Kerja Sama Segitiga Indonesia-UEA-Sinopharm untuk Ketersediaan Vaksin Covid-19
Indonesia mendapat tambahan 10 juta dosis vaksin Covid-19 yang tengah diuji coba Sinopharm di Uni Emirat Arab. Pengembangan peralatan tes Covid-19 juga dilakukan antara G42 dan Indo Farma.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kunjungan kerja Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Tohir ke Uni Emirat Arab berhasil memastikan tambahan pasokan vaksin untuk Indonesia sebanyak 10 juta dosis dari perusahaan farmasi China, Sinopharm, yang kini tengah melakukan uji klinis tahap ketiga terhadap calon vaksin buatan mereka di negara tersebut. Untuk memastikan efektivitas vaksin, Indonesia akan mengirimkan tim peninjau (reviewer) yang akan melihat dari dekat pelaksanaan uji klinis tahap ketiga calon vaksin yang merupakan hasil kerja sama Sinopharm dengan perusahaan produk kesehatan lokal, G42 Healthcare AI Holding Rsc Ltd.
Selain itu, perusahaan farmasi Indonesia, Indo Farma, juga melakukan kerja sama dengan G42 untuk mengembangkan produk dan distribusi teknologi berbasis laser dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk pemindaian penyakit Covid-19.
”Kerja sama dalam konteks pemantauan uji klinis tahap ke-3 terhadap calon vaksin hasil kerja sama Sinopharm-G42 ini sangat penting artinya bagi pengembangan kerja sama vaksin ke depan,” kata Menlu Retno dalam keterangannya kepada media secara daring, Sabtu (22/8) malam. Menteri BUMN Erick Tohir mendampingi Menlu Retno ketika menyampaikan hasil pertemuan bilateral antara Indonesia dan UEA.
Menlu Retno mengatakan, kesepakatan yang dicapai Pemerintah Indonesia adalah hasil pertemuan maraton antara dirinya dan Menteri BUMN Erick Tohir selama berada di UEA. Mereka, ditemani oleh misi diplomatik Indonesia di UEA, melakukan tiga pertemuan; masing-masing dengan Menlu UEA Syeikh Abdullah bin Zayed, Menteri Energi dan Infrastruktur UEA Suhail Al-Mazroui, serta perusahaan G42 Healthcare AI Holding Rsc Ltd dan beberapa perusahaan minyak, energi, dan pertanian.
Kerja sama untuk menangani Covid-19 menjadi agenda utama selain agenda lainnya, yaitu soal ketahanan pangan dan pengembangan energi terbarukan. Penanganan Covid-19 yang masif dilakukan, terutama dalam pencarian sumber serta pengembangan bersama vaksin Covid-19 oleh perusahaan farmasi Indonesia bekerja sama dengan perusahaan farmasi luar, menjadi target utama Kemenlu saat ini.
Kerja sama yang dilakukan oleh Indonesia dan UEA tidak sebatas pada penelitian dan pengembangan vaksin, tetapi sampai dengan soal distribusi. Dalam kunjungan tersebut, setidaknya dua nota kesepahaman (MoU) ditandatangani oleh perusahaan farmasi Indonesia, yaitu Kimia Farma dan Indo Farma, dengan G42.
Nota kesepahaman antara PT Kimia Farma dan G-42 Health Care AI Holding Rsc Ltd berisi kerja sama pengembangan produk farmasi dan vaksin, mulai dari riset, uji klinis, hingga produksi dan distribusi. Nota kesepahaman kedua adalah antara PT Indo Farma dan perusahaan yang sama, meliputi pengembangan, produksi, dan distribusi teknologi berbasis laser dan artificial intelligence untuk pemindaian Covid-19. Pemerintah Indonesia berharap produk farmasi dan vaksin asal Indonesia bisa diedarkan ke Timur Tengah dan Afrika melalui UEA.
Menurut Menlu Retno, teknologi laser dan kecerdasan buatan yang dikembangkan G42 dan Indo Farma nantinya akan berbentuk test kit atau peralatan tes yang bisa membantu tenaga kesehatan memindai Covid-19 dengan lebih efektif dan tingkat akurasi yang tinggi. ”Pihak G42 menanggapi secara positif usulan-usulan tersebut dan akan melanjutkan komunikasi dan bahkan akan berkunjung ke Indonesia sesegera mungkin,” kata Retno.
Dengan tambahan 10 juta dosis calon vaksin, Indonesia setidaknya sudah memiliki sekitar 50 juta dosis calon vaksin yang masih dalam posisi uji klinis tahap ketiga. Dalam kunjungan ke China, beberapa hari lalu, Bio Farma dan Sinovac menyepakati perjanjian awal pembelian dan pasokan bahan baku vaksin ke Indonesia untuk periode November 2020-Maret 2021 (Kompas, 21 Agustus 2020).
Kerja sama energi dan pangan
Tidak hanya kerja sama tentang Covid-19, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah UEA juga menjalin kerja sama pengembangan energi baru terbarukan dan industri pangan.
Erick mengatakan, untuk mengurangi ketergantungan Indonesia atas sumber energi fosil, dalam hal ini minyak, kerja sama untuk memanfaatkan secara optimal sumber energi baru terbarukan di Indonesia mutlak dilakukan. ”Kita tidak mau hanya menjadi pasar, tetapi juga mendapat tambahan teknologi negara besar, seperti UEA, khususnya di bidang energi terbarukan. Kita harus eksplorasi sumber daya energi baru terbarukan kita,” tuturnya.
Di dalam kunjungan itu, Retno dan Erick menyaksikan kesepakatan tentang kerja sama pengembangan pembangkit listrik tenaga surya terapung di Waduk Cirata, Jawa Barat, yang berkekuatan 145 megawatt. Kerja sama antara PT PJBi dan PT Masdar itu akan dimulai pada Juni 2021 dan diharapkan beroperasi pada semester kedua 2022. Menurut Erick, poin penting yang diharapkan dari kerja sama itu adalah transformasi PLN dengan Masdar untuk membangun pembangkit serupa di wilayah lain di Indonesia.
Di bidang pangan, Pemerintah Indonensia mengundang perusahaan agrobisnis UEA, Elite Agro, untuk berinvestasi di sektor ini di wilayah Subang, Jawa Barat. Tidak dijelaskan berapa nilai investasi yang akan ditanamkan perusahaan ini di wilayah tersebut. sebagai imbalannya, Indonesia berharap UEA menjadi pintu masuk pasar produk pertanian Indonesia untuk kawasan Timur Tengah hingga Afrika.