Arab Saudi Tolak Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel
Setelah menormalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab, Israel kini mengincar untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Arab Saudi, negara paling berpengaruh di kawasan Teluk. Sejauh ini, Arab Saudi menolak incaran itu.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN (DARI KAIRO, MESIR) & MH SAMSUL HADI
·3 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Setelah diumumkan pembukaan hubungan diplomatik Uni Emirat Arab dan Israel pada Kamis (13/8/2020), bergulir berita bahwa akan segera ada negara Arab lain yang menyusul langkah UEA. Media menyebut Bahrain, Oman, bahkan Arab Saudi juga akan segera menyusul ikut membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Namun, Arab Saudi menegaskan bahwa mereka menolak membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Laman Al Jazeera edisi bahasa Arab, yang mengutip harian Israel, Yedioth Ahronoth, melansir bahwa pengusaha papan atas berdarah Yahudi yang bermukim di AS, Haim Saban, kepada Yedioth Ahronoth, mengungkapkan bahwa Arab Saudi saat ini masih menolak membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Rencana Israel mengincar hubungan diplomatik dengan Arab Saudi diungkapkan seorang pejabat senior Israel kepada laman Ynet, satu perusahaan media dengan Yedioth Ahronoth. Pejabat senior itu mengatakan, rencana akhir dari semua langkah Israel saat ini adalah menormalisasi hubungan dengan negara paling berpengaruh di kawasan Teluk, Arab Saudi.
”Kami berharap terobosan yang telah dicapai dengan UEA pada akhirnya akan mengantarkan pada hubungan berikutnya dengan Arab Saudi. Hal ini selalu menjadi rencana besar dan sasaran utama kami. Pada hari ini, (rencana) itu semakin mungkin terjadi dibandingkan sebelumnya,” ujar pejabat senior yang terlibat dalam proses normalisasi Israel dengan Abu Dhabi.
Laman Ynet tidak mengungkapkan identitas pejabat senior tersebut. ”Perlu dipahami bahwa Pemimpin UEA Mohammed bin Zayed memiliki hubungan sangat dekat dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman, dan semua langkah untuk menormalisasi hubungan dengan Bin Zayed tidak diragukan lagi dikoordinasikan dengan Bin Salman,” lanjut pejabat Israel itu.
”Karena itu, tidak tertutup peluang pada akhirnya, hubungan (Israel) dengan Arab Saudi juga akan dinormalisasikan,” katanya.
Hal senada juga dikemukakan Jared Kushner, Penasihat Presiden AS Donald Trump, kepada CNBC, akhir pekan lalu. ”Saya benar-benar sepakat tidak akan terhindarkan bahwa Arab Saudi dan Israel bakal secara penuh menormalisasi hubungan dan mereka akan dapat melakukan banyak hal besar bersama-sama,” ujar Kushner.
”Arab Saudi jelas pemimpin besar dalam melakukan (modernisasi), tetapi Anda tidak bisa mengubah pertempuran hanya dalam semalam,” kata Kushner, yang juga menantu Trump itu.
Libatkan pengusaha Yahudi
Salah satu sosok yang dilibatkan dalam merajut hubungan dengan negara-negara Arab adalah Haim Saban. Pengusaha berdarah Yahudi di AS ini dikenal sebagai mediator antara PM Israel Benjamin Netanyahu dan Putra Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahan (MBZ), sehingga tercapai kesepakatan damai UEA-Israel yang diumumkan pada Kamis lalu.
Saban adalah pengusaha berdarah Yahudi di sektor media, properti, industri film, dan pasar uang. Majalah Forbes melansir, ia memiliki kekayaan 2,8 miliar dollar AS.
Saban mengklaim telah bertemu Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), dan menawarkan membuka hubungan diplomatik Arab Saudi-Israel. Saban mengungkapkan, ia telah berkunjung ke Riyadh untuk menemui MBS guna membujuk MBS agar bersedia membuka hubungan diplomatik Arab Saudi-Israel. Saban tidak menyebut hari dan tanggal pertemuannya dengan MBS di Riyadh.
Namun, lanjut Saban yang dilansir laman Al Jazeera dengan mengutip Yedioth Ahronoth, MBS menolak keras tawaran tersebut. Menurut Saban, MBS berdalih bisa terjadi anarki di Arab Saudi jika ia membuka hubungan diplomatik dengan Israel. MBS juga khawatir, jika Arab Saudi membuka hubungan diplomatik dengan Israel saat ini, hal itu bisa menjad amunisi bagi Iran dan Qatar untuk terus mengecam keras Arab Saudi sekaligus melemahkan peran Arab Saudi di dunia Islam.
Sebelumnya, harian Israel, Hayom, edisi 6 Februari 2020 mengungkapkan, ada upaya mempertemukan PM Netanyahu dan MBS di salah satu ibu kota negara Arab. Namun, diberitakan bahwa MBS menolak bertemu PM Netanyahu sehingga upaya tersebut gagal.
Posisi resmi Arab Saudi
Seperti diketahui, sikap Arab Saudi terhadap Israel telah ditegaskan melalui proposal damai Arab tahun 2002 yang digagas Raja Arab Saudi, Abdullah bin Abdulaziz saat itu. Proposal damai tersebut menegaskan kesediaan semua negara Arab dan Islam membuka hubungan diplomatik dengan Israel jika mendapat imbalan berdirinya negara Palestina di atas tanah tahun 1967 dengan ibu kota Jerusalem Timur.
Sebelumnya, Raja Arab Saudi Fahd bin Abdulaziz dalam forum KTT Liga Arab di Fez, Maroko, tahun 1982 juga menegaskan, Arab Saudi siap mengakui negara Israel dengan imbalan berdirinya negara Palestina di atas tanah 1967 dengan ibu kota Jerusalem Timur.
Sejauh ini, Arab Saudi menghindar memberi komentar atas pembukaan hubungan diplomatik Israel-UEA.
Arab Saudi dan UEA adalah mitra strategis dalam poros persaingan geopolitik di Timur Tengah. Arab Saudi dan UEA berada dalam satu barisan melawan poros Turki-Qatar dan poros Iran.
Arab Saudi beberapa tahun terakhir ini juga membuka hubungan tidak resmi dengan Israel. Beberapa tokoh informal Arab Saudi dilaporkan telah mengunjungi Israel. Direktur Kajian Strategis, yang berbasis di kota Jeddah, Jenderal (purnawirawan) Anwar Eshki telah mengunjungi Israel pada Juli 2016.
Eshki didampingi sejumlah pengusaha dan akademisi Arab Saudi saat itu bertemu dengan Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Israel, Dore Gold, dan Koordinator pemerintah Israel untuk urusan Tepi Barat, Jenderal Yoav Mordechai, di Hotel King David, Jerusalem.