Sosok Pengganti Abe Diharapkan Punya Kemampuan yang Kuat
Ditengah krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mundur karena alasan kesehatan. Calon pengganti Abe menghadapi tantangan berat untuk menghadapi situasi ekonomi dan diplomatik.
Oleh
Mahdi Muhammad dan Mh Samsul Hadi
·5 menit baca
TOKYO, JUMAT –Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya Jumat (28/8) karena kondisi kesehatan yang memburuk. Mundurnya Abe, pemimpin negara ekonomi terbesar ke tiga di dunia, mengagetkan karena dilakukan ditengah upaya penanganan pandemi Covid-19 dan krisis ekonomi yang belum terlihat ujung akhirnya.
”Saya tidak bisa menjadi perdana menteri jika tidak dapat membuat keputusan terbaik bagi rakyat. Saya telah memutuskan mengundurkan diri dari jabatan saya,” kata Abe (65) dalam konferensi pers.
Ia mengatakan, dirinya akan melaksanakan tugas hingga terpilih PM baru. ”Saya ingin secara tulus menyampaikan permintaan maaf kepada rakyat Jepang karena mundur saat masa jabatan saya masih tersisa satu tahun dan terjadi di tengah musibah virus korona, sementara sejumlah kebijakan masih dalam proses pelaksanaan,” tutur Abe sambil membungkukkan badan.
Dalam sepekan terakhir, Abe dua kali menjalani perawatan di rumah sakit. Kondisi terakhirnya mencuatkan pertanyaan apakah dia akan terus bertahan memimpin Jepang hingga akhir masa jabatannya sebagai ketua Partai Liberal Demokrat (LDP), sekaligus jabatan PM, hingga September 2021.
LDP sendiri berencana akan mengadakan pemilihan ketua pada akhir September ini. Posisi sebagai pemegang mayoritas kuat di Majelis Rendah, siapapun yang menjadi ketua LDP berikutnya hampir dipastikan akan menjadi perdana menteri Jepang menggantikan Abe.
Bursa persaingan pengganti Abe sebagai pimpinan partai akan sengit. Beberapa nama sudah beredar sejak beberapa pekan terakhir sebagai calon kuat pengganti Abe.
Sesaat sebelum pengumuman pengunduran diri Abe tersiar, dikutip dari laman The Japan Times, Sekretaris Jenderal LDP Toshihiro Nikai menyatakan TBS TV bahwa Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga adalah kandidat kuat untuk menggantikan Abe.“Dia memiliki kemampuan yang hebat,” kata Nikai.
Tapi, Nikai juga menyebut Kepala Kebijakan LDP Fumio Kishida dan mantan Sekjen Shigeru Ishiba sebagai pesaing kuat.
Dalam survei yang dilakukan kantor berita Kyodo untuk menilai popularitas masing-masing calon, yang dilakukan akhir pekan llau, Ishiba menjadi calon favorit pengganti Abe di kursi perdana menteri, dengan dukungan 23,3 persen. Sebanyak 11 persen responden masih menginginkan Abe dan delapan persen merekomendasikan Menteri Lingkungan Hidup Shinjiro Koizumi sebagai pengganti Abe.
Sisanya, sebanyak 7,9 persen mendukung Menteri Pertahanan Taro Kono dan 2,8 persen mendukung Kishida .
Saat ditanya tentang nama-nama kandidat yang akan berpotensi menggantikannya, Abe menyatakan bahwa mereka semua memiliki potensi dan kualitas yang sangat baik. Tapi dia menolak untuk menyatakan dukungannya pada salah satu calon.
Abe mengatakan, bahwa menjadi perdana menteri bukan pekerjaan satu orang, melainkan pekerjaan banyak orang. ketika dia menjabatnya, dirinya bisa bekerja baik karena orang-orang di sekelilingnya memberi dukungan. "Itu sebabnya saya bisa bekerja dengan baik," kata dia. Dia menambahkan, bagaimanapun, bahwa visi yang jelas untuk menangani virus corona dan kerja tim akan menjadi penting bagi siapa pun yang menggantikannya.
