Semua Sekolah di Wuhan Kembali Dibuka, Murid Wajib Pakai Masker
Setelah berbulan-bulan belajar secara daring, para pelajar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, kembali masuk sekolah.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
WUHAN, SELASA — Hampir 1,4 juta pelajar dari sekitar 2.800 taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, China, mulai masuk sekolah untuk pertama kalinya setelah tujuh bulan, Selasa (1/9/2020). Langkah itu diambil menyusul kebijakan sebelumnya di mana sekolah menengah atas sudah dibuka kembali sejak Mei 2020.
Media pemerintah menyiarkan gambar ribuan pelajar mengibarkan bendera China yang merupakan aktivitas harian di semua sekolah pemerintah. Para pelajar diwajibkan memakai masker ketika berangkat ke sekolah dan pulang dari sekolah serta, jika bisa, menghindari naik bus atau kereta.
Meski mulai dibuka kembali, sekolah-sekolah di Wuhan telah menyiapkan rencana untuk kembali ke pembelajaran jarak jauh secara daring bilamana kasus Covid-19 kembali melonjak.
Sekolah juga diperintahkan mengadakan latihan dan simulasi wabah untuk membiasakan diri jika terjadi wabah di kemudian hari.
Data resmi pemerintah memperlihatkan 80 persen kematian akibat virus korona di China berasal dari Wuhan. Kota industri ini juga sempat ditutup selama dua bulan sejak akhir Januari ketika kasus Covid-19 melonjak. Sebanyak 11 juta penduduk kota ini pun menjalani tes Covid-19 pada bulan Mei lalu.
Secara umum, saat ini China telah berhasil mengendalikan penyebaran virus korona. Sekolah-sekolah di seluruh China yang ditutup sejak akhir Januari mulai dibuka kembali secara bertahap.
Shanghai, misalnya, membuka kembali sekolah pada bulan Mei dan ibu kota Beijing yang belum lama mengalami lonjakan kasus dari sejumlah kluster akan membuka kembali sekolah bulan September ini. Otoritas di Beijing mengharuskan guru dan pelajar memakai masker selama di sekolah.
Sekolah dan lembaga pendidikan di Rusia pun mulai kembali dibuka dengan protokol kesehatan. Namun, pembukaan ini dilakukan justru ketika kasus Covid-19 mencapai lebih dari satu juta kasus.
Rusia menempati urutan keempat negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia setelah Amerika Serikat, Brasil, dan India. Otoritas kesehatan Rusia menyebutkan lebih dari 800.000 orang di antaranya telah pulih dan jumlah kasus meninggal lebih rendah dibandingkan banyak negara di Eropa.
Pusat krisis virus korona Rusia menyebutkan total kasus Covid-19 di Rusia mencapai 1.000.048 kasus setelah ada penambahan 4.729 kasus. Dalam sehari terakhir terdapat penambahan 124 kasus meninggal sehingga total kasus meninggal menjadi 17.229 orang.
Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pidatonya yang disiarkan televisi memerintahkan pelajar dan sekolah mematuhi protokol kesehatan demi keselamatan. Selama di sekolah, guru dan pelajar wajib memakai masker. Guru boleh melepas masker ketika mengajar di dalam kelas jika mampu menjaga jarak fisik yang cukup dari siswa.
”Saya tidak takut terhadap Covid-19 tentu, tetapi saya harus mengikuti kebijakan pembatasan,” kata Daniil Ivanenko, siswa kelas IX di sekolahnya di barat Moskwa.
Sementara itu, di Brasil, Presiden Jair Bolsonaro menyampaikan bahwa tak seorang pun akan dipaksa untuk divaksin Covid-19. ”Tidak seorang pun bisa memaksa seseorang untuk divaksin,” katanya.
Brasil sempat menjadi episentrum pandemi dalam beberapa bulan terakhir dengan jumlah kasus positif mencapai hampir empat juta dan kasus meninggal sebanyak 121.381 kasus. Pada Senin (31/8/2020), Kementerian Kesehatan Brasil melaporkan 45.961 kasus baru dengan 533 kasus meninggal.
Meski Bolsonaro kerap meremehkan bahaya Covid-19, pemerintahannya mengalokasikan anggaran 346 juta dollar AS untuk membeli 100 juta dosis calon vaksin Covid-19 potensial yang dikembangkan oleh University of Oxford/AstraZeneca PLC yang memproduksi vaksinnya di Brasil.
Pemerintah Negara Bagian Sao Paulo juga bekerja sama dalam pengembangan vaksin Covid-19 dengan Sinovac Biotech dari China. Brasil berharap distribusi vaksin Covid-19 sudah bisa dilakukan mulai awal tahun 2021. (AFP/REUTERS)