Perlu Denda Berat bagi Pelanggar Pembatasan Sosial
Ketidakpatuhan warga terhadap aturan pembatasan sosial, yang diberlakukan untuk menekan penularan Covid-19, memaksa pemerintah di Victoria, Australia, mengambil langkah tegas.
Oleh
Luki Aulia & Mh Samsul Hadi
·4 menit baca
SYDNEY, SELASA — Aparat di Negara Bagian Victoria, Australia, mempertegas aturan pembatasan sosial dengan memperberat jumlah denda bagi pelanggar aturan hingga sebesar 20.000 dollar Australia atau sekitar Rp Rp 210 juta. Aparat pemerintah setempat juga menambah jumlah personel militer guna memastikan aturan itu dipatuhi.
Langkah makin tegas tersebut diambil setelah aparat menemukan banyak pelanggar aturan pembatasan sosial, berakibat pada terus melonjaknya jumlah kasus positif Covid-19. Sejak awal pekan ini, pemerintah Victoria memberlakukan jam malam, memperketat larangan pergerakan warga, dan menutup pertokoan setempat.
Pada Selasa (4/8/2020), pemerintah negara bagian tersebut mengumumkan denda sebesar hampir hampir 5.000 dollar Australia (sekitar Rp 52,2 juta) bagi warga positif Covid-19 yang keluar rumah. Jika pelanggaran serupa diulangi lagi, warga tersebut didenda empat kali lebih berat, yakni 20.000 dollar Australia (Rp 210 juta).
”Benar-benar tidak ada alasan bagi Anda keluar rumah,” kata Daniel Andrews, Menteri Besar Negara Bagian Victoria, kepada wartawan. ”Jika Anda keluar dan tidak ditemukan di rumah, Anda bakal kesulitan meyakinkan petugas kepolisian Victoria bahwa Anda mempunyai alasan yang sah (keluar dari rumah).”
Andrews mengungkapkan, hampir sepertiga dari warga yang positif Covid-19 tidak berada di rumah ketika petugas kesehatan datang memeriksa ke rumah mereka. ”Untuk itu, perlu sanksi baru yang lebih tegas untuk menghentikan penularan di masyarakat,” ujarnya.
Australia mencatat hampir 19.000 kasus positif dan 232 kasus kematian terkait Covid-19. Angka ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kasus di negara-negara maju berkat penutupan wilayah perbatasan internasional, penerapan pembatasan sosial yang ketat, dan pengetesan massal.
Namun, sejak Australia melonggarkan pembatasan sosial dan mulai membuka diri, penularan virus melonjak signifikan di Victoria. Pada beberapa pekan terakhir, ratusan kasus bertambah setiap hari. Di negara bagian itu, kasus Covid-19 kini mencapai 12.000 orang dengan 136 orang meninggal.
Andrews menambahkan, pihaknya mengerahkan tambahan 500 personel militer tak bersenjata pada pekan ini guna membantu polisi memastikan aturan pembatasan sosial dipatuhi. Sebelumnya, Victoria telah menurunkan sekitar 1.500 tentara untuk membantu penelusuran kasus, pengetesan warga, dan menopang tugas polisi di pos-pos pemeriksaan. Terkait pandemi, Australia menerjunkan hampir 3.000 tentara guna membantu penanganan wabah.
Lonjakan terbesar
Seperti halnya Australia, Pemerintah Filipina juga kembali menerapkan karantina wilayah di Pulau Luzon untuk menekan angka penularan Covid-19. Kementerian Kesehatan Filipina, Selasa kemarin, melaporkan 6.352 kasus baru. Data ini merupakan lonjakan harian tertinggi di Asia Tenggara.
Untuk mencegah penyebaran virus, lebih dari 27 juta warga di Pulau Luzon, termasuk ibu kota Manila, harus kembali menjalani karantina sebagian selama dua pekan ke depan. Warga diimbau tetap tinggal di rumah kecuali ada kebutuhan mendesak, seperti membeli kebutuhan sehari-hari, bekerja, atau berolahraga.
Masalahnya, karena pemberitahuan karantina itu mendadak, yaitu baru diumumkan 24 jam sebelum pelaksanaan, banyak warga terjebak di Manila dan tidak bisa kembali ke kampung halaman. Kebijakan itu menyebabkan sistem transportasi umum dan penerbangan rute domestik dihentikan.
”Kami sudah tidak punya uang. Kami tidak bisa meninggalkan bandara karena tidak mempunyai saudara di sini. Terpaksa tinggal di sini dua pekan sampai nanti ada pesawat lagi,” kata Ruel Damaso (36), pekerja bangunan yang mau pulang ke Zamboanga di wilayah selatan Filipina.
Saat ini penularan Covid-19 di Filipina telah melewati angka 100.000 kasus atau lima kali lipat sejak Juni saat negara itu menerapkan karantina wilayah secara ketat. Kini setiap hari kasus tersebut bertambah ribuan. Pemerintah Filipina menyebut pelanggaran warga terhadap protokol pencegahan sebagai penyebab lonjakan kasus.
Lonjakan tajam terjadi di Manila dan kota Cebu. Guna menekan penularan, kepolisian Filipina mengerahkan pasukan khusus untuk memaksa warga positif Covid-19 yang tak mau menjalani isolasi mandiri dibawa di fasilitas-fasilitas karantina. Kini polisi diterjunkan lagi guna memeriksa warga yang keluar rumah, apakah mempunyai alasan yang dibenarkan untuk keluar atau tidak.
Vaksin
Harapan dunia untuk mengakhiri pandemi Covid-19 dan karantina bergantung pada kehadiran vaksin. Sejumlah negara saat ini seperti tengah berkompetisi untuk mengembangkan dan memasarkan vaksin sesegera mungkin. Rusia, misalnya, menyatakan bisa memproduksi vaksin secara massal, September mendatang. Tahun depan bahkan sudah bisa memproduksi jutaan dosis vaksin per bulan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan pemerintah sejumlah negara dan warga dunia untuk tetap fokus pada upaya-upaya pencegahan Covid-19 yang memang sudah terbukti efektif, seperti tes, pelacakan kontak, menjaga jarak fisik, dan mengenakan masker.
”Kita berharap ada sejumlah vaksin yang efektif mencegah penularan. Namun, sampai sekarang belum ada senjata ampuh itu dan tidak tertutup kemungkinan tidak akan pernah ada,” kata Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (REUTERS/AFP/AP)