci yang sempit. Pekan lalu, Arab Saudi mulai membuka kembali sebagian penerbangan internasional.
Dari haji dan umrah, pemerintah mendapatkan pemasukan sekitar 12 miliar dollar AS setiap tahun. Penguasa de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, mencanangkan reformasi ”Visi Arab Saudi 2030” yang bertujuan meningkatkan perekonomian Arab Saudi. Caranya, tidak lagi hanya mengandalkan sumber minyak, tetapi juga menggarap sumber pendapatan lain, termasuk kunjungan keagamaan.
Pemerintah Arab Saudi berharap akan bisa menerima 30 juta umat Islam setiap tahunnya pada tahun 2030. Namun, untuk sementara rencana itu kemungkinan bisa tertunda karena pandemi Covid-19. Data Pemerintah Arab Saudi menunjukkan, jumlah kasus Covid-19 mencapai 330.798 orang—tertinggi di kawasan Teluk Arab—dan 4.542 orang di antaranya meninggal.