Orang-orang Bertopeng Tangkap Aktivis dan Oposan Lukashenko
Presiden Belarus Alexander Lukashenko dengan berbagai cara, termasuk menggunakan orang-orang bertopeng, menangkap para aktivis dan oposannya.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
KIEV, KAMIS — Orang-orang bertopeng berkeliaran di sejumlah tempat di Misk, ibu kota Belarus, pusat perlawanan terhadap Presiden Alexander Lukashenko. Orang-orang yang sulit dikenal wajahnya itu menangkap para aktivis dan oposan untuk mengakhiri gelombang protes menentang kepemimpinan otoritarian Lukashenko yang telah 26 tahun berkuasa.
Untuk mengakhiri gelombang protes terhadap Lukashenko, yang telah berlangsung selama sebulan, otoritas negara itu menahan satu dari dua anggota dewan oposisi yang masih bebas. Pengacara Maxim Znak, anggota Dewan Koordinasi yang dibentuk oposisi untuk memfasilitasi perundingan dengan presiden, dibawa oleh orang-orang tak dikenal yang mengenakan topeng.
Rekan Znak, Gleb German, Rabu (9/9/2020), mengatakan, Znak hanya menulis pesan bertuliskan ”topeng” sebelum telepon selulernya dirampas.
Di hari yang sama, orang-orang bertopeng juga berusaha masuk ke apartemen penulis Svetlana Alexievich, penerima hadiah Nobel bidang Sastra tahun 2015. Kini, Alexievich menjadi satu-satunya anggota eksekutif presidium dewan yang masih bebas di Belarus.
Diplomat-diplomat dari sejumlah negara anggota Uni Eropa, yakni Austria, Ceko, Jerman, Polandia, Slowakia, dan Swedia, berkumpul di apartemen Alexievich di ibu kota Minsk supaya ia tidak ditahan.
Tekanan terhadap aktivis meningkat seiring dengan memanasnya gelombang protes selama satu bulan. Aktivis turun ke jalan memprotes terpilihnya kembali pemimpin otoriter Lukashenko (66) untuk keenam kalinya. Oposisi menolak hasil pemilu 9 Agustus lalu itu karena ada dugaan kecurangan.
Lukashenko, mantan direktur pertanian di negara itu, menuding oposisi sebagai antek-antek Barat. Ia juga menolak tuntutan Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE) untuk berdialog dengan massa yang menuntut ia mengundurkan diri. AS dan UE mengkritik pemilu Belarus tidak bebas dan tidak jujur.
Kementerian Dalam Negeri Belarus menyebutkan, terdapat 121 orang yang ditahan karena ikut demonstrasi. Tak kapok, ratusan demonstran kembali turun ke jalan, Rabu (10/9/2020).
Menteri-menteri luar negeri dari negara-negara Nordik dan Baltik mendesak Pemerintah Belarus untuk menghentikan tindakan kekerasan polisi saat demonstrasi dan pengusiran paksa aktivis.
”Kami mendesak pembebasan semua orang yang ditahan karena alasan politik sebelum dan setelah pemilihan presiden,” kata Menlu Swedia Ann Linde.
Menlu Lituania Linas Linkevicius menegaskan, dewan oposisi Belarus hanya menginginkan rakyat Belarus memilih masa depan mereka sendiri. ”Hanya itu yang mereka minta dan mereka berhak untuk mendapatkannya,” ujarnya.
Interogasi
Penerima hadiah Nobel, Alexievich, bulan lalu, diinterogasi oleh tim penyelidikan Belarus yang membuka penyelidikan kriminal terhadap anggota-anggota dewan koordinasi. Dewan itu dituding mengganggu keamanan nasional. Sebagian anggota dewan telah ditahan dan sebagian lagi dipaksa keluar dari Belarus.
Alexievich membantah tuduhan itu. Dalam pernyataan tertulisnya, ia menjelaskan dewan itu justru berusaha mengatasi krisis akibat terpilihnya kembali Lukashenko dengan mendorong upaya dialog antara pemerintah dengan para pengunjuk rasa.
”Kami tidak sedang menyiapkan kudeta. Kami malah mau mencegah negeri ini terpecah-belah,” ujarnya.
Ia mengingatkan, penangkapan aktivis-aktivis oposisi tidak akan bisa menghentikan gelombang protes. Semakin banyak aktivis yang ditangkap, semakin banyak pula warga yang akan turun ke jalan. ”Saya tidak akan meninggalkan negeri ini meski dipaksa. Ini jelas teror terhadap rakyat sendiri,” ujarnya.
Maria Kolesnikova, anggota dewan yang terkemuka, ditahan, Senin lalu, bersama dua anggota dewan lainnya. Mereka kemudian dibawa ke perbatasan dengan Ukraina, Selasa pagi. Otoritas Belarus kemudian menyuruh mereka menyeberang masuk Ukraina.
Ketika mereka menginjakkan kaki di wilayah tak bertuan di antara dua negara itu, Kolesnikova menyobek paspornya menjadi potongan-potongan kecil agar pihak berwenang tidak bisa mengusirnya. Ia lalu ditahan di sisi perbatasan Belarus.
Ayah Kolesnikova, Alexander Kolesnikova, mengatakan, para penyelidik kemudian memanggilnya untuk mengatakan anaknya dipindah ke penjara di Minsk dengan tuduhan menyerukan merusak keamanan nasional. Jika terbukti bersalah, ia terancam hukuman penjara lima tahun.
”Saya mengagumi keberanian anak saya. Saya bangga. Anak saya akan tetap tinggal di Belarusia sampai akhir,” ujarnya.
Pemilu baru
Lawan Lukashenko, Sviatlana Tsikhanouskaya, berkunjung ke Polandia untuk menerima kunci simbolis ke pusat Belarus baru di Warsawa dari Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki. Tsikhanouskaya meninggalkan Belarus setelah pemilu karena berada di bawah tekanan.
”Polandia adalah rumah terbuka bagi semua warga Belarus yang membutuhkan bantuan,” kata Morawiecki.
Tsikhanouskaya berterima kasih atas dukungan Polandia di masa-masa sulit ini. ”Presiden Lukashenko tidak memiliki mandat lagi sehingga kami tidak bisa memperlakukannya sebagai presiden. Kami tidak bisa mempercayakan masa depan negara kami di tangannya,” ujarnya.
Untuk memulihkan Belarus, oposisi mendorong perlunya pemilihan baru. Namun, Lukashenko menyatakan tidak ada lagi yang perlu didiskusikan dengan oposisi. Ia kemungkinan akan melakukan reformasi konstitusional dan menggelar pemilihan presiden baru, tetapi tidak dalam waktu dekat.
Lukashenko tetap mempertahankan hubungan dekat dan dukungan Presiden Rusia Vladimir Putin. Negara-negara di Barat khawatir, jika terjadi gejolak di Belarus, Rusia akan ikut campur tangan.
Bagi Rusia, Belarus secara strategis penting karena menjadi negara penyangga dalam melawan NATO sekaligus menjadi negara transit bagi ekspor minyak dan gas Rusia. (REUTERS/AFP/AP)