Warga Sipil Yaman Kembali Jadi Korban Serangan Arab Saudi
Perang di Yaman terus berlangsung. Dewan Keamanan PBB memerintahkan gencatan senjata sedikitnya tiga bulan di seluruh lokasi konflik. Namun, berkali-kali pula serangan Arab Saudi menewaskan warga sipil Yaman.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
SANA’A, KAMIS — Serangan udara oleh koalisi pimpinan Arab Saudi kembali memakan korban warga sipil di Yaman. Sedikitnya 12 orang tewas dan 8 orang terluka dalam serangan di Al-Hazm, ibu kota Provinsi al-Jawf, Yaman utara, Rabu (15/7/2020) waktu setempat.
Juru bicara koalisi, Kolonel Turki Maliki, mengatakan bahwa pihaknya belum mendengar insiden tersebut. ”Kami akan menindaklanjuti laporan ini dengan serius dan akan diselidiki secara independen seperti laporan lain,” ujarnya.
Pernyataan serupa disampaikan Maliki untuk serangan koalisi yang menewaskan tujuh anak-anak dan dua perempuan di Provinsi al-Hajjah, Minggu (12/7/2020).
Sementara serangan pada Juni 2020 di Provinsi Sadaa menewaskan 12 warga sipil, termasuk empat anak-anak. Untuk serangan di Sadaa, koalisi beralasan sasarannya adalah konvoi kendaraan yang mengangkut milisi bersenjata.
Koordinator Bantuan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Yaman, Lise Grande, menyebut bahwa serangan-serangan terhadap warga sipil di Yaman tidak bisa diterima. Apalagi, serangan itu dilakukan di tengah pandemi.
Perang di Yaman terus berlangsung meski dua pekan lalu Dewan Keamanan PBB mengesahkan resolusi yang memerintahkan gencatan senjata sedikitnya tiga bulan di seluruh lokasi konflik.
Dengan demikian, baku tembak di Yaman termasuk dalam cakupan resolusi yang mengikat dan biasanya disertai sanksi itu. Rentang waktu sedikitnya tiga bulan, menurut resolusi DK PBB, dimanfaatkan untuk melancarkan operasi kemanusiaan dan kesehatan yang terhambat di tengah baku tembak.
Kekerasan di selatan
Namun, semua pihak bertikai di Yaman belum mengindahkan itu. Pada Senin-Selasa, Houthi dan pendukung pemerintah baku tembak di Al Hudaydah. Dalam insiden itu, sebagaimana dilaporkan Anadolu, sedikitnya 24 milisi Houthi tewas dan puluhan orang lain terluka.
Setelah tiga pekan kembali mengumumkan gencatan senjata, STC dan pasukan pendukung Pemerintah Yaman terus terlibat kekerasan bersenjata. Shabab melaporkan, pasukan pemerintah dan milisi STC baku tembak di Abyan pada Rabu dini hari.
Belum diketahui jumlah korban dalam insiden itu. Hal yang jelas, kedua kubu sama-sama tidak menambah wilayah kendali selepas baku tembak tersebut.
Kepala Kantor Imigrasi Socotra, Ali Salem, dilaporkan diburu milisi STC. Sementara Kepala Kantor Catatan Sipil Saleh Amer ditangkap.
Penangkapan juga dilakukan milisi STC di Aden, kota terbesar di Yaman selatan. Milisi-milisi STC dilaporkan kerap menjarah dan menculik di kota yang kini menjadi lokasi pemerintahan sementara Yaman walau dikontrol oleh STC itu.
Konflik di Yaman menjadi rumit karena melibatkan banyak pihak. Awalnya, negara di selatan Arab Saudi itu dilanda aneka kekerasan oleh sel-sel Al-Qaeda serta Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Selanjutnya, Yaman dilanda perang pemerintah dan pemberontak Houthi. Sejak 2015, Arab Saudi memimpin koalisi negara Arab yang membantu pemerintahan Yaman pimpinan Abd Rabou Mansour Hadi yang kini mengungsi di Riyadh setelah Sana’a diduduki Houthi.
Belum selesai dengan Houthi, pasukan dan milisi pendukung pemerintah harus berhadapan pula dengan STC. Anggota koalisi pimpinan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), menyokong STC. Sebab, Dubai tidak suka dengan sebagian penyokong Pemerintah Yaman yang dinilai terlalu dekat dengan Ikhwanul Muslimin (IM).
Bersama Riyadh, Dubai menetapkan IM sebagai kelompok teror. Tudingan Dubai diarahkan ke Partai Perdamaian yang menjadi bagian penyokong pemerintah.
Penggabungan membuat Yaman menjadi negara dengan populasi terbesar kedua di Jazirah Arab. Yaman juga punya cadangan minyak dan gas serta berada di jalur pengiriman migas utama dari Timur Tengah. Walakin, perang saudara selama puluhan tahun membuat negara itu berantakan. (REUTERS)