Tersangka Pembunuh Aktivis di Portland Tewas Ditembak Polisi
Kepolisian lalu mengeluarkan surat perintah penangkapan.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
PORTLAND, SABTU —Tersangka pembunuh, Michael Reinoehl (48), tewas ditembak tim satuan tugas buronan Kepolisian Federal Amerika Serikat di luar kompleks apartemen di pinggiran kota Olympia, Washington, Jumat (4/9/2020). Saat hendak ditangkap, Reinoehl sedang membawa senjata semiotomatis.
Reinoehl yang menyatakan dirinya sebagai aktivis antifasis itu menjadi tersangka pembunuh Aaron Danielson, anggota kelompok gerakan sayap kanan, di Portland, Oregon, pekan lalu.
Kantor Kepolisian Federal dan Kepolisian Daerah Thurston, Jumat waktu setempat, menyebutkan, adik Reinoehl yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa kakaknya meyakini, AS sudah dalam kondisi bersiap perang. ”Ia meyakini, saat ini AS sedang perang dan begini akibatnya,” ujarnya.
Juru bicara Kantor Kepolisian Daerah Thurston, Ray Brady, menjelaskan, Reinoehl sedang berada di dalam mobil ketika polisi mulai melepas tembakan. Ia lalu lari dan dikejar empat polisi, lalu terjadi aksi saling tembak.
Pengadilan Daerah Multnomah, Oregon, Sabtu, mendakwa Reinoehl bersalah atas pembunuhan Danielson. Kepolisian lalu mengeluarkan surat perintah penangkapan.
Reinoehl, yang bertugas menjaga keamanan aksi protes gerakan Black Lives Matter di Portland, saat diwawancarai Vice beberapa jam sebelum tewas, mengaku menembak Danielson. Ia mengaku menembak Danielson hanya karena melindungi diri sendiri.
Danielson (39) adalah salah seorang pendukung Presiden AS Donald Trump yang datang ke Portland dengan mengendarai karavan dan truk. Mereka lalu bentrok dengan massa Black Lives Matter yang sedang memprotes ketidakadilan ras dan kebrutalan polisi.
Danielson yang bekerja di perusahaan jasa pindahan di Portland selama 20 tahun itu selama ini dikenal sebagai pendukung kelompok sayap kanan Kristiani, Patriot Prayer.
Beda pandangan
Salah satu teman Danielson, Chandler Pappas, yang mendampingi Danielson saat mengembuskan napas terakhir, mengatakan, Danielson ditembak karena menjadi pendukung Patriot Prayer dan sedang mengenakan topi berlogo Patriot Prayer saat ditembak.
”Ia orang yang baik dan dibunuh hanya karena ia punya pendapat berbeda. Ia Kristiani dan konservatif,” kata Pappas.
Tidak ada yang tahu kronologi penembakan Danielson yang sebenarnya. Hanya ada rekaman video di telepon genggam yang menunjukkan Danielson dan Reinoehl sedang berada di jalanan gelap.
Terdengar tiga kali tembakan dan Danielson lalu terlihat tumbang saat Pappas menamparnya di bagian wajah sambil memanggil ”Jay, Jay”, nama pendeknya. Ada dugaan Danielson dan Reinoehl bertemu atau berpapasan sebelum aksi protes. (REUTERS/AFP/AP)