Dubes AS untuk PBB Makan Siang dengan Pejabat Taiwan, China Ajukan Protes
China berang setelah Dubes AS untuk PBB Kelly Clark menerima jamuan makan siang pejabat Taiwan di Manhattan, New York City, AS.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
NEW YORK, KAMIS — Hubungan bilateral antara Amerika Serikat dan China kembali memanas. Setelah perselisihan soal pandemi Covid-19, perdagangan, demokrasi di Hong Kong, dan Laut China Selatan, kini muncul isu Taiwan yang akan menambah bahan perselisihan di antara kedua negara itu. Ini setelah Duta Besar AS untuk PBB Kelly Craft menerima ajakan makan siang bersama Direktur Kantor Ekonomi dan Budaya Taipei di AS James KJ Lee.
Bagi Craft, ini merupakan pertemuan ”bersejarah” karena baru pertama kali ini terjadi antara pejabat Taiwan dan dubes AS di PBB. Keduanya makan siang di restoran yang berada di wilayah East Side, Manhattan, AS, Rabu (16/9/2020) waktu setempat. ”AS berusaha memperkuat hubungan bilateral dengan Taiwan. Saya hanya melanjutkan upaya itu mewakili pemerintah,” kata Craft.
Pertemuan ini dikhawatirkan akan memperparah ketegangan hubungan AS dan China. Apalagi jika mengingat kunjungan Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakat AS Alex Azar ke Taiwan pada bulan lalu. Hubungan AS yang lebih erat ke Taiwan menunjukkan pemerintahan Presiden AS Donald Trump tidak segan-segan menentang ancaman China dan memilih alternatif lain selain rezim yang dipimpin Partai Komunis China.
Bahkan, pemerintahan Trump sedang mendorong dimasukkannya Taiwan sebagai entitas terpisah di organisasi-organisasi internasional, seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO).
Craft menjelaskan, James KJ Lee yang pernah menjadi sekretaris jenderal di Kementerian Luar Negeri Taiwan hingga Juli lalu itu tiba di New York, Senin. Sebagai tuan rumah yang baik, Craft menerima ajakan makan siang Lee dan mendengarkan cerita tentang keluarga dan pengalamannya.
Ganjal Taiwan
China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Beijing semakin menekan Taiwan dengan kerap menggelar latihan perang dan patroli udara di sekitar wilayah Taiwan. Upaya AS memasukkan Taiwan ke organisasi-organisasi internasional berlawanan dengan China yang justru berusaha mengganjal Taiwan. Taiwan meninggalkan PBB pada tahun 1971 ketika China masuk.
Pada Mei lalu, perwakilan AS di PBB mengekspresikan dukungan pada partisipasi Taiwan di PBB. Alasannya, PBB yang beranggotakan 193 negara itu awalnya dibentuk untuk memenuhi aspirasi dan kepentingan semua negara, menerima perbedaan pandangan apa pun, dan memperjuangkan hak asasi manusia.
Juru bicara perwakilan China di PBB mengajukan protes atas pertemuan santap siang antara Craft dan Lee. Ia mengecam perwakilan AS yang dinilai melakukan pelanggaran serius terhadap resolusi Majelis Umum PBB yang memberikan China kursi di PBB, tiga komunike bersama, dan kedaulatan China, serta integritas wilayah.
”Aspirasi 24 juta rakyat Taiwan harus didengarkan dan mereka dalam kondisi termarjinalisasi oleh Beijing. Sangat disayangkan karena mereka juga semestinya bisa berpartisipasi di PBB seperti negara lainnya,” kata Craft.
Dorong masuk PBB
Craft menambahkan, jika bukan AS yang berani melawan China, lalu siapa yang akan membantu Taiwan, Hong Kong, atau yang lainnya. Craft menyebutkan, Taiwan mengirimkan surat kepada WHO yang berisi tentang peringatan akan adanya risiko tinggi penularan Covid-19 antarmanusia. Namun, tidak ada tanggapan dari WHO. ”Kami mendorong Taiwan masuk lagi ke PBB atau setidaknya berpartisipasi di WHO,” ujarnya.
Lee mengapresiasi sikap AS terhadap Taiwan karena kedua negara memiliki nilai-nilai demokrasi, HAM, dan penegakan hukum yang sama. ”Kita bisa menjadi rekan kerja yang luar biasa,” ujarnya. (REUTERS/AP)