Dari tiga kandidat, Ketua Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga paling berpeluang menduduki Ketua Partai Demokrat Liberal (LDP) dan menjabat PM Jepang. Suga mengindikasikan menggelar pemilu sela, tergantung situasi pandemi.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
TOKYO, RABU — Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga berpeluang besar menjadi perdana menteri Jepang menggantikan PM Shinzo Abe. Suga mendapatkan dukungan untuk menjadi ketua partai berkuasa, Partai Demokrat Liberal atau LDP, dari 308 suara atau hampir 80 persen anggota partai yang duduk di parlemen. Ini berarti Suga sudah mengantongi 58 persen dari total suara LDP atau lebih dari mayoritas suara dukungan yang dibutuhkan.
Perhitungan harian Jepang, Asahi, Rabu (9/9/2020), menyebutkan jumlah suara LDP yang sudah ada di tangan Suga (71) itu melebihi dari persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadi mayoritas. Perolehan suara itu sudah didapat tanpa perlu lagi menghitung 141 suara tambahan yang datang dari suara partai di daerah-daerah.
Pemilihan Ketua LDP akan diadakan pada 14 September mendatang. Siapa pun pemenangnya dipastikan akan menjadi PM karena LDP mengisi mayoritas kursi di parlemen. Meski demikian, proses pemilihan akan tetap berjalan dengan dimulai debat antarkandidat, Rabu, yakni antara Suga, mantan Menteri Pertahanan Shigeru Ishiba, dan mantan Menteri Luar Negeri Fumio Kishida.
Ishiba termasuk figur populer di masyarakat, sementara Kishida memiliki banyak pengalaman diplomatik. Pengalaman diplomatik ini yang tidak dimiliki oleh Suga. Meski demikian, Suga lebih banyak mendapat dukungan dari partai.
Suga mengindikasikan kemungkinan pemilu sela bergantung pada perkembangan kondisi pandemi Covid-19. Untuk menentukan hal itu, pandangan para ahli kesehatan berperan penting. ”Rakyat menghendaki pemerintah fokus pada penanganan pandemi Covid-19,” ujarnya.
Namun, PM memiliki hak untuk membubarkan parlemen dan mengadakan pemilu sela. PM yang baru nantinya pun bisa mengadakan pemilu sela. ”Mencegah penyebaran virus korona harus menjadi prioritas dalam keputusan apa pun terkait penyelenggaraan pemilu sela,” kata Suga.
Suga diperkirakan akan mengikuti langkah Abe dengan menekankan kebijakan-kebijakan ekonomi. Apalagi mengingat perekonomian Jepang yang goyang akibat pandemi Covid-19. Selain Covid-19, Suga, jika terpilih sebagai PM, akan menghadapi berbagai tantangan geopolitik, seperti membangun hubungan dengan presiden baru Amerika Serikat dan mengatasi ketegangan hubungan dengan China.
”Pemulihan ekonomi pasca pandemi ini yang terberat. Dalam kondisi seperti ini, saya kira kita tidak bisa membicarakan pembubaran parlemen,” kata Suga kepada program TV Asahi, Selasa.
Ketika diwawancara stasiun TBS, Suga berjanji jika terpilih sebagai PM, ia akan menghilangkan semua hambatan birokratis sehingga badan-badan pemerintah bisa bekerja sama untuk tujuan yang sama. (REUTERS/AFP/AP)