Unjuk rasa antirasialisme di Amerika Serikat kembali memanas setelah kasus penembakan oleh polisi kepada warga kulit hitam di kota Kenosha, Wisconsin, pada hari Minggu lalu.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
WISCONSIN, SELASA — Diwarnai aksi berlutut dan meminta maaf, seruan reformasi kepolisian di Amerika Serikat pasca-tewasnya George Floyd, pemuda kulit hitam, pada Mei lalu, belum menuai hasil menggembirakan. Meski hal itu telah diprotes berbulan-bulan, rasisme masih mengakar di kepolisian AS. Rasisme pula yang diduga kuat menjadi pemicu polisi di Kenosha menembak pria kulit hitam di Wisconsin, Minggu, 23 Agustus. Penembakan itu kembali memicu unjuk rasa memprotes rasialisme di AS.
Hingga Selasa (25/8/2020) dini hari waktu Wisconsin atau Selasa malam WIB, kerusuhan masih terjadi di Kenosha. Bahkan terjadi bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa di pusat kota itu. Protes juga terjadi di beberapa kota lain di AS, termasuk di Negara Bagian Minneapolis. Gubernur Wisconsin Tony Evers mengerahkan 125 tentara cadangan ke Kenosha untuk membantu memadamkan kerusuhan di sana.
Mereka marah setelah beredar video punggung Jacob Blake (29) ditembak polisi Kenosha berkali-kali dari jarak dekat. Belum diketahui alasan penembakan itu. Seorang saksi, Raysean White, mengaku mendengar salah seorang polisi memerintahkan Blake menjatuhkan pisau. Namun, White tidak melihat ada pisau dalam rekaman yang dibuatnya. Rekaman White lalu tersiar dan disebarluaskan, antara lain, oleh Ben Crump, pengacara yang kini mewakili Blake. ”Kebrutalan polisi masalah utama,” ujarnya.
Crump mengatakan, Blake masih di ruang perawatan intensif akibat tujuh luka tembak di punggungnya. Crump juga menyebutkan, tiga anak Blake, berusia 3 tahun hingga 8 tahun, amat mungkin trauma berat. Mereka ada di dalam mobil tempat ayah mereka ditembak polisi dari belakang.
Ketua Serikat Polisi Kenosha Pete Deates menyebut rekaman White tidak mencakup semua kejadian. ”Kami mengajak Anda tidak terburu-buru menghakimi dan menunggu semua fakta terungkap. Kami mengimbau untuk damai,” ujarnya.
Melerai pertengkaran
Menurut White, insiden yang berujung pada penembakan terhadap Blake bermula kala Blake melerai sejumlah warga yang sedang bertengkar. Kepolisian Kenosha juga mengaku mendapat laporan soal pertengkaran itu. Empat polisi kulit putih lantas mendatangi lokasi dan melihat Blake ada di situ.
Dalam pernyataan awal, kepolisian Kenosha tidak menjelaskan mengapa polisi malah bertikai dengan Blake. White melihat tiga polisi bergulat dengan Blake, lalu dua polisi menggiring Blake ke mobilnya.
Kala Blake membuka pintu dan masuk mobil, salah seorang polisi menembak punggung Blake tujuh kali dalam jarak kurang dari 1 meter. White mengaku mendengar ada polisi yang meminta Blake menjatuhkan pisau sebelum ada tembakan. Namun, White tidak melihat pisau dalam rekaman itu.
Keluarga masih menunggu hasil penyelidikan. ”Hal yang ditunjukkan kepada kita, apakah itu George Floyd, Breonna Taylor, Rayshard Brooks, ada masalah dalam kebudayaan dan perilaku pemolisian di AS. Jika tanpa reformasi sistematis, kita akan terus menyaksikan protes demi protes, dan kota demi kota terbakar di AS,” tutur Crump kepada CNN.
Jika tanpa reformasi sistematis, kita akan terus menyaksikan protes demi protes, dan kota demi kota terbakar di AS.
Ia menyebut tiga orang kulit hitam yang tewas karena kekerasan berlebihan oleh polisi. Tepat dua hari sebelum penembakan terhadap Blake, kepolisian Louisiana menembak mati seorang pria kulit hitam, Trey Pellerin. Penembakan di kota Lafayette itu juga memicu protes di sejumlah kota di AS. Kini, protes meluas karena penembakan terhadap Blake.