Erdogan Kembali Ubah Bangunan Bersejarah Jadi Tempat Ibadah
Setelah Hagia Sophia, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengubah fungsi Museum Kariye, yang sebelumnya juga adalah sebuah gereja, menjadi masjid.
Oleh
Mahdi Muhammad
·2 menit baca
ANKARA, JUMAT — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Jumat (21/8/2020), kembali mengeluarkan kebijakan yang sama: mengubah bangunan museum, yang dulu sempat digunakan sebagai Gereja Kristen Ortodoks, menjadi masjid. Kontroversi kedua setelah tindakan yang sama mengubah museum Hagia Sophia menjadi masjid.
Keputusan untuk mengubah fungsi bangunan Museum Kariye menjadi masjid hanya berselang sebulan setelah kontroversi serupa dengan Hagia Sophia, yang mendapat pengakuan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) sebagai warisan dunia.
Mengutip laman The New York Times dan laman Apollo Magazine, keputusan Erdogan untuk mengubah status Museum Kariye menjadi masjid tidak terlepas dari keputusan Danistay, pengadilan adminstratif tertinggi di Turki, yang mencabut status Museum Kariye sejak November 2019. Pencabutan ini melapangkan jalan bagi Erdogan untuk mengubah fungsi bangunan museum menjadi masjid.
Sejarah bangunan berusia 1.000 tahun itu sangat mirip dengan Hagia Sophia, yang terletak di sisi Eropa kota tujuan wisata utama Turki, Istanbul.
Dikutip dari laman Museum Chora, bangunan utama yang sekarang menjadi museum itu sebelumnya digunakan sebagai biara, yang dibangun di luar kompleks kota Konstantinopel. Nama asli gereja ini adalah The Churh of Holy Saviour in The Country. Nama Chora tetap digunakan sebagai nama gereja ketika tembok Konstantinopel diperluas pada masa kekuasaan Theodosius II, tahun 413-414 Masehi.
Sebagai sebuah bangunan ibadah umat Kristiani, interior dan dekorasi di sekeliling bangunan melambangkan perjalanan kekristenan. Mosaik dan dekorasi ”fresco” inilah yang kemudian menarik wisatawan untuk berkunjung ke Museum Kariye, seperti halnya wisatawan berkunjung ke Hagia Sophia ketika masih menjadi museum. Termasuk di dalamnya lukisan dinding ”Penghakiman Terakhir” yang sangat berharga bagi umat Kristiani.
Perubahan fungsi bangunan dari gereja ke masjid terjadi ketika kota Konstantinopel ditaklukkan oleh Kerajaan Ottoman. Sekitar 50 tahun setelah penaklukan Konstantinopel, Wazir Agung Sultan Bayezid II Atik Ali Pasya memerintahkan perubahan fungsi Gereja Chora menjadi masjid dan menamainya menjadi Kariye Camii (Masjid Kariye).
Setelah Perang Dunia II, saat Turki menjadi negara sekuler, bangunan ini diubah fungsinya menjadi museum. Sekelompok sejarawan seni Amerika Serikat yang membantu memulihkan mosaik asli gereja membukanya untuk umum pada 1958. Kini, di tangan Erdogan, status museum dicabut dan fungsi bangunan kembali diubah menjadi sebuah tempat ibadah bagi umat Islam.
Mengutip pendapat Ahmet T Kuru, profesor ilmu politik pada Universitas San Diego di laman Berkley Center for Religion, Peace, and World Affairs, tindakan Erdogan ini merupakan contoh pemimpin negara yang memilih mengembangkan paham konservatisme politik pada pengikutnya ketimbang melakukan dialog antaragama, hidup berdampingan dengan damai dan juga menjunjung tinggi hak-hak kelompok minoritas. (AFP)