Musim hujan di India krusial bagi sektor pertanian. Namun, perubahan iklim telah berdampak besar pada alam. Salah satu contohnya, ketidakstabilan di atmosfer yang memicu petir yang intens sehingga menelan korban jiwa.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BIHAR, SENIN — Sebanyak 147 warga Negara Bagian Bihar di India utara tewas tersambar petir dalam 10 hari terakhir. Dengan demikian, sejak akhir Maret 2020 hingga sekarang terdapat 215 orang petani, buruh perdesaan, dan peternak sapi yang meninggal karena petir di negara bagian termiskin di India itu.
Otoritas setempat memperingatkan bahwa cuaca lebih ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim masih akan terjadi beberapa waktu ke depan. Kondisi cuaca itu membawa risiko besar akan munculnya sambaran petir.
”Saya diberi tahu prakirawan cuaca, ilmuwan, dan pejabat bahwa suhu yang naik akibat perubahan iklim adalah penyebab utama sambaran petir,” kata Lakshmeshwar Rai, Menteri Manajemen Bencana Negara Bagian Bihar, Minggu (5/7/2020).
India Today melaporkan, pada Sabtu (4/7/2020), setidaknya 20 orang meninggal tersambar petir di Bihar. Sehari sebelumnya, sebanyak delapan orang meninggal tersambar petir di lima distrik di negara bagian tersebut. Jumlah ini lebih sedikit daripada sehari sebelumnya, Kamis (2/7/2020), ketika sebanyak 26 orang juga meninggal tersambar petir.
Departemen Meteorologi India telah memperingatkan bahwa dalam 48 jam ke depan sambaran petir akan lebih banyak terjadi di Bihar, termasuk di Kota Patna. Sambaran petir selama musim hujan tahunan pada bulan Juni sampai September kerap terjadi di India.
Namun, jumlah korban tahun ini di Bihar sejauh ini sudah melampaui jumlah korban tahunan dalam beberapa tahun terakhir. Padahal, musim hujan baru saja dimulai. Tahun lalu, 170 orang penduduk meninggal tersambar petir selama musim hujan.
Atmosfer tidak stabil
Ahli agrometeorologi di Bihar, Abdus Sattar, menyampaikan bahwa petir disebabkan oleh adanya ketidakstabilan dalam skala besar di atmosfer yang dipicu oleh kenaikan suhu dan kelembaban yang berlebihan.
Pada periode 1 April-31 Juli 2019, Bihar melaporkan adanya 225.508 sambaran petir, sedangkan Uttar Pradesh melaporkan 322.886 sambaran petir dengan total korban mencapai 394 orang.
Otoritas negara bagian setempat mengeluarkan aplikasi di telepon seluler yang bisa membantu memprediksi kemungkinan sambaran petir. Akan tetapi, banyak petani miskin di Bihar tidak memiliki telepon seluler.
Sambaran petir yang menelan korban jiwa tak hanya terjadi di Bihar. Hal ini terjadi juga di beberapa negara bagian lainnya di India. Di Negara Bagian Uttar Pradesh yang bertetangga dengan Bihar, misalnya, lebih dari 200 orang telah tewas tersambar petir sejak April lalu.
Selain itu, sebanyak 12 orang juga dilaporkan terluka akibat petir di Uttar Pradesh. Sementara di Bihar, seorang juru bicara pemerintah mengatakan bahwa belum ada informasi warga yang terluka akibat petir.
Kedua negara bagian itu, yakni Bihar dan Uttar Pradesh, mengumumkan akan memberikan uang duka sebesar 400.000 rupee (sekitar 5.300 dollar AS) bagi kerabat korban yang meninggal.
Di India, berdasarkan Biro Riwayat Kriminalitas Nasional tahun 2018, lebih dari 2.300 orang meninggal akibat tersambar petir. Ini merupakan data terbaru korban meninggal akibat petir yang dimiliki otoritas India.
Bagi negara di Asia Selatan, seperti India, musim hujan sangat krusial guna mengisi kembali persediaan air tanah untuk keperluan sehari-hari, termasuk pertanian. Namun, musim hujan juga bisa memicu bencana yang berujung kematian dalam jumlah cukup banyak setiap tahun. (AFP/REUTERS)