Unggul
Sejak 2012, Abe berupaya untuk menghidupkan kembali ekonomi Jepang dengan paket kebijakan Abenomicsnya. Abe menyatakan, kebijakan itu cukup berhasil meski masih ada beberapa hal yang belum terlaksana.
Tapi, sejumlah ahli ekonomi berpendapat bahwa sebenarnya puncak keberhasilan Abenomics sudah berakhir sejak pertengahan 2018 lalu dan di akhir 2018, Jepang telah memasuki masa krisis. Kondisi ini diperparah dengan krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, yang mengakibatkan kontraksi ekonomi global, termasuk Jepang. Ekonomi Jepang mengalami kontraksi secara tahunan 27,8 persen pada bulan April-Juni tahun ini, yang terburuk sejak Perang Dunia II.
Robert Carnell, Kepala Penelitian Regional ING untuk Asia Pasifik, dikutip dari laman CNBC mengatakan, kondisi sekarang ini adalah pekerjaan berat dan menantang bagi calon pengganti Abe. “Dengan pekerjaan besar yang masih harus dilakukan untuk menarik Jepang keluar dari resesi yang disebabkan Covid-19, ini jelas merupakan waktu yang sulit untuk pergantian perdana menteri,” kata Carnell.
Hal senada disampaikan Mieko Nakabayashi, profesor ilmu politik Universitas Waseda, Tokyo. Menurutnya ada tiga tantangan yang harus dihadapi oleh pengganti Abe yaitu kondisi krisis ekonomi, penanganan pandemi Covid-19 dan hubungan dengan negara tetangga yang tegang. “Tidak ada kebijakan yang mudah untuk ditangani,” kata dia.
Peter McCallum, analis strategi finansial lembaga Mizuho Internasional, dikutip dari CNBC, mengatakan, penerus Abe kemungkinan tidak akan mengubah kebijakan ekonomi yang telah dijalani oleh pendahulunya itu. Perubahan kebijakan, menurut dia, memiliki risiko yang tinggi.
"Kerangka Abenomics dan kebijakan moneter (Bank of Japan) kemungkinan akan tetap tidak berubah meskipun PM Abe menyebutnya sehari," kata McCallum.
Kemampuan Abe untuk mendekatkan diri dengan kekuatan ekonomi dan politik global, menjadi sesuatu hal yang harus dimiliki juga oleh calon pengganti Abe. Hubungan yang hangat dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, meski kedua negara bersitegang dalam masalah perdagangan, adalah kelebihan Abe. Disamping itu dia juga memiliki hubunga yang cukup baik dengan Rusia.
di Kawasan Asia Timur, Abe meninggalkan “masalah”. Tetsuo Kotani, profesor hubungan internasional Universitas Mekai, dikutip dari laman The Japan Times, mengatakan, hubungan dengan China dan Korea Selatan, meski tidak konfrontatif, tapi juga tidak cukup baik. Kelompok konservatif di tubuh partai menginginkan Abe bersikap lebih keras. Tapi, Abe sebaliknya.
“Pemerintah China dan Korea Selatan mungkin berharap bahwa penerus Abe akan memberikan kesempatan yang lebih baik untuk meningkatkan hubungan. Tapi, penerus Abe mungkin tidak akan memiliki banyak pilihan. Kedua negara mungkin bahkan akan mendapat tanggapan yang lebih keras karena tekanan kaum konservatif LDP,” kata Kotani.
Juru bicara pemerintah China Zhao Lijian tidak berkomentar soal pengunduran diri Abe. Tapi, dia menyatakan, Beijing berharap sebagai negara bertetangga, pemerintahan Presiden XI Jinping akan bekerja sama dengan pemerintah yang baru untuk mempromosikan hubungan yang lebih erat dengan Jepang.
Hal yang sama disampaikan juru bicara Kepresidenan Korea Selatan Kang Min Seok. “Kami menyesal mendengar kabar mundurnya PM Shinzo Abe yang telah berperan besar dalam hubungan kedua negara. Pemerintah Korea Selatan akan terus bekerja sama dengan pemerintah Jepang untuk mempromosikan hubungan bilateral yang lebih bersahabat,” kata Kang. (AFP/Reuters)