Filipina Mulai Karantina Wilayah, 27 Juta Orang Wajib Tinggal di Rumah
Dua negara Asia Tenggara, yakni Filipina dan Vietnam, kini mengalami lonjakan kasus baru Covid-19. Otoritas dua negara kembali memberlakukan pembatasan, dengan 27 juta warga Filipina mulai dikarantina untuk dua minggu.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
MANILA, SELASA — Filipina mulai memberlakukan karantina wilayah bagi 27 juta warganya di ibu kota Manila dan empat provinsi di Pulau Luzon selama dua minggu sejak Selasa (4/8/2020). Walau karantina bisa berdampak buruk pada perekonomian, tetapi jika tidak dilakukan, fasilitas kesehatan akan kewalahan.
Otoritas memerintahkan warga untuk tetap berada di dalam rumah kecuali untuk keperluan penting, seperti membeli barang kebutuhan pokok dan bekerja. Olahraga hanya dilakukan di dalam gedung atau ruangan.
Pengumuman tentang diberlakukannya kembali karantina wilayah sejak Minggu (2/8/2020) malam atau berselang hanya sehari membuat banyak warga ”terdampar” di Manila. Mereka tidak bisa kembali ke kota asalnya karena transportasi publik dan penerbangan domestik juga dihentikan.
”Kami kehabisan uang. Kami tidak bisa meninggalkan bandara karena tidak punya saudara di sini,” kata Ruel Damaso (36), pekerja konstruksi yang mencoba pulang kampung ke Kota Zamboanga dari Manila. ”Kami harus tinggal di sini selama dua minggu sampai ada penerbangan lagi.”
Pemberlakuan karantina wilayah ini menimbulkan kekhawatiran bahwa perekonomian akan semakin terdampak. Sebelum pandemi Covid-19, Filipina merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat di Asia.
Pembatasan yang ketat sejak pertengahan Maret 2020 hingga Mei mendorong Filipina ke ambang resesi. Pemulihan yang semula diharapkan bisa berlangsung cepat kini terancam gagal akibat tingginya lonjakan kasus baru Covid-19.
Organisasi profesi kedokteran memperingatkan, fasilitas kesehatan bisa kolaps menerima lonjakan pasien Covid-19 yang banyak jika kebijakan karantina tidak diambil.
”Memang pahit, tetapi ini pil yang harus ditelan mengingat kondisi tenaga medis kita di garis depan,” kata Francis Lim, Presiden Asosiasi Manajemen Filipina.
”Kami berharap pemerintah mau memperhatikan strategi kami dan menemukan cara yang lebih efektif untuk menjalankannya,” ujarnya lagi.
Jumlah kasus Covid-19 baru di Filipina bertambah dalam kecepatan eksponensial sejak Juni. Terdapat 3.226 kasus baru pada Senin (3/8/2020) sehingga total kasus Covid-19 mencapai 106.000 kasus.
Negara Asia Tenggara lainnya, Vietnam, juga kini menjalani perang melawan yang ”menentukan” setelah terjadi lonjakan kasus di Kota Da Nang sepekan terakhir. Setelah lebih dari tiga bulan tidak melaporkan kasus baru, kini justru bermunculan kluster penularan di Da Nang, mulai dari rumah sakit hingga pabrik yang kemudian menyebar ke beberapa kota lain di Vietnam.
”Kita harus mengerahkan seluruh kekuatan untuk mengendalikan semua episentrum yang teridentifikasi, terutama di Da Nang,” kata Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc dalam siaran Vietnam Television.
”Awal Agustus akan menjadi waktu yang menentukan untuk bisa mencegah virus korona menyebar lebih luas,” kata Nguyen.
Pada Senin (3/8/2020), Vietnam melaporkan 22 kasus baru yang terkait dengan Da Nang. Sumber penularan masih belum diketahui jelas tapi kasus baru menyebar di setidaknya 10 tempat, termasuk rumah sakit di Hanoi di bagian utara dan pusat bisnis di selatan, yaitu Ho Chi Minh City.
Koran Lao Dong juga melaporkan, empat kasus baru ditemukan di kawasan industri di Da Nang yang memiliki 77.000 pekerja. Total kini ada 642 kasus Covid-19 di Vietnam dengan enam kasus meninggal.
Kementerian Kesehatan Vietnam mengatakan bahwa 40 persen kasus baru tidak memunculkan gejala. ”Kasus tanpa gejala berbahaya karena bisa menyebar di masyarakat,” kata Pelaksana Tugas Menteri Kesehatan Nguyen Thanh Long. ”Untuk itu, kita boleh meremehkan setiap kasus terduga.”
Senin kemarin personel militer Vitenam menerjunkan laboratorium bergerak untuk meningkatkan kapasitas pemeriksaan Covid-19 di masyarakat.(AFP/REUTERS/AP)