Massa menuntut keadilan bagi semua, penghapusan semua bentuk ketidakadilan dan tindakan yang tidak memihak warga kulit hitam keturunan Amerika Afrika dan minoritas lainnya.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
WASHINGTON DC, MINGGU — Aksi massa untuk menuntut keadilan atas pembunuhan George Floyd, pria kulit hitam asal Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, mencapai puncaknya, Sabtu (6/6/2020) waktu setempat. Massa kembali menuntut perubahan yang lebih luas dengan pesan yang keras: tidak ada keadilan, tidak ada kedamaian.
Beberapa media lokal, dan juga CNN, melaporkan, ratusan ribu orang menggelar aksi di sejumlah kota besar di AS, seperti Minneapolis, New York, Philadelphia, Los Angeles, Chicago, dan Washington DC. Massa menuntut penghapusan semua bentuk ketidakadilan dan tindakan yang tidak memihak warga kulit hitam keturunan Amerika Afrika dan minoritas lainnya.
Floyd meninggal akibat kekerasan oleh seorang dari empat polisi kulit putih. Massa dari sejumlah kota di sepanjang pantai barat dan timur AS turun ke jalan untuk menuntut keadilan bagi Floyd, juga keadilan terhadap warga kulit hitam atau berwarna yang selama ini dipetieskan atau tidak pernah mendapat keadilan.
Di Philadelphia, demonstran berkumpul di tangga Museum Seni sambil meneriakkan, ”Tidak ada keadilan, tidak ada kedamaian.” Massa lain berbaris di sepanjang Benjamin Franklin Parkway, John F Kennedy Plaza, dan sekitar Philadelphia City Hall.
Seruan yang lebih merupakan pesan yang tegas seperti disampaikan di Philadelphia itu juga disuarakan di kota-kota lain di AS. Aksi massa di beberapa kota itu sempat diwarnai bentrokan dengan polisi. Namun, secara umum, aksi berlangsung damai.
Demonstrasi terbesar dilakukan di Washington DC, pusat pemerintahan AS. Pengunjuk rasa yang sebagian besar mengenakan masker, untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19, membanjiri jalan-jalan kota hingga mengarah ke Taman Lafayette, yang berada tak jauh dari Gedung Putih.
Di sepanjang jalan, warga meneriakkan slogan-slogan untuk menuntut hukuman yang setimpal dan adil atas tindakan para polisi yang dinilai brutal karena mengakibatkan kematian Floyd.
Tidak hanya itu, slogan reformasi kepolisian, penghapusan brutalitas polisi, hingga menghapus tindakan rasisme, pembedaan kelas pada setiap kebijakan serta institusi pemerintahan juga disuarakan sebagai hal-hal yang mendesak untuk dilakukan.
Christine Montgomery, salah seorang warga, mengatakan, perjuangan warga kulit hitam untuk menghapus tindakan rasis dan rasialisme itu sudah terjadi puluhan, bahkan ratusan tahun lalu. Anehnya, perjuangan itu tidak pernah direspons.
”Saya berada di sini agar anak saya tidak menjadi tagar (hashtag) berikutnya yang menjadi viral ke seluruh dunia. Hal ini harus berakhir sekarang juga,” kata Montgomery sambil memandang putranya yang baru berusia 10 tahun dan mengikuti aksi bersamanya.
Sebuah mural bertuliskan ”Black Lives Matter” dibuat di sepanjang dua blok 16th Street, Washington DC, tidak jauh dari depan Gedung Putih, tempat Presiden AS Donald Trump menjalankan kekuasaannya sehari-hari.
Wali Kota Washington Muriel Bowser mengawasi langsung pembuatan mural tersebut meski mendapat tentangan dari para pejabat Gedung Putih, termasuk Trump.
Keamanan di sekitar Gedung Putih ditingkatkan menjelang aksi tersebut. Tambahan pagar pengaman baru dan tambahan petugas keamanan, termasuk dari Garda Nasional dan militer, disiagakan di sekitar lokasi.
Di sekitar lokasi aksi, para sukarelawan membagikan air, pembersih tangan, dan hal-hal lain yang bisa membantu warga tetap menjalankan aksinya meski harus mengikuti protokol kesehatan.
Tidak hanya orasi, aksi pada hari itu juga diwarnai dengan musik dan penampilan seni lainnya. Beberapa pedagang pun memanfaatkan kegiatan itu untuk berjualan atau mengumpulkan donasi untuk gerakan ”Black Lives Matter”.
Aksi tidak hanya diikuti warga biasa. Di Seattle, para pekerja medis, menggunakan jas lab dan perlengkapan lainnya, ikut turun ke jalan sambil membawa poster bertuliskan ”Kekerasan polisi dan rasisme adalah darurat kesehatan masyarakat” serta beberapa slogan lainnya.
Di Richmond, Virginia, para pendemo yang melanjutkan kegiatannya hingga malam hari merobohkan patung William Carter Wickham, tokoh sejarah konfederasi Amerika Serikat, di Monroe Park.
Beberapa atlet bola basket kenamaan AS juga langsung turun ke jalan. Di Minnesota, beberapa pebasket Minnesota Timberwolves sejak awal telah urun aksi menyoal kematian Floyd.
Pada demonstrasi Sabtu, salah satu yang terlihat adalah guard Portland Trail Blazers, Damian Lillard. LeBron James, Michael Jordan, hingga Kevin Durant serta Steve Kerr sejak awal juga sudah urun rembuk melalui media sosial soal ketidaksetaraan yang dirasakan warga kulit hitam dan kulit berwarna di AS.
Aksi menuntut keadilan bagi Floyd dan penghapusan segala bentuk rasialisme terjadi di banyak negara. Di Kanada, Perdana Menteri Justin Trudeau berjongkok di atas lututnya sebagai simbol dukungan bagi kesetaraan warga kulit hitam dan kulit berwarna di seluruh dunia.
Kondisi serupa terjadi di London, Jerman, hingga Australia yang memiliki masalah serupa, terutama terkait penduduk asli Australia, suku Aborigin, yang terpinggirkan dibandingkan dengan warga pendatang.
Sebuah video yang menggambarkan ketidakmampuan para petugas kepolisian dalam menghadapi aksi damai juga muncul di tengah aksi yang terus membesar.
Dua polisi di Buffalo, New York, didakwa menyerang seorang pendemo yang sudah berusia 75 tahun dan mengakibatkan luka serius di bagian belakang kepalanya.
Brutalitas polisi terhadap warga—yang menurut Kevin Durrant, bintang basket klub Brooklyn Nets, seharusnya menjaga masyarakat dan bukan sebaliknya bertindak brutal terhadap warga—menurut para pendemo, harus diakhiri.
Salah satu caranya dengan mengurangi anggaran kepolisian dan mengalihkannya untuk dana sosial, yang bisa dirasakan langsung oleh warga.
Miski Noor, aktivis Black Visions Collective di Minneapolis, mengatakan kehadiran polisi tidak diperlukan untuk setiap konflik. Noor menilai, seharusnya polisi punya parameter yang lebih kaku atau rigid untuk bisa menentukan kehadirannya di lokasi kejadian.
Para pejabat di kota Los Angeles mencoba merealisasikan hal itu dengan memotong sekitar 150 juta dollar AS anggaran kepolisian dari total 3 miliar dollar AS anggaran yang ada.
Wali Kota Los Angeles Eric Garcetti yang berasal dari Partai Demokrat mengatakan, pemerintah akan mengalihkan anggaran itu untuk membuka lapangan pekerjaan baru, kesehatan, dan pendidikan.
New York, yang juga dipimpin oleh Demokrat, berencana mengurangi anggaran kepolisian sebesar 1 persen. Angka ini jauh lebih rendah dari keinginan anggota legislatif yang berencana memotong anggaran, termasuk anggaran kepolisian, hingga 7 persen dan mengalihkannya untuk kegiatan sosial, kesehatan, dan pendidikan.
Para pengambil kebijakan diminta berhati-hati merealisasikan tuntutan pendemo. Kepala Kepolisian Houston Art Acevedo, yang juga merupakan presiden asosiasi kepala kepolisian di AS, mengatakan, akan ada reaksi balik dari para polisi jika anggaran mereka dikurangi.
”Anda akan melihat kejahatan meningkat dan merajalela di lapangan,” katanya.
Jacob Frey, Wali Kota Minneapolis, kota lokasi kejadian tewasnya Floyd, menolak mengurangi anggaran kepolisian. Dia memilih memberikan pelatihan-pelatihan yang intensif dan perubahan struktural yang mendasar untuk mengurangi atau bahkan meniadakan rasisme di kepolisian. Frey sebelum menjabat wali kota adalah seorang pengacara hak-hak sipil. (AP/AFP/REUTERS